SISA SAM PAH MEREKA MEMANGGILKU (5)

SISA SAM PAH MEREKA MEMANGGILKU (5)


 Hari itu hujan deras. Langit seperti mencurahkan semua isinya ke bumi. Dan mungkin juga ke jiwaku yang sudah kuyup sejak lama.


Aku sedang menyapu halaman perpustakaan fakultas. Ya, sekarang aku kerja paruh waktu di sana. Dig4ji kecil, tapi cukup untuk be_li makan dan b4yar sabun mandi.


Tangan ini tak lagi m4lu menggenggam sapu. Tapi hari ini, ada yang membuatku menggigil lebih dari dinginnya hujan.


“Permisi, apakah saya bisa bertemu dengan kepala perpustakaan?”


Aku menoleh. Suara itu berat, maskulin, berwibawa.


Seorang pria berdiri di bawah payung hitam. Jasnya mahal, sepatunya mengkilap, dan mobil hitam mewah terparkir tak jauh di belakangnya.


Aku langsung mengangguk. “Iya, Pak. Silakan masuk. Ruang kepala ada di dalam, belok kanan.”


Pria itu menatapku sebentar. “Kamu mahasiswa sini?”


“Iya, Pak.”


“Bekerja di sini juga?”


Aku mengangguk. Hujan menetes dari ujung poniku. Jemariku dingin. Tapi pria itu masih menatapku dengan pandangan, seperti sedang membaca buku terbuka.


“Saya Arman Baskoro,” katanya, lalu berjalan masuk.


Aku berdiri lama setelah itu. Nama itu terasa familiar. Tapi aku terlalu lelah untuk mengingat dari mana.


****


Sore harinya, kepala perpustakaan, Bu Lina, memanggilku ke ruangannya.


“Nayla, kamu tadi bantu Pak Arman masuk?”


Aku mengangguk.


Bu Lina tersenyum samar. “Tahu nggak siapa dia?”


Aku menggeleng.


“Dia pemilik grup Arta Media. Salah satu investor utama kampus ini.”


Jantungku berhenti sejenak.


“Beliau bilang kamu sopan. Dan unik.”


“Unik?” keningku berkerut.


“Ya. Katanya, matamu tidak cocok dengan pekerjaan kasar.”


Aku terdiam. Apa maksudnya?


“Beliau minta kamu bantu di salah satu program mentoring mahasiswa. Cuma beberapa jam seminggu, dib4yar. Kamu tertarik?”


Aku tak bisa menjawab. Lidahku kelu. Dunia seakan terbalik.


“Ini kartu namanya,” Bu Lina menyerahkan selembar kartu. “Besok pagi, kamu diminta datang ke gedung Arta Tower lantai 18. Tepat jam 8.”


Aku mengangguk pelan. “Terima kasih, Bu.”


Dan malam itu, untuk pertama kalinya, aku menangis bukan karena sakit. Tapi karena seseorang akhirnya melihatku bukan sebagai sisa sam pah. 


***** 


Besok paginya, aku berdiri di depan Arta Tower dengan pakaian terbaik yang kupunya, kemeja putih yang sudah mulai pudar, celana kain bekas sepupuku, dan sepatu hitam yang sudah tiga kali dijahit.


Di lantai 18, ruangannya luas dan dingin. Sekretaris pria itu mengantarku masuk.


Dan di balik meja kaca, duduklah sosok pria kemarin. Masih elegan. Masih tenang. Dan kini,  menatapku dengan penuh penilaian.


“Nayla, ya?” tanyanya.


“Iya, Pak.”


“Aku sudah dengar banyak soal kamu dari Bu Lina. Mahasiswa berprestasi, beasiswa penuh, dan  pekerja keras.”


Aku hanya menunduk. Tak tahu harus bicara apa.


“Aku suka orang seperti kamu. Dunia ini milik orang yang dipijak dan tetap bangkit. Aku ingin kamu bantu program mentoring untuk mahasiswa tingkat awal. Mengajari mereka tentang kepemimpinan, empati, dan kerja keras.”


Aku mengangguk. “Saya siap, Pak.”


Dia mengangguk. “Dan satu lagi, aku ingin kamu ikut dalam program magang eksklusif Arta Group. Cuma sepuluh orang yang dipilih. Tapi aku ingin satu tempat itu untuk kamu.”


Mataku melebar. “Tapi, saya, saya nggak punya pengalaman. Saya cuma,”


“Kamu bukan cuma. Kamu lebih dari cukup. Dan kamu punya sesuatu yang mereka semua tidak punya,  rasa lapar untuk membuktikan diri.”


Aku menggigi t bibir. “Terima kasih, Pak.”


Dia tersenyum. “Panggil aku Pak Arman.”


Dan saat aku pamit keluar, dia menambahkan, “Oh iya, Nayla. Nama lengkapku, Arman Baskoro Putra. Mungkin kamu mengenal an akku. Dia juga kuliah di kampusmu.”


Aku menoleh. “Siapa, Pak?”


“Oktavia Arman Putri.”


Dunia seperti berhenti. Aku nyaris menjatuhkan map di tangan.


Oktavia.


Perempuan itu.


Sahabat Tania. Yang paling taj4m lidahnya. Yang pernah berkata aku seperti sisa d4rah yang tak pernah diakui oleh siapa pun.


Dan kini, ayahnya, menawarkanku masa depan?


“Kenapa kamu diam?” tanya Pak Arman.


Aku menggeleng cepat. “Maaf, Pak. Saya, saya hanya terkejut.”


Dia mengangguk. “An akku agak keras. Tapi dia an ak baik kalau kamu bisa mengenalnya.”


Aku hanya bisa tersenyum kaku. Dalam hatiku, aku tertawa mi ris.


An ak baik? An aknya adalah r4cun. Dan aku sudah minum dari r4cun itu terlalu lama.


Tapi aku tidak akan menolak kesempatan ini. Tidak peduli siapa ayahnya.


Karena hari ini, aku punya senj ata baru.


Koneksi.


Dan sen jata itu, perlahan, akan kugunakan. Bukan untuk balas dend4m. Tapi untuk menulis kisahku sendiri.


***** 


Beberapa hari kemudian, berita tentangku menyebar. Bahwa aku terpilih dalam program magang eksklusif. Bahwa aku akan bekerja langsung di kantor pusat Arta Group.


Dan seperti yang kuduga, mereka, Tania, Meisya, bahkan Oktavia, tak bisa diam.


“Aku dengar kamu mau magang di kantor papaku?” Oktavia menghampiriku saat di koridor kampus, wajahnya penuh senyum p4lsu.


Aku mengangguk tenang. “Iya. Kamu juga ikut programnya?”


“Please, Nayla. Aku udah magang di sana dari tahun lalu. Aku bahkan punya ruangan sendiri,” katanya bangga.


“Aku cuma ikut program barunya. Katanya, mereka mau beri kesempatan ke mahasiswa dari latar belakang berbeda.”


Meisya tertawa. “Oh, jadi kamu proyek sosial, ya? Kasihan banget. Mereka cuma mau kasih kamu rasa kasihan, bukan kesempatan.”


Aku menatap mereka taj4m. “Mau kasihan atau tidak, aku tetap masuk ke tempat yang kalian anggap mustahil untukku.”


Tania menyeringai. “Awas ya, Nayla. Jangan pikir kamu bisa naik kelas hanya karena numpang di nama orang tua. Dunia nyata lebih kej4m dari kampus. Dan kamu, nggak punya apa-apa.”


Aku mendekat. “Justru karena aku nggak punya apa-apa, aku akan ambil segalanya. Termasuk tempat yang kalian pikir milik kalian selamanya.”


Mereka terdiam. Dan aku melangkah pergi, bukan sebagai gadis yang dilec ehk4n lagi, tapi sebagai anca man. Sebagai mu suh. Kini waktunya aku memainkan mereka. 


Judul : SISA SAM PAH MEREKA MEMANGGILKU (5)


Penulis : Zuliapenacinta 


Aplikasi  : KBM

Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!

  • Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
  • Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
  • Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense

Belum ada Komentar untuk "SISA SAM PAH MEREKA MEMANGGILKU (5)"

Posting Komentar

Catatan Untuk Para Jejaker
  • Mohon Tinggalkan jejak sesuai dengan judul artikel.
  • Tidak diperbolehkan untuk mempromosikan barang atau berjualan.
  • Dilarang mencantumkan link aktif di komentar.
  • Komentar dengan link aktif akan otomatis dihapus
  • *Berkomentarlah dengan baik, Kepribadian Anda tercemin saat berkomentar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel