MERTUA ISTIMEWA 12
Cuplikan. Di aplikasi panjang dua kali lipat lebih
🍀Klik profilku untuk baca bab sebelumnya secara berurutan
PoV Ines
Aku harus telepon Mbak Ulfa untuk menjelaskan kalau aku tidak pura-pura bahagia agar kakak kandungku yang sombong itu sadar kalau uang bukanlah tolok ukur kebahagiaan seseorang.
"Halo, Mbak."
Aku segera menjauhkan alat komunikasi sejuta umat ini dari telinga begitu panggilan terhubung. Suara Mbak Ulfa langsung terdengar seperti rentetan bom yang siap meledakkan gendang telinga.
"Sedang apa kamu, Nes, sehingga tidak sempat mengangkat teleponku?" tanya Mbak Ulfa dari seberang sana dengan suara tinggi.
Aku mendesah, meski hanya melalui suara karena kami melakukan panggilan saja bukan video call. Aku dapat merasakan kalau dia sedang emosi.
"Ibu mertuaku ulang tahun dan mengadakan pengajian serta santunan anak yatim. Kenapa?"
Terdengar suara tawa Mbak Ulfa. "Nggak usah sok pamer dengan mengumbar kebahagiaan di media sosial apalagi kemesraan bersama suamimu yang tukang bakso itu. Kalau memang mau buat status, buatlah sesuai kenyataan yang ada jangan yang berkebalikan. Hidup susah kok bilang bahagia?"
Aku mengulas senyum manis meski aku tahu lawan bicaraku itu tidak melihatnya. Aku beranjak dari duduk dan berjalan menuju jendela. Dengan sebelah tangan, aku membukanya agar udara masuk. Dari sini aku dapat melihat teras rumah ibu mertua yang penuh dengan bunga dan tanaman hias yang ditanam dalam pot tanah liat. Asri dan sedap dipandang mata.
"Mbak, bahagia itu tidak harus memiliki banyak uang__
Mbak Ulfa memotong ucapanku. "Bohong. Hanya orang yang punya duit banyak yang bisa mengecap yang namanya bahagia. Sudahlah, Nes. Ngaku saja kalau kamu menderita agar aku lega."
Aku mendesah. Entah apa yang ada di pikiran wanita berusia dua puluh lima tahun itu. Kenapa merasa tidak suka saat adiknya ini bahagia. Betapa piciknya pikirannya itu.
"Ada apa denganmu, Mbak? Kenapa selalu menganggap aku hanya pura-pura bahagia? Jangan-jangan Mbak Ul sendiri yang menderita,"
Aku kaget hingga terlonjak saat mendengar bunyi pintu dibanting dari seberang sana. "Mana mungkin aku menderita jika punya suami kaya dan tampan!"
Aku tertawa. "Ya sudah, aku senang Mbak Ul bahagia dengan apa yang dimiliki dan biarkan aku bahagia dengan caraku sendiri. Aku memang tidak bergelimang harta, tetapi punya mertua dan ipar yang sangat baik adalah sebuah anugerah yang patut disyukuri."
Buru-buru aku menekan tombol merah bergambar telepon sebelum Mbak Ulfa menjawab lagi.
Aku capek.
Ponselku kembali berdering. Foto Mbak Ulfa yang sedang berpose di depan sebuah rumah megah berlantai dua dan sedang tersenyum itu kembali terpampang di layar, tetapi aku sengaja mengabaikannya. Panggilan terus berulang dan aku tetap tidak ada niat untuk berbicara dengannya lagi.
[Angkat teleponku, Nes. Kita belum selesai bicara]
[Aku hanya ingin mengingatkan padamu agar berhenti pura-pura bahagia karena pura-pura itu melelahkan]
Aku mendesah. Kecurigaanku tentang Mbak Ulfa yang pura-pura bahagia semakin kuat. Seseorang yang menaruh curiga pada orang lain biasanya karena dia sendiri yang seperti itu.
Aku membuka galeri ponsel dan menemukan video kebersamaan dengan kakak ipar. Video itu diambil oleh Mas Akbar yang dikirimkan melalui pesan WhatsApp. Di dalam video itu terlihat dengan jelas Mbak Divya bergantian dengan Mbak Nirma memelukku erat saat berpamitan pulang.
Pelukan hangat itu kembali kurasakan saat melihat video yang sedang kuputar. Rasa haru dan bahagia bercampur jadi satu.
Aku mengirimkan video itu ke nomor Mbak Ulfa. Selain video aku juga mengirimkan beberapa foto bersama keluarga besarku yang bahagia ini.
Lihatlah video ini, Mbak. Senyum yang mengembang tanpa paksaan jelas menunjukkan aku bahagia. Masihkah Mbak Ulfa bisa bilang kalau aku hanya pura-pura bahagia?
Aku harap setelah melihat video itu, Mbak Ulfa akan mengakui kalau aku memang bahagia yang sesungguhnya.
Orang bilang, bahagia itu menular. Semoga Mbak Ulfa merasa lega melihat adiknya ini bahagia dikelilingi orang-orang tersayang.
Pesan gambar berubah menjadi cek list biru hanya dalam sepersekian detik, sepertinya Mbak Ulfa memang sedang menunggu balasan dariku.
Aku menunggu tulisan sedang mengetik berwarna hijau pada bagian atas layar chat-ku dengan Mbak Ulfa, tetapi nihil. Bukannya membalas atau telepon lagi, foto profil anak kesayangan ibuku itu malah lenyap.
Apa maksudnya ini? Dia blokir nomorku?
***
Disini 👇
Judul : MERTUA ISTIMEWA
penulis : sitiaisyah9078
Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!
- Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
- Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
- Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense
Belum ada Komentar untuk "MERTUA ISTIMEWA "
Posting Komentar
Catatan Untuk Para Jejaker