"Udah nggak usah bingung. Mereka memang selevel dan cocok. Makanya berjodoh. Yang satu penjaga toko, yang satu tukang gorengan."
#Part10
Akhirnya hari pernikahan itu tiba. Pesta sederhana digelar dengan mendirikan tenda di halaman rumah. Kebetulan rumah orang tua Hanum halamannya cukup luas.
Awalnya memang Kamila dulu sempat keberatan saat Andreas mengatakan ingin menggelar pestanya di rumah saja. Sedangkan Kamila inginnya di gedung dengan pesta yang mewah.
Kamila juga inginnya mereka bulan madu ke Korea. Sedang Andreas inginnya ke Bali saja.
Kamila dengan segala gengsinya punya dream wedding yang wah. Sedang Andreas bukan tidak ingin menuruti. Melainkan dia ingin memberi kejutan pada Kamila nanti setelah mereka sah menjadi suami istri.
Jangankan liburan ke Korea, ke Amerika juga ayo saja.
Sayangnya, Kamila tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat saat ia iseng bilang di PHK dan hendak buka usaha gorengan. Semua murni keisengan Andreas semata. Tapi tak ia sangka kalau Kamila malah menunjukkan sifat aslinya.
"Saya terima nikah dan kawinnya Hanum Sekar Wangi binti Ahmad Rahmadi dengan mas kawin tersebut tunai."
Andreas mengucapkan ijab kabul dengan lancar. Seruan sah dari para saksi dan para tamu yang hadir menandakan bahwa mereka telah sah menjadi suami istri.
Hanum menitikkan air matanya. Akhirnya ia akan pergi dari rumah ini dan memulai hidup baru dengan seseorang yang selama ini diam-diam ia kagumi.
Hanum tidak pernah berdoa meminta Andreas untuk menjadi miliknya. Tapi skenario Tuhan ternyata lebih indah dari yang ia bayangkan.
"Loh bukannya harusnya kamu yang nikah ya, Mil?" tanya Areta, rekan kerja Kamila yang ikut hadir di acara.
"Iya, sih. Cuman aku kasihan sama adik aku yang gak laku. Jadi aku kasihin aja calon suami aku buat dia. Lagian aku sudah punya yang baru yang jauh lebih baik dari Mas Andreas."
Jawaban Kamila tentu saja membuat Areta kebingungan.
"Maksudnya gimana? Calon suami dikasihkan ke adik karena kasihan itu konsep macam apa, ya?"
"Udah nggak usah bingung. Mereka memang selevel dan cocok. Makanya berjodoh. Yang satu penjaga toko, yang satu tukang gorengan."
Kamila terkikik geli. Apalagi setiap membayangkan Andreas yang tampan mendorong gerobak gorengannya sambil di lehernya tergantung handuk kucel untuk mengelap keringat.
Untung saja ia tidak jadi menikah dengan pria itu. Kalau tidak ya malu lah masa pegawai bank sepertinya suaminya tukang gorengan.
"Siapa tukang gorengan, Mil?"
"Ya itu Mas Andreas. Suaminya adik aku. Sekarang dia jualan gorengan."
Areta semakin kebingungan. Maksudnya gimana? Setahunya pria itu adalah pengusaha garmen. Kok tukang gorengan? Ini si Mila ngelindur apa gimana?
"Tapi, Mil. Bukannya Pak Andreas itu pemilik Duta Sandang, ya?"
"Pemilik? Manager kali, ah," ralat Kamila cepat. "Tapi sekarang dia sudah di-PHK. Terus, ya, bukannya cari kerjaan lain, kek udah tahu mau nikah, butuh duit banyak. Eh malah dia mau jual gorengan. Ya aku ogahlah.--
Enak aja. Bapak sama ibu aku aja nggak pernah ngajakin aku hidup susah. Lah ini calon suami malah ngajakin aku hidup prihatin.
Aku ya mending batal nikah aja. Mana wedding dream aku itu di gedung gitu, yang mewah, bukan nikah di rumah begini. Kampungan banget."
Mila tak henti nyerocos. Areta yang hendak menjelaskan bahwa Andreas bukan manajer di Duta Sandang melainkan pemiliknya jadi bingung mau bicara bagaimana.
Ia tahu karena ia adalah personal asisten yang mengurusi para nasabah yang duitnya milyaran.
"Nah, itu baru calon suami aku, Kak Ret."
Belum sempat Areta hendak menjelaskan. Kamila sudah heboh menyambut pria yang katanya calon suaminya.
"Oh, ini, Pak Arfian bukan?"
"Iya. Dia sering datang ke bank. Makanya kami bisa kenal dan jatuh cinta."
Areta memaksakan senyumnya mendengar penjelasan Kamila. Karena maaf, jarak umur Arfian dengan Kamila itu sangat jauh.
Tapi ya sudahlah ya, namanya juga cinta tidak memandang usia. Areta tidak ingin ikut campur. Toh, buktinya rekannya itu terlihat bahagia-bahagia saja.
***
"Jadi kalian mau bulan madu ke mana?"
Seusai acara, Mila sudah gatal ingin julid. Ia seolah tidak senang melihat adiknya bahagia.
Andreas dan Hanum saling melempar pandang.
"Kami bulan madu di rumah saja." Andreas yang menjawab.
Bukan karena ia tidak menyiapkan bulan madu untuk Hanum. Tapi istrinya itu baru saja diangkat menjadi manajer.
Pernikahan mereka terjadi juga tanpa terencana dan serba dadakan. Andreas tidak ingin pernikahan ini mengganggu pekerjaan Hanum untuk sekarang ini. Karena pasti butuh fokus ketika ditempatkan di posisi baru.
Nanti kalau waktunya sudah tepat, ia pasti akan membawa Hanum bulan madu kemana pun wanita itu ingin pergi.
Sementara itu sudah bisa ditebak. Mila langsung tertawa ngakak.
"Ya ampun, Mas. Untung aku nggak jadi nikah sama kamu, ya. Kalau nggak ngenes banget baru nikah nggak diajakin bulan madu. Jangan-jangan malah besok pagi kamu langsung diajakin jualan gorengan, Hanum." Tawa Mila menjengkelkan.
Andreas langsung menggenggam tangan istrinya. Ia tidak ingin istrinya itu bersedih karena cemoohan kakaknya.
Kelak kalau sudah waktunya tiba. Ia akan membungkam kesombongan Kamila. Ia pastikan baik Kamila maupun mertuanya tidak akan pernah lagi menghina mereka.
"Ya ampun. Romantis banget kalian." Mila melirik tangan Andreas yang saling menggenggam dengan adiknya. "Tapi aku nggak iri, sih. Soalnya calon suami aku lebih segalanya dari suami kamu."
Bisa-bisanya Kamila bicara seperti itu. Dan orang tuanya membiarkan saja seolah itu adalah hal yang biasa.
"Apa kalian mau aku booking-in hotel buat malam pertama? Biar pernikahan kalian itu ada istimewa-istimewanya gitu, loh. Nggak cuma begini doang. Kalau mau aku telfonin Mas Arfian supaya transfer uang buat hadiah pernikahan kalian."
"Tidak usah. Aku mau langsung memboyong Hanum ke rumahku," pungkas Andreas yang tak ingin semakin merusak suasana hati istrinya dengan ocehan Kamila.
"Ya terserah, sih. Aku juga nggak maksa. Bagus juga kalian tempati rumah itu lebih lama. Takutnya bentar lagi rumah itu kamu over kredit, Mas. Karena nggak kuat bayar cicilannya."
Andreas tak menggubris Kamila. Ia menggandeng Hanum untuk pamitan kepada mertuanya.
"Pak, Bu. Kami langsung pamit saja. Semua pembayaran sudah saya lunasi."
"Syukurlah. Jaga Hanum ya, Nak."
"Iya, Pak. Saya pasti akan menjaga Hanum dengan baik."
"Jangan cuma dijaga ya, Mas tapi dikasih makan juga." Mila rupanya belum puas menghina.
"Itu sudah pasti. Aku menikahi Hanum bukan untuk mengajaknya sengsara," tegas Andreas.
Kamila malah menirukan jawaban Andreas dengan mulut menye-menye.
"Jangan dikasih makannya gorengan terus lho, Mas. Nggak sehat."
Andreas menggandeng istrinya keluar rumah. Ia sudah memasukkan beberapa barang-barang istrinya untuk dibawa ke rumah baru yang sudah ia siapkan.
Tentunya bukan rumah yang ia tunjukkan kepada Kamila, yang ia bilang masih banyak cicilannya.
Tetapi rumah yang cukup mewah yang sudah ia siapkan untuk wanita yang akan menjadi istrinya.
Pura-pura Di-PHK, Padahal Aku Bosnya
Penulis : Brakasena
Baca selengkapnya di aplikasi KBM App.
Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!
- Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
- Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
- Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense
Belum ada Komentar untuk "Pura-pura Di-PHK, Padahal Aku Bosnya "
Posting Komentar
Catatan Untuk Para Jejaker