"Lagi cari siapa?" suara seorang perempuan. Lastri menoleh, dan langsung sadar orang yang bertanya adalah Bu Ane istri pak Edi, tetangga lamanya.
Setelah sembilan tahun berlalu, tak banyak perubahan dari Bu Ane. Itu karena dia lumayan pandai merawat diri. Berbeda dengan Lastri. Alasan tetangga lamanya tak mengenal dia, karena penampilan Lastri jauh berbeda dari yang dulu.
Lastri kelihatan lebih tua dari umurnya, akibat sering panas-panasan di kebun orang. Padahal dulu dia salah satu perempuan yang sering membuat warga kampung iri karena kecantikannya.
Iya, Lastri yang dulu sangat cantik. Memiliki kulit putih bersih, senyum manis, hidung mancung, dan alis tebal. Banyak yang menyamakan dia dengan artis Turki, karena memang secantik itu.
"Bu Ane?" ucap Lastri, spontan. Lawan bicaranya mengernyit, mengingat-ingat siapa yang sedang dia tatap.
"Siapa ya? Kok tahu nama saya?"
"Emm, saya Lastri, Bu."
"Lastri?" Ane terperangah.
Senyum yang tadi mengembang seketika memudar. Yang dia ingat tentang Lastri tak jauh-jauh dari perselingkuhan dan insiden gan-cetnya dengan Saris.
Pandangan bu Ane lalu tertuju pada Lentera. Bocah manis itu balas menatap sambil tersenyum. Tanpa membalas senyum, Ane bertanya siapa bocah yang dilihatnya.
"Ini a-nak kamu?"
"Iya Bu. Ini a-nak saya dengan mas Damar." Lastri rengkuh bahu putranya. Mendengar keterangan Lastri, Bu Ane mengerutkan bibir seakan tak percaya.
"Kamu yakin itu a-nak dari mas Damar?"
"Tentu saja Bu. Ini a-nak saya dengan mas Damar."
"Lalu seling-kuhan kamu ke mana? Punya a-nak juga dari dia?"
"Enggak, a-nak saya hanya satu." Lastri menyahut dengan suara gemetar. Rasa malu, kesal, dan sedih bercampur aduk di kepalanya. Bagaimana pun dia harus menjaga perasaan Lentera.
"Sekarang mau ke mana? Mau apa datang ke kampung ini?" Bu Ane berbicara dengan nada ketus dan sinis, seakan kampung yang Lastri datangi kampung pribadi miliknya.
"Saya mau ajak a-nak saya ziarah ke makam ayahnya."
"Kenapa selingkuhan kamu tak ikut? Kalau tak salah dia adiknya mas Damar kan?"
"Tolong jangan bahas hal buruk di depan a-nak saya Bu! Lagi pula apa pun yang saya lakukan tak ada urusannya dengan Ibu!" tegas Lastri seraya menarik tangan putranya, untuk lanjut melangkah.
Perlahan Lastri ingat jalan mana yang harus dilalui agar sampai di pemakaman.
Setelah ditinggal, Ane hanya bisa melongo. Akhirnya dia punya bahan gosip baru. Dengan terburu-buru, wanita setengah baya berkerudung instan itu berjalan menuju warung terdekat untuk berghibah.
"Bu Ibu! Saya punya gosip baru!" Dengan setengah berlari, Ane menghampiri ibu-ibu yang sedang berbelanja di warung serba ada langganannya. Semua menoleh penasaran.
Saking terburu-buru, Ane sampai salah menginjak bambu tempatnya menyeberang. Bu Ane secara tak sengaja menginjak bambu keropos, hingga membuat kakinya terperosok ke parit.
"Haduhh!"
***
Setelah berjalan sekitar lima menit, Lastri dan Lentera sampai di pemakaman besar tempat Damar dimakamkan. Baru juga sampai di pelataran, bulir bening sudah menetes membasahi pipi Lastri.
Hatinya sakit sekali, karena setelah hampir sembilan tahun berlalu, dia baru berkesempatan datang ke makam Damar. Bahkan di hari lelaki berhati malaikat itu dimakamkan, Lastri tak hadir karena memilih menemani selingkuhannya di daerah lain.
Hal paling menyedihkan, selingkuhan Lastri tak lain adalah adik kandung Damar sendiri, yang bernama Saris. Setelah hidup dengan Saris, barulah Lastri sadar jika dia sudah salah mengambil jalan.
Saris sangat berbeda dengan Damar. Dia pemalas, k4sar, dan tidak bertanggungjawab. Beberapa tahun lalu Saris mening-gal akibat kecelakaan bus, saat tengah menuju ke perantauan. Lastri tidak tahu, karena ketika kejadian mereka sudah berpisah. Jasad Saris tak ditemukan, bersatu dengan rimbanya hutan di bawah jurang.
"Ibu kenapa nangis? Makam bapak mana Bu?" tanya Lentera dengan suara serak.
Wajahnya pucat pasi akibat dehidrasi. Sebenarnya bocah delapan tahun tersebut sudah tak kuat lemas ingin beristirahat efek masuk angin, tapi dia tak mengeluh dan menurut ketika Lastri membawanya ke pemakaman. Lentera tak sabar ingin tahu di mana ayah kandungnya dikebumikan.
"Ayo kita cari ke sana!" Lastri mengajak sang anak memasuki area pemakaman.
Dia coba cari batu nisan bertuliskan nama Damar. Seperti diketahui, ketika almarhum suaminya dimakamkan, Lastri tidak hadir, sehingga tidak tahu Damar dikubur di sebelah mana.
Beruntung Lastri ingat letak kuburan ibu mertuanya. Dia yakin Damar dikubur tak jauh dari makam almarhumah. Dan benar saja, batu nisan bertuliskan nama Damar ditemukan.
"Sepertinya ini makam ayah kamu, Nak."
Lastri segera mengajak Lentera mendekati makam. Tulisan Damar di batu nisan sedikit tertutup oleh lumut, tapi Lastri sangat yakin itu makam suaminya. Demi meyakinkan, dia bersihkan lumut yang menempel. Alhasil tulisan terlihat jelas.
"Damar bin Syarif." Lentera iseng membaca nama yang tertera di batu nisan.
"Iya, itu nama ayah kamu beserta bin-nya. Nama itu yang harus kamu sebut setiap kali berdoa untuk beliau," ucap Lastri.
"Akan aku ingat-ingat, Bu. Ayo sekarang kita doa!"
Sekitar setengah jam Lastri dan Lentera duduk di depan makam. Mereka berdoa dan membacakan beberapa surat pendek untuk almarhum. Selama itu, nyamuk berkerumun mengkerubuti Lastri sampai dia kewalahan. Anehnya, Lentera sama sekali tidak digigit.
Selesai berdoa, Lastri mengajak Lentera pulang, meskipun dia tidak tahu pulangnya ke mana. Lastri tak mungkin mengajak putranya langsung kembali ke kampung halaman.
"Ayo kita pulang! Badan Ibu dikerubutin nyamuk."
"Ke aku gak ada yang gigit."
"Yang benar? Kok Ibu dikerubutin ya?"
"Pasti karena Ibu belum mandi."
"Enak saja!"
Keduanya berjalan menyusuri rumput dan semak menuju perkebunan warga. Kesan seram sangat terasa sedari ketika mereka sampai, tapi Lastri berusaha untuk tenang agar Lentera tak ketakutan. Kenyataannya, Lentera a-nak pemberani yang tak takut pada apa pun selain omelan ibunya.
"Habis nyekar?" Suara seorang pria terdengar dari arah belakang. Lastri tercekat. Kaget dan takut bercampur di kepalanya.
"Bapak?" ucap Lentera tiba-tiba.
Selengkapnya bisa dibaca di aplikasi KBM dengan judul Lentera Anak Titipan, karya Perempuan Pendongeng.
Baca selengkapnya di;
https://read.kbm.id/book/detail/67055d0c-6d4b-45a0-a512-6805713653b6
Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!
- Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
- Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
- Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense
Belum ada Komentar untuk " "
Posting Komentar
Catatan Untuk Para Jejaker