Setelah Aku Disia-siakan.

Setelah Aku Disia-siakan.


 Semua orang tidak ada di rumah. Mereka sedang berada di restoran, merayakan pesta ulang tahun Naima. Sebab itu, Khalista memanfaatkan kesempatan ini untuk meninggalkan rumah dengan diam-diam. Ia tidak ingin pamit secara langsung karena tidak suka banyak drama dari mereka. Dia hanya ingin pergi dengan tenang.


Empat pasang pakaian telah ia siapkan, semuanya dibeli dengan uangnya sendiri. Pakaian yang diberikan oleh keluarga ini ia simpan rapi di lemari dan tidak ia bawa. Itu karena ia tidak ingin terikat apa pun dengan mereka, bahkan sekadar barang.


Dengan napas dalam, Khalista duduk di meja belajarnya. Ia mengambil selembar kertas dengan tangan sedikit gemetar lalu mulai menulis sebuah surat untuk Kak Galang, Kak Gilang, dan Papa Mama.


Khalista melipat surat itu dengan hati-hati, memasukkannya ke dalam amplop bersama kartu ATM, lalu meletakkannya di meja. Ia menatap kamar yang telah menjadi tempat berlindungnya selama bertahun-tahun, lalu menghela napas panjang.


"Sudah saatnya pergi Khalista. Mulai hari ini kau akan hidup sebatang kara," gumam Khalista dengan mata berkaca-kaca.


Perlahan, ia mengangkat tasnya dan melangkah ke arah pintu. Tangannya menggenggam kenop pintu, berniat membuka lalu keluar diam-diam. Namun, saat pintu terbuka sedikit…


"Non Khalista?"


Khalista tersentak. Di hadapannya, Bi Surti berdiri dengan wajah terkejut. Tatapan wanita paruh baya itu langsung tertuju pada tas yang Khalista bawa.


"Non Khalis mau ke mana tengah malam begini?" suara Bi Surti penuh kekhawatiran.


Khalista menatapnya sejenak, lalu tersenyum kecil. "Aku mau pergi, Bi. Mulai sekarang, aku gak akan tinggal di sini lagi."


Bi Surti tampak panik. "Non gak boleh pergi. Ini rumah Non! Kalau ada masalah, bicarakan dulu dengan keluarga. Jangan pergi sendirian begini Non."


Khalista menggeleng pelan. "Bi, aku sudah gak punya tempat di rumah ini. Aku sudah lama sendiri, jadi untuk apa aku tinggal di sini lagi."


"Tapi—"


"Bi, tolong… jangan halangi aku," Khalista memohon dengan suara pelan. "Aku ingin menjalani hidupku sendiri. Aku gak akan kembali. Jadi, jangan cari aku lagi."


Mata Bi Surti berkaca-kaca. Ia tahu betul bagaimana perlakuan keluarga ini terhadap Khalista, tapi ia tak bisa berbuat banyak. Hanya bisa menjadi saksi atas ketidakadilan yang terjadi.


"Bibi berdoa semoga Non bahagia," akhirnya Bi Surti berkata lirih.


Khalista tersenyum tipis, lalu melangkah melewatinya. Kali ini, tak ada yang menghalanginya pergi. Sebelum benar-benar pergi, Khalista melangkah menuju rumah Naufal yang berada di depan rumah keluarganya. Hatinya masih dipenuhi keraguan, tapi ia harus melakukan ini. Ia harus menyelesaikan semuanya sebelum melangkah ke kehidupannya yang baru.


Ketika ia sampai di depan pintu rumah Naufal, ia mengetuk pelan. Tak lama, seorang wanita paruh baya membukakan pintu. Dia adalah Bi Sri, pembantu di rumah Naufal.


"Eh Non Khalis. Maaf Non, Den Naufal gak ada. Dia pergi ke restoran tempat acara Non Naima," ucap Bi Sri.


Meski tahu bahwa Kak Naufal ada di acara ulang tahun Naima, tetap saja perih dihatinya kembali menyeruak. Namun, justru karena itu, Khalista semakin yakin. Tak ada lagi alasan untuk tetap tinggal dalam hubungan ini.


Khalista pun tersenyum menatap pembantu itu. "Saya tahu Bi. Saya datang kemari untuk menyerahkan barangnya Kak Naufal."


"Barang apa Non?" tanya Bi Sri.


Khalista tidak segera menjawab. Ia malah melepas cincin tunangannya dari jari manisnya lalu menyerahkannya kepada Bi Sri bersama selembar surat kecil. "Tolong berikan ini pada Kak Naufal."


Bi Sri tampak bingung saat Khalista menyodorkan cincin itu. "Itu kan cincin tunangan Non Khalis. Kenapa mau dikembalikan ke Den Naufal? Apa Non Khalis dan Den Naufal bertengkar?"


Khalista tidak menjawab. Ia justru menarik tangan Bi Sri dan meletakkan cincin serta surat itu di telapak tangan Bi Sri, lalu berbalik pergi. Semua sudah selesai.


"Non Khalis! Tolong jelaskan dulu! Kenapa Non Khalis kembalikan cincin ini?" tanya Bi Sri, masih bingung.


Khalista yang sudah beberapa langkah berjalan, menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah Bi Sri dengan mata berkaca-kaca. "Memang sudah lama Kak Naufal ingin mengakhiri hubungan pertunangan kami, tapi karena dia kasihan pada saya, dia gak mau mengakhirinya duluan. Sekarang, saya yang mengakhirinya supaya dia bisa bahagia dengan wanita pilihannya."


Setelah mengatakan itu, Khalista kembali berbalik dan melangkah pergi. Bi Sri hanya berdiri diam, menatap Khalista yang masuk ke taksi. Raut wajahnya penuh kesedihan, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa, karena dirinya hanya seorang pembantu.


Taksi itu melaju menuju hotel, tempat pernikahannya diadakan. Dari dalam mobil, Khalista melihat rumah besar yang telah menjadi tempat tinggalnya selama bertahun-tahun semakin menjauh. Tak ada air mata yang jatuh. Tak ada penyesalan. Hanya rasa lega yang mengisi hatinya. Hari ini, ia meninggalkan semua kenangannya. Hari ini, ia akan memulai hidupnya sendiri, dan takkan pernah kembali ke masa lalunya yang begitu pahit.


Judul: Setelah Aku Disia-siakan.

Penulis: Dewi Mutia.

Tamat di KBM

Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!

  • Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
  • Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
  • Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense

Belum ada Komentar untuk "Setelah Aku Disia-siakan."

Posting Komentar

Catatan Untuk Para Jejaker
  • Mohon Tinggalkan jejak sesuai dengan judul artikel.
  • Tidak diperbolehkan untuk mempromosikan barang atau berjualan.
  • Dilarang mencantumkan link aktif di komentar.
  • Komentar dengan link aktif akan otomatis dihapus
  • *Berkomentarlah dengan baik, Kepribadian Anda tercemin saat berkomentar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel