SISA SAMPAH MEREKA MEMANGGILKU
Part 7
Sejak hari itu, suasana di lantai 18 berubah. Tak ada lagi yang menertawakan penampilanku. Tak ada lagi yang berani melirikku dengan ji_jik seperti sebelumnya.
Mereka tahu, aku bukan sekadar anak har4m yang penuh belas kasihan, yang dibawa masuk oleh koneksi. Aku punya otak. Aku mulai menyalakan cahaya di ruang-ruang yang sebelumnya hanya gelap bagiku.
Namun, semakin aku naik, semakin besar pula kejah4tan yang mengint4i. Kej4hatan itu berasal dari Oktavia Arman Putri.
*****
“Kayaknya kamu lagi naik daun, ya?”
Meisya muncul di pantry kantor saat aku sedang menyeduh kopi.
Aku mengangguk sopan. “Masih belajar, kok.”
Dia mendekat, menatapku dari atas ke bawah. “Belajar atau menjil4t? Katanya kamu deket banget sama Pak Arman sekarang.”
Aku menatapnya taj4m. “Saya magang, bukan simp4nan.”
Meisya terkekeh. “Ya siapa tahu, kan? Dunia kantor kan begitu. Cantik nggak, tapi bisa naik. Berarti ada sesuatu yang dipakai selain otak.”
Aku tak menjawab. Percuma meladeni 4njing yang hanya bisa menggonggong saat tak punya taring. Tetapi sorenya, hal yang lebih buruk terjadi.
Clara HRD mendatangiku dengan wajah gelisah. “Nayla, tolong ke ruang compliance sekarang. Ada sesuatu yang harus kamu klarifikasi.”
Aku mengernyit. “Saya melakukan kesalahan?”
“Belum tahu. Tapi ini serius. Datanya cukup berat.”
Dadaku langsung sesak.
Di ruang compliance, aku dihadapkan dengan kepala audit internal dan dua orang dari tim IT. Di atas meja, sebuah laptop menyala dengan tampilan akun email internal perusahaan.
“Ini adalah akun resmi milik Oktavia Arman Putri,” kata salah satu dari mereka. “Kami menemukan ada pengiriman file sensitif tentang data keu4ngan perusahaan ke alamat email luar negeri, dan... kami juga melihat file itu sempat dibuka dari IP yang terdaftar atas nama Anda.”
Aku membeku. “Saya? Saya tidak pernah membuka akun itu!”
“Tapi sistem menunjukkan Anda login di komputer lantai 17 ruang tempat Anda biasa bekerja,” lanjutnya. “Kebetulan, waktu kejadian bersamaan dengan Anda sedang shift sore.”
Aku menggeleng cepat. “Saya tidak pernah buka akun Mbak Oktavia! Saya bahkan tidak tahu password-nya!”
Clara masuk dengan wajah murung. “Nayla ini bisa dikategorikan sebagai keboc0ran data serius. Bisa saja kamu akan di terminate. Bahkan bisa ditvntut pid4na.”
Dunia terasa ambruk. Aku nyaris kehilangan keseimbangan. Tapi tiba-tiba, pintu ruangan terbuka keras. Pak Arman masuk.
“Apa yang terjadi?” suaranya dingin dan taj4m.
Kepala audit langsung berdiri. “Pak Arman kami menemukan indikasi pemb0coran data. Dan sistem menunjukkan—”
“Saya yang akan memeriksanya langsung. Tunda semua keputusan sampai saya selesai investigasi sendiri.”
Matanya menatapku lama. Lalu dia berkata pelan, “Nayla, ikut saya.”
*****
Di ruangannya, dia menutup pintu. Sunyi. Hanya suara napas kami yang terdengar.
“Kamu yakin tidak pernah membuka email Oktavia?”
“Saya bersumpah, Pak. Saya bahkan tidak tahu password-nya. Saya tidak pernah menyentuh laptop dia.”
Dia menatap mataku lama. “Aku percaya kamu.”
Aku nyaris roboh mendengar kata itu. Karena hanya itu satu-satunya yang bisa kupeluk saat ini.
“Tapi kamu harus tahu, Oktavia bukan hanya anakku. Dia juga pewaris Arta Group. Jika kamu berk0nflik dengannya, ini akan jadi sangat rumit.”
Aku mengangguk. “Saya tidak berniat k0nflik. Tapi saya juga tidak akan diam saat dijatuhkan.”
Dia terdiam sebentar, lalu mengangguk. “Baik. Aku akan kerahkan tim forensik IT. Kita lihat siapa yang bermain kot0r.”
****
Semua orang menjauhiku. Rekan magang menatapku seperti virus. Clara bahkan memintaku bekerja dari luar kantor sementara waktu. Namaku dibisikkan dalam toilet, ditertawakan dalam pantry.
Dan Oktavia, dia seolah jadi bintang paling bersinar.
“Mungkin dia terlalu haus pengakuan, makanya nekat,” katanya lantang saat makan siang bersama divisi.
“Udah dikasih kesempatan malah berkhianat. Orang-orang seperti itu emang nggak bisa diselamatkan,” tambah Meisya sambil tertawa.
Aku duduk sendirian di kantin luar, makan nasi bungkus dengan telur dadar yang mulai dingin. Dan untuk pertama kalinya sejak lama... aku hampir menyerah.
Hampir.
Tapi kemudian, Clara menghubungiku.
“Nayla. Kamu bisa ke kantor sekarang? Ada hasil investigasi IT.”
*****
Ruang meeting. Lagi.
Tapi kali ini, suasananya berbeda.
Tim IT menyambutku dengan raut serius.
“Kami berhasil melacak keanehan dalam sistem login akun Oktavia.”
Aku menahan napas.
“Password akun dia tidak pernah berubah sejak pertama kali dibuat. Dan kami menemukan aktivitas mencurigakan di komputer Oktavia sendiri sebuah software remote access yang bisa membuat komputer lain seolah-olah sedang login dari tempat berbeda.”
Aku menoleh. “Jadi maksudnya?”
“Maksudnya,” kata kepala IT, “akun Oktavia diret4s dari laptopnya sendiri. Dan software itu diinstal dengan izin administrator. Itu hanya bisa dilakukan oleh pemilik akun. Atau seseorang yang punya akses penuh ke sistem.”
Aku terdiam. Otakku bekerja cepat.
“Itu berarti dia sendiri yang mengatur ini.”
Clara mengangguk. “Dan karena kamu targetnya, kami simpulkan ini adalah bentuk fitn4h yang disengaja. Kamu dibersihkan dari semua tuduhan, Nayla.”
Mataku memanas. Tapi bukan karena sedih, tapi karena amarah dan dend4m.
*****
Pak Arman memanggilku ke ruangannya beberapa jam kemudian. Wajahnya tegang, rahangnya mengeras.
“Dia menyangkal semua. Tapi bukti terlalu kuat.”
Aku duduk perlahan. “Apa yang akan Bapak lakukan?”
Dia menatap keluar jendela. “Aku sedang berpikir.”
Aku tahu itu sulit. Dia ayahnya. Tapi aku juga tahu bagi pria seperti Pak Arman, kehormatan dan kepercayaan lebih penting daripada hubungan dar4h.
“Dia tetap anakku,” katanya pelan. “Tapi kamu juga kini seseorang yang tak bisa kuabaikan.”
Aku menatapnya dalam. Keadilan akan datang. Dengan caranya sendiri.
*****
Beberapa hari kemudian, Oktavia tidak muncul ke kantor. Gosip menyebar.
Katanya, dia diminta istirahat sementara.
Katanya, Arta Group sedang restrukturisasi internal. Katanya, salah satu investor menarik diri karena kasus kebocoran data.
Dan aku?
Dipindahkan ke tim strategi utama. Langsung bekerja di bawah divisi pengembangan bisnis. Dengan ruangan baru. Dan nama baru. Analis Muda Termuda dalam sejarah magang Arta Group.
Tapi aku tahu ini baru permulaan. Oktavia tidak akan diam. Dia adalah ular dengan dua kepala. Dan aku? Aku takkan lari.
SISA SAMPAH MEREKA MEMANGGILKU (7)
Penulis : Zuliapenacinta
Aplikasi : KBM
Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!
- Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
- Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
- Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense
Belum ada Komentar untuk "SISA SAMPAH MEREKA MEMANGGILKU (7)"
Posting Komentar
Catatan Untuk Para Jejaker