"Kamu serius? Hei, perempuan, siapa yang akan menikahimu? Hit*m, dek*l, pendek. Kamu nengusirku dan anakku? Kamu pikir masih ada yang mau denganmu?" Ibu Mertua berkacak pinggang di depanku.
"Aku tidak perlu menikah, hidup sendiri pun aku bisa, segera keluar dari rumahku, aku mau istirahat!" jawabku yang langsung menuju ke kamar.
Aku berdiri di depan cermin.
Kulitku memang hit*m, tapi kulit hit*m bukan berarti jelek.
Ahh sudah sangat lama aku tidak menikmati hidup karena kesalahan pola pikirku.
Aku segera berganti pakaian yang merupakan pakaian terbaru yang kumiliki.
Sedikit berdandan dan langsung keluar lagi dari kamar.
"Mau ke mana kamu?" tanya Mas Pian yang ternyata sedang duduk bersama ibunya di ruang televisi.
"Loh kenapa masih di sini? Apa kalian tidak memiliki urat malu?" tanyaku sambil melihat kedua tanganku di dada.
"Arunika! Kamu sadar sedang berbicara dengan siapa?" Ibu Mertua berdiri.
"Sadar banget malahan, bicara sama suami yang tidak tahu diri dan Mertua yang sukanya memeras menantu," jawabku sambil membersihkan kukuku.
"Oh, sudah berani rupanya kamu sekarang, kamu mau aku meninggalkanmu? Kamu tau kalau aku tidak meridhoimu, artinya Tuhan tidak akan meridhoimu juga! Kamu itu istriku, orang tuamu mana? Menereka meninggalkanmu seorang diri, kan? Hanya aku yang memungutmu," ucap Mas Pian yang ikut berdiri.
"Memungutku? Atau aku yang merawatmu hingga bisa memakai kemeja berdasi seperti ini? Sepertinya tidurmu terlalu miring, Mas. Sampai lupa diri. Mau meninggalkanku? Kan memang aku sudah mengusir kalian berdua, ya pergi saja, aku nggak rugi kok," jawabku.
Ibu Mertua dan Mas Pian saling memandang.
"Lanc*ng kamu!" Ibu Mertua ingin menamparku, sehingga aku langsung menangkap dan menarik tangannya hingga ke depan rumah.
"Apa yang kamu lakukan Arunika?" teriak Mas Pian.
"Kalau mau tinggal di sini itu tau diri! Aku pemilik rumah ini dan tentu penguasa rumah ini, paham?" teriakku.
Setelah aku pikirkan tadi di kamar, rasanya terlalu cepat jika mereka pergi sekarang setelah apa yang yang mereka lakukan.
Mas Pian segera berdiri di depan ibunya, lalu aku segera ke pintu rumah lagi dan menguncinya.
Berjalan melewati Mas Pian dan Ibunya yang masih merengek masalah tangannya yang sakit, aku menuju mobil.
"Loh kenapa pakai mobil?" teriak Mas Pian lagi.
"Ini mobilku, kan?" jawabku.
Mas Pian masih ingin bersuara lagi namun aku segera menginjak gas dan pergi.
Akan aku rubah semuanya, yang menyakiti akan tersakiti.
Menuju tempat belanja dan membeli beberapa keperluan untukku pribadi lalu mampir ke tempat makan.
Aku juga membeli ponsel baru, sudah waktunya aku membahagiakan diri sendiri.
Karena sudah mendapatkan semua yang aku cari, sehingga aku langsung kembali ke rumah.
------
Keadaan rumah gelap saat aku sampai di depan pagar.
Ah rupanya mereka mau mempermainkanku, mereka lupa kalau akulah yang selama ini mencari uang untuk mereka, sehingga aku pun memiliki tabungan untukku sendiri.
Aku kembali menginjak pedal gas, meninggalkan rumah yang jelas mereka sedang merencanakan sesuatu.
Aku menuju ke penginapan.
"Loh, sedang apa kamu di sini?" Suara Ibu Mertua membuatku sedikit terkejut.
Aku berbalik dan melihat ke belakang.
Mas Pian bersama Emeli yang sedang bergelayut di lengan Mas Pian, juga Ibu Mertua.
"Aku? Mau menginap di sini," jawabku santai.
"Wah, hebat juga kamu, memilih menginap di penginapan, baiklah, kita akan lihat apa yang akan terjadi besok saat kita semua sudah berkumpul, hitung-hitung ada pembantu lah yah," ucap Emeli dengan gayanya yang wau.
"Hahaha baiklah, kita lihat kejutannya besok," jawabku tersenyum.
Aku segera menuju kamarku, sempat terdengar umpatan dari Ibu Mertua.
Besok, aku akan membuat mereka semua terkejut saat melihatku.
----
Masih subuh aku sudah bangun, mencoba make up baru yang kubeli, menyesuaikan warna kulit dan make up, lalu memakai dress hitam, tak lupa kalung emasku.
Hari ini, aku akan membuat mereka terus memandangiku.
Setelah selesai berdandan, aku segera keluar dari kamar dan menuju tempat sarapan.
Dari kejuhan aku sudah melihat Mas Pian dan teman-temannya, lalu menuju ke meja yang berdekatan dengan mereka.
Sesuai dengan prediksiku, mereka semua melihat ke arahku yang berjalan sambil membawa piring sarapan.
"Arunika?" tanya Mas Pian.
Aku menatap Mas Pian.
"Kamu? Bagaimana bisa?" tanya Emeli.
"Kenapa? Kaget?" tanyaku.
"Kamu mau merayu Mas Pian?" tanya Emeli.
"Hahaha ... ya nggaklah! Aku yang membuatnya bisa sekeren ini, masa aku mau merayunya lagi. Mas Pian keren begini saat penampilanku kalian hina, dan saat penampilanku seperti ini, tentu saja levelku bukan Mas Pian lagi, kamu suka Mas Pian, kan? Ambil aja, gratis kok. Eh lupa kamu juga memberikan tubuhmu secara gratis, kan? ....
Byurrr!
"Ini ponselku! ....
"Coba periksa walpapernya, malu ih ngaku-ngak ....
********
Hoooooooolllllllaaaa Maaaaaaaakkk
Judul: KAMU HINA AKU, AKU USIR KAMU
Sudah tamat di kbm app
Akun Chie_Amoy08. BAB 2
Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!
- Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
- Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
- Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense
Belum ada Komentar untuk " "
Posting Komentar
Catatan Untuk Para Jejaker