Kubalas Perundungku Dengan Elegan

Kubalas Perundungku Dengan Elegan


 Dikira Miskin Saat Rapat Wali Murid 


"Alesya, kamu Alesya 'kan?" tanya seorang ibu muda yang mengenakan jilbab warna cokelat muda.


"Iya, saya Alesya," jawabku.


Aku memperhatikan wajah wanita ini, dia mengenali aku, tetapi aku tidak mengenalinya. Atau mungkin aku lupa wajahnya. Maklum, aku sering pindah-pindah, jadi aku gampang dikenal orang, Tetapi aku melupakan orang tersebut. Bukan tanpa alasan, aku melupakan mereka biar tidak ada kenangan yang membuatku sedih.


"Ya Allah, Alesya. Ini gue, Mia, lu lupa?" tanya wanita yang langsung membuka kaca matanya.


Dahiku mengernyit dan mencoba mengingat siapa dia. Wajahnya memang familiar.


"Mia, Mia Natalia?" tanyaku.


"Iya, aku Mia, temen sebangku kamu di SMA Tunas Bambu kelas sebelas C," jelasnya.


"Ya Allah, Mia, udah lama banget kita gak ketemu," ucapku.


"Iya, kira-kira belasan tahun. Alesya, aku kangen banget sama kamu, semenjak kejadian itu, kamu dikeluarkan dari sekolah bukan hanya itu, kamu juga gak tinggal di rumah Angel lagi. Aku dan Gumilang sempet nyariin kamu," ucap Mia.


Aku tersenyum kecut mendengar apa yang dikatakan oleh Mia.  Rasanya sesuatu yang berusaha aku lupakan malah kembali teringat dengan jelas, yaitu kejadian yang membuatku dikeluarkan dari sekolah secara tidak hormat.


"Ibu-ibu rapatnya kita mulai ya," ucap seseorang di depan papan tulis.


Aku memang sedang menghadiri acara rapat wali murid. Kebetulan anakku baru seminggu pindah ke sekolah ini dan katanya akan diadakan marketing day. Ibu ibu wali murid diminta untuk menghadiri rapat untuk menentukan kapan acara tersebut akan diadakan. Memilih apa yang dijual, dan membicarakan hal lainnya.


"Ale, aku dan teman-teman lainnya gak percaya kalau kamu itu seorang simp*nan om om, bahkan meskipun ada bukti alat kontra sepsi di tas kamu, kami tetap tidak percaya, sebab kami tahu betul seperti apa kamu," ucap Mia.


"Makasih, Mia, tapi itu udah berlalu, meskipun setelah kejadian itu, aku gak diterima di sekolah mana pun," ucapku.


"Ya Allah, Alesya," ucap Mia terlihat terkejut.


Aku kembali tersenyum kecut karena tiba-tiba saja ingatan tentang aku yang dikeluarkan dari sekolah karena dituduh yang bukan-bukan. Bisa dibilang fitnah, sebab aku tidak pernah melakukannya.


Waktu itu ditemukan Kon**m dan obat pencegah kehamilan di dalam tasku. Aku tahu siapa pelakunya, orang yang menaruh itu semua adalah Angel, teman sekelas ku yang tidak suka denganku.


"Ibu-ibu, kita dengarkan sambutan dan usulan dari ketua komite kelas dua ya," ucap ibu di depan papan tulis yang tadi.


Seorang wanita berbaju merah menyala terlihat bangun dari tempat duduknya, dia berjalan menuju papan tulis. Alangkah terkejutnya aku ketika wanita itu berbalik. Dia Angel, orang yang selalu merundungku dan menyebar fitnah saat kami masih sekolah. Tubuhku bergetar melihat wanita itu.


Rapat berjalan baik. Seperti dulu, Angel mendominasi isi rapat dan tidak bisa ditolerir olehnya siapapun yang membantah.


Setelah rapat, kami berbincang santai. Sebenarnya aku ingin secepatnya pulang, tetapi Mia ingin mengenalkan aku dengan wali murid lainnya. Katanya biar lebih akrab dan akan di masukkan ke grup wa.


"Mia, lu catet yang tadi kan?" tanya Angel menghampiriku dan Mia.


Aku mengalihkan pandangan dan mencoba menghindari Angel. Bukannya takut, aku hanya berusaha menjaga hati dan perasaanku yang rasanya berdarah lagi ketika melihat Angel yang masih sama. Angel yang sombong.


"Angel, ini ada wali murid baru. Masukin grup wa nomor telponnya," ucap Mia.


Dengan sopan Angel meminta nomor teleponku. Tentu saja aku memberikannya. Namun, saat tahu aku adalah Alesya, dia berusaha untuk mempermalukan aku.


"Jel, tau gak dia siapa?" tanya Mia.


"Siapa emangnya?" Tanya Angel terkejut.


"Alesya, temen sekelas kita dulu."


Angel memperhatikan aku dan dia langsung berteriak.

"Alesya? Kamu beneran Alesya anak pembantu di rumah gue?" tanyanya.


Aku mengangguk.


"Emak kamu masih jadi ART?" tanya Angel.


Aku menggeleng.


"Kenapa diem aja, lu bisu atau takut sama gue, kayak dulu?" tanya Angel.


Tanganku mengepal kuat, gigiku gemelutuk. Aku sama sekali tidak takut dengan Angel, hanya saja sikapnya yang tidak berubah ini membuat lukaku yang hampir kering berdarah lagi serta ingatan buruk tentang perlakuannya kepadaku kembali berputar di kepala.


"Angel, ini udah belasan tahun berlalu, dia juga wali murid di sekolah ini, jangan buat dia malu," ucap Mia.


"Lho, gue gak buat dia malu kok. Dia kan emang anak ART di rumah gue dan dia juga sering bantuin ibunya bersihin rumah gue dulu," ucap Angel yang menyita perhatian.


Suasana tidak kondusif sekarang. Angel merasa diatas angin dan terus berusaha mempermalukan aku. Lebih baik aku segera pergi dari tempat ini.


"Mia, aku pulang duluan ya," ucapku.


"Iya, Ale, hati-hati."


***


Kejadian di rapat wali murid tadi terus terngiang-ngiang dalam ingatanku. Angel, wanita yang paling tidak ingin aku temui malah ada di hadapanku dan kami sama-sama wali murid kelas dua. Aku tidak habis pikir. Kadang takdir memang lucu, kita berusaha lari dari seseorang, tetapi takdir mempertemukan kami kembali. Rasanya nyeri, luka lama yang hampir sembuh kembali koyak, apalagi perlakuan Angel masih sama, dia masih suka merendahkan aku.


"Bunda, Art baru kamu belum datang?" tanya Mas Fadlan, Suamiku.


"Eh?" Aku yang terkejut malah kebingungan.


"Lho, kok bingung, mikirin apa sih? Rapat di sekolah tadi?" tanya suamiku.


"Eh, enggak, Mas. Aku justru ingin tanya, mana Art yang mau kerja di sini?"


"Lho, belum datang?" Suamiku terlihat bingung.


"Kayaknya belum," jawabku.


"Lho, bukannya harusnya dia datang hari ini ya?" tanya Mas Fadlan lagi.


"Entahlah, Mas, kita tunggu saja."


Mas Fadlan duduk di sampingku. Kebetulan aku memang sedang duduk di ruang tamu. Kami berbincang santai. Mas Fadlan bertanya banyak hal mengenai rapat wali murid tadi.


Saat asyik berbincang, terdengar suara pintu diketuk dan bel berbunyi nyaring.


"Mungkin itu Artnya," ucap Mas Fadlan.


"Sepertinya iya," sahutku.


Aku langsung bangkit dari tempat duduk dan berjalan menuju pintu masuk.


Segera aku membuka pintu dan melihat siapa yang ada di luar. Alangkah terkejutnya aku melihat seorang perempuan berdiri di depan pintu.


"Assalamualaikum," ucapnya.


"Kamu ...."


Bersambung.


Penulis : puputgunawan 


Judul : Kubalas Perundungku Dengan Elegan

Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!

  • Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
  • Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
  • Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense

Belum ada Komentar untuk "Kubalas Perundungku Dengan Elegan"

Posting Komentar

Catatan Untuk Para Jejaker
  • Mohon Tinggalkan jejak sesuai dengan judul artikel.
  • Tidak diperbolehkan untuk mempromosikan barang atau berjualan.
  • Dilarang mencantumkan link aktif di komentar.
  • Komentar dengan link aktif akan otomatis dihapus
  • *Berkomentarlah dengan baik, Kepribadian Anda tercemin saat berkomentar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel