Saat suamiku pergi bulan madu bersama istri barunya, aku langsung menjual rumah dan menarik semua fasilitas yang pernah kuberikan. Kubuat laki-laki pengkhianat itu jadi gembel bersama istri barunya.


***


"Sekarang suamimu juga jadi suamiku, Mbak."


Shella tersenyum penuh kemenangan. Selembar surat pernyataan pernikahan siri dikib4skannya ke wajahku. Sedangkan dari arah belakang Mas Aryo berjalan dengan santai.


Keduanya masih mengenakan pakaian pengantin karena baru saja melangsungkan pernikahan di rumah mertuaku. Shella memakai kebaya dengan riasan tebal, sedangkan suamiku mengenakan baju kemeja putih dan celana hitam.


Kedatangan mereka ke rumah ini bertujuan untuk meman4s-man4siku. Sikap itu terlihat jelas ketika Shella menatapku dengan angkvh. Mungkin dia merasa menang karena pada akhirnya status sebagai selingkvhan yang selama ini melekat pada dirinya sudah naik setingkat menjadi istri siri.


"Jaga sikapmu pada Shella, karena dia sudah sah menjadi istriku," ucap laki-laki itu memperingatkanku. 


Shella tertawa kecil sambil merangkul lengan Mas Aryo. Disandarkannya kepala dengan manja seolah-olah ingin menunjukkan kemesraan agar aku cemburu.


"Mas harap kalian berdua bisa hidup rukun dan saling berdampingan," balas Mas Aryo. Laki-laki itu menjawil dagu istri barunya dengan gemas.


"Asal Mas tahu, sikapku tergantung pada Mbak Mitha," ujar Shella. "Kalau dia baik aku juga akan baik, begitu pula sebaliknya. Karena sekarang posisiku sudah sejajar dengan Mbak Mitha, maka Mas harus mengawasinya agar tidak semena-mena padaku."


"Tentu saja, Sayang. Mas pastikan kamu akan mendapatkan kenyamanan dan kita hidup dengan tenang," ucap suamiku.


Aku mendengkus samar, mencoba untuk meredam bara api yang menyala di dalam dada. Rasa sakit dan perih itu kutelan m4ti-m4tian hingga yang tampak hanya raut wajah datar saja.


"Oh iya, Tha. Siapkan beberapa baju untuk kubawa," perintah Mas Aryo padaku. "Soalnya nanti malam kami mau nginap di hotel dan besok terbang ke Bali untuk bulan madu."


"Kita juga mau ke Labuan Bajo," timpal Shella dengan lirikan mata memanas-manasiku. "Kami sudah menyewa kapal pribadi, lho..."


Aku tidak menghiraukan ucapan maduku itu. Segera kulangkahkan kaki ke kamar dan mengemasi pakaian Mas Aryo ke dalam sebuah koper.


Setelah semua beres, kemudian kuseret koper itu keluar dan mendapati kedua pengantin itu duduk berdempetan di sofa. Tapi keduanya langsung berdiri saat aku datang menghampiri.


"Ini pakaianmu!" ucapku sambil mendorong koper ke arah Mas Aryo.


Senyum Shella mengembang mekar, begitu juga dengan suamiku. Keduanya tampak puas.


Setelah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, kemudian keduanya pergi dari rumah ini. Aku melepas kepergian mereka dengan lambaian tangan. Kuucapkan selamat jalan pada dua manusia tidak tahu diri yang sebentar lagi akan menjemput kesial4nnya.


***


"Mithaa...!! Apa-apaan kelakuanmu ini!" Suamiku berteriak marah melalui sambungan telepon.


"Ada apa sih, Mas? Lagi bulan madu kok marah-marah," balasku dengan santai.


Kudengar napas Mas Aryo menderu pertanda dia sedang emosi.


"Aku memintamu menyiapkan baju-baju yang bagus untuk kubawa liburan bulan madu, tapi yang kau masukkan malah pakaian rombeng!" hardiknya kemudian.


Aku tertawa terpingkal-pingkal. Kemarin saat Mas Aryo menyuruhku mengemasi pakaian yang akan dibawanya, sengaja kumasukkan baju-baju lamanya yang sudah jelek dan kumal. Hanya saja di bagian atas kuletakkan dua baju bagus untuk dijadikannya pengganti sebelum berangkat ke Bali. Sisanya tentu saja zonk!


"Kenapa harus marah?" tanyaku setelah meredakan tawa. "Bukankah hanya itu baju yang kau miliki, huh?"


"Enak saja! Aku punya satu lemari penuh baju bagus dan bermerek! Apa kau sudah buta, hah?!" bentaknya lagi.


"Oh, maksudmu baju yang kubelikan, begitu? Sayang sekali, mulai sekarang aku menganggap apa yang kubeli pakai u4ngku adalah milikku, bukan milikmu," jawabku tenang.


"Sial*n! Ternyata kau berniat mengerjaiku!" umpat Mas Aryo.


"Faktanya memang begitu, 'kan?" tanyaku sinis.


"Dasar perempuan berhati busuk! Kukira kau ikhlas menerima pernikahanku dengan Shella, tapi hatimu masih dipenuhi dengan kedengkian!" tambahnya kemudian.


"Sudahlah, Mas. Nanti kita shopping saja, biar kupilihkan pakaian yang bagus untukmu." Kudengar suara Shella menyela dari seberang sana.


"Nah, itu istri barumu memberi usulan yang bagus," ujarku sambil terkekeh.


"Menikahi Shella ternyata pilihan yang tepat, aku lebih beruntung memilihnya dibandingkan kamu," tukas Mas Aryo lagi.


"Ya sudah kalau begitu. Selamat berbulan madu, bhay!" ucapku. Setelah itu segera kumatikan sambungan telepon. 


Aku mengembuskan napas lega karena semuanya berjalan sesuai dengan keinginanku. Semoga rencana selanjutnya nanti juga berjalan mulus tanpa ada halangan. 


Seorang laki-laki datang menghampiriku dan mengatakan bahwa segalanya sudah beres. Di belakangku ada tiga mobil box yang berisi barang-barang perabotan rumah tangga.


"Jalan sekarang, Mbak?" tanya laki-laki itu.


"Iya," jawabku.


Sebelum pergi, aku menoleh kembali ke arah rumah yang sudah kutempati selama enam tahun ini. Rumah ini adalah hadiah dari Papa untukku sebelum menikah.


Awalnya aku berniat menju4l rumah ini, tapi Mama melarang karena itu bukan pilihan yang bijak. Kebetulan pula teman Mas Bayu sedang mencari rumah kontrakan yang dekat dengan tempat kerjanya. Jadilah rumah ini kusewakan saja selama dua tahun ke depan pada teman kakakku.


Keputusan ini kuambil dalam waktu singkat, hanya sesaat setelah kepergian Mas Aryo berbulan madu bersama istri barunya. Nanti ini juga akan menjadi kejutan istimewa untuknya setelah bersenang-senang. 


Kebahagiaan mereka berbulan madu selalu diposting oleh Shella di akun media sosialnya. Aku hanya melihat keromantisan semu itu sambil tertawa. Berbagai komentar dan ucapan selamat dari keluarga Mas Aryo tidak luput dari perhatianku.


Hatiku sebenarnya sakit melihat sikap keluarga Mas Aryo yang diam-diam mendukung perselingkvhan keduanya. Sekarang aku bertekad agar rasa sakit itu dibayar lunas dengan tangisan mereka.


Tinggal menunggu waktu saja!


Tiga hari kemudian, Mas Aryo kembali meneleponku. Kali ini suaranya terdengar begitu gusar dan juga cemas. 


"Kenapa kartu debit dan juga kartu kreditku tidak bisa dipakai? Kamu bl0kir, ya?" tuduh Mas Aryo tanpa basa-basi. 


"Kartu milikmu?" tanyaku dengan nada sinis. "Apa kau sudah bvta dan tidak bisa membaca siapa nama pemilik kartu itu, hah?"


"Iya, iya! Kartu itu atas namamu. Tapi kenapa kamu bl0kir semua kartu yang kupegang, hah?" bentak Mas Aryo kesal.


"Suka-suka aku, dong... Ngapain kamu membawa kartu milikku dan berharap bisa menggunakan u4ngku untuk berbulan madu," balasku sambil cekikikan bahagia. 


"Astaga Mitha... Tega sekali kau melakukan ini padaku..." desis Mas Aryo putus asa. "Padahal aku harus membayar t4gihan hotel dan juga biay4 yang lainnya."


"Oh, itu bukan urusanku," jawabku dengan santai. "Sekarang kamu sudah punya istri baru, silakan suruh dia membayar t4gihanmu."


"Tapi Shella juga sedang tidak punya uang..." 


"NO COMMENT! ITU SIH DERITA ELO!" 


Setelah itu segera kum4tikan sambungan telepon dan membl0kir nomor Mas Aryo. Segala hal yang berkaitan dengannya sekarang bukan lagi menjadi urusanku. 


***


JUDUL: SILAKAN MINTA UANG PADA ISTRI BARUMU

PENULIS: ANNISA DARMA

Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!

  • Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
  • Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
  • Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense

Belum ada Komentar untuk " "

Posting Komentar

Catatan Untuk Para Jejaker
  • Mohon Tinggalkan jejak sesuai dengan judul artikel.
  • Tidak diperbolehkan untuk mempromosikan barang atau berjualan.
  • Dilarang mencantumkan link aktif di komentar.
  • Komentar dengan link aktif akan otomatis dihapus
  • *Berkomentarlah dengan baik, Kepribadian Anda tercemin saat berkomentar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel