Dibuang Ajudan Dinikahi Komandan
Bab 4
“Pelan-pelan toh, Lam, makannya.” Sang Ibu mengingatkan.
Nilam tak menyahut ucapan ibunya. Ia lebih tertarik untuk menuntut penjelasan dari sang Ibu. “Bu, maksud Ibu, Ibu mau jodohin Nilam sama anaknya Bu Salma? Sama papanya Ara?”
Ia kaget, jelas saja.
“Kan kenalan dulu, Lam. Siapa tau cocok,” jawab sang Ibu dengan enteng.
“Tapi, Bu....”
“Kalau kamu nggak mau nggak apa-apa, kok. Ibu nggak akan maksa.”
Nilam kembali meneguk minumannya. Berusaha menenangkan diri dari keterkejutannya.
“Tapi menurut Ibu, nggak ada salahnya juga kenalan dulu, Lam. Anaknya Bu Salma itu sudah mapan. Kalau kamu menikah sama laki-laki seperti dia, Ibu yakin hidup kamu nggak akan kekurangan, apalagi sampai harus kerja jadi pembantu lagi. Masa depanmu akan cerah,” ucap ibunya memberi nasihat.
Nilam menunduk. Ia paham betul sang Ibu bermaksud baik demi masa depannya. Namun, jatuh cinta pada orang lain tidak segampang jatuh cinta seperti di film-film. Apalagi Nilam juga masih mengharapkan seseorang saat ini. Ya, meskipun ia malah menyaksikan pria itu melamar wanita lain.
“Maaf, Bu. Nilam belum bisa kasih jawaban sekarang. Nilam belum kepikiran buat ke arah sana, tapi mungkin Nilam akan coba pertimbangkan,” jawab Nilam diselimuti kebohongan.
Sejujurnya, Nilam sudah sangat ingin menikah dan memiliki pendamping hidup. Namun sayangnya, pria yang Nilam harapkan menjadi suami dunia akhiratnya malah memupus mimpi indah itu. Bagaimana mungkin tiba-tiba ia memikirkan tentang menikah dengan pria lain?
Ibu Nilam mengangguk seraya tersenyum tipis. “Nggak apa-apa, Nak. Kamu boleh pikirin dulu. Kalau kamu nolak pun Ibu nggak akan maksa, karena yang paling penting bagi Ibu adalah kebahagiaan kamu, Lam.”
Setelah obrolan serius itu selesai, Nilam memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Merenung cukup lama sambil menatap langit-langit kamar. Nilam masih kepikiran soal Indra. Ia ingin menghubungi pria itu, berharap ia masih punya kesempatan untuk menikah dengannya. Namun, sayangnya nomor Indra sudah lama tidak aktif.
“Apa aku langsung ke rumahnya aja, ya?” Ide itu terlintas di kepala. “Tapi Bang Indra kan dari dulu jarang ada di rumah.” Nilam malah jadi bimbang sendiri.
Nilam berbalik dan menatap layar ponselnya yang masih menyala. Menampilkan wallpaper bergambar wajah Indra yang selama ini membuatnya semangat dalam mengejar cita-cita.
Nilam tiba-tiba punya ide lain. Besok, ia akan menemui Indra langsung ke kesatuannya untuk menanyakan kejelasan hubungan mereka. Bagaimanapun, Nilam berhak tahu. Ia benar-benar masih berharap kalau Indra berjodoh dengannya.
Esoknya, sesuai dengan rencana awal Nilam. Ia datang ke kesatuan tempat Indra berdinas. Ia lama menatap gerbang Batalyon itu dari luar, untuk memastikan ingatannya kalau memang di sana lah tempat Indra ditugaskan. Dulu Indra pernah memberitahunya nama kesatuannya. Meskipun, Nilam sendiri belum pernah ke sana. Semoga saja Indra belum dipindah tugaskan ke tempat lain. Setelah Nilam yakin, ia mendekat ke pos jaga. Bertanya pada salah satu tentara yang berjaga di sana.
“Permisi, Mas.”
Seorang pria berbaju loreng dan bersenjata lengkap mendekat. “Cari siapa, Mbak?” tanyanya ramah.
“Saya mencari Bang Indra. Sersan Indra Sanjaya. Saya Nilam, temannya.”
“Sudah janjian?” tanya tentara itu.
Nilam menggeleng.
Penjaga posko akhirnya membawa Alifa ke ruang penerimaan tamu. Ia dimintai KTP, dan juga mengisi buku tamu.
“Mbak tunggu sebentar, ya, kami akan konfirmasi dulu sama Sersan Indranya.”
Nilam mengangguk dan menunggu dengan sabar. Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya yang ditunggu datang juga. Indra muncul di belakangnya, membuat Nilam sangat senang. Akhirnya, setelah sekian lama ia bisa bertemu lagi dengan Indra secara langsung. Nilam begitu merindukan pria itu. Penampilannya tidak banyak berubah, tetap tampan dan gagah seperti dulu. Namun, sikap pria itu justru malah semakin dingin padanya.
“Kita bicara di luar.” Indra langsung menarik pergelangan tangan Nilam dan membawa gadis itu ke tempat yang lebih sepi, jauh dari tatapan para penjaga atau rekannya.
Setelah memastikan situasi aman dan hanya mereka berdua di sana. Indra langsung menyerbu dengan pertanyaan nyelekitnya.
“Kamu ngapain sih ke sini?” tanyanya dengan nada ketus. Nilam sebenarnya kaget. Tapi Nilam harus mengetahui jawaban Indra soal nasib hubungan mereka.
“Bang Indra, Nilam cuma mau tanya soal hubungan kita. Kemarin itu—”
“Memangnya sejak kapan kita punya hubungan?”
Deg!
Nilam langsung menatap Indra dengan tatapan tak percaya. Apa Indra sudah amnesia? Padahal, dia sendiri yang halo dek halo dek kepadanya. Kenapa sekarang mendadak bertanya seperti itu seolah tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka? Seolah mereka hanya dua orang asing yang tidak saling kenal.
“Loh? Kan selama ini Bang Indra bilang cinta sama aku dan pernah bilang juga kalau Abang akan nikahin Nilam kalau Nilam udah punya gelar. Sekarang, Nilam udah punya gelar, Bang. Nilam udah sarjana. Tapi kenapa kemarin Abang malah ngelamar perempuan lain?” tanya Nilam dengan suara bergetar.
Ia berharap jawaban Indra akan menenangkan hatinya yang sedang berkobar panas, tetapi nyatanya pria itu malah tertawa mengejek.
“Punya gelar apa, sih, kamu?”
“Sarjana pendidikan Bahasa Inggris, Bang.”
“Terus pekerjaan kamu?” tanya Indra lagi. Masih dengan nada merendahkan.
“Belum, Nilam masih–“
“Masih jadi pembantu?” Indra menyela. Membuat Nilam mengangkat wajahnya.
“Nilam cuma gantiin Ibu kemarin karena Ibu lagi sakit, Bang.” Nilam mencoba membela diri.
“Ooh.. berarti pengangguran, ya kamu?”
Nilam tak membantah karena memang itulah faktanya.
“Udahlah, Lam. Bangun dari mimpi kamu. Gini ya, aku perjelas aja deh. Kita itu nggak setara. Kamu pikir kenapa aku melamar perempuan lain? Coba kamu ngaca, bandingin diri kamu sama dia. Sama Selina. Jauh! Jauh banget Lam. Kamu cuma anak pembantu, sedangkan Selina anak orang kaya dari lahir. Kamu pikir, perempuan kayak kamu ini pantes buat aku? Nggak! Aku nggak akan sudi nikah sama anak pembantu macam kamu.”
Kalimat itu membuat detak jantung Nilam seolah berhenti sejenak. Ada sesuatu yang menusuknya dengan kuat. Bola matanya mulai berembun. Hatinya sakit sekali.
Selengkapnya di KBM App
Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!
- Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
- Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
- Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense
Belum ada Komentar untuk " "
Posting Komentar
Catatan Untuk Para Jejaker