SETELAH PUTRAKU PERGI

SETELAH PUTRAKU PERGI


 "Berpisah?" Mas Heri segera berdiri dan menatapku. 


Aku mengangguk. 


"Hanya karena ini kamu ingin berpisah dariku?" Pria itu melipat kedua tangannya di dada. 


"Hanya karena ini katamu, Mas? Nino pergi untuk selamanya karena kamu dan sekarang kamu bilang hanya karena ini?" Aku tak tahan untuk tak berteriak. 


"Jangan berteriak padaku, Ranti. Aku ini suamimu!"


"Aku ingin kita berpisah," lirihku sembari menatap pria itu dengan nanar. 


"Aku tidak ingin kita berpisah, seharusnya kita saling menguatkan saat ini, apa kamu pikir jika kita berpisah Nino akan bahagia melihat itu?"


"Nino akan paham bagaimana aku dan kenapa aku ingin berpisah darimu, Mas."


"Sampai kapanpun aku tak akan  mau berpisah darimu, aku mohon padamu Ranti, berikan aku kesempatan untuk memperbaiki ini semua, ya?"


Aku menggeleng-geleng pelan. "Maaf Mas, aku sudah tidak bisa. Melihat wajahmu saat ini saja benar-benar membuatku terluka bagaimana aku bisa hidup denganmu?"


"Tidak Ranti, aku tidak ingin kita berpisah jangan hancurkan pernikahan ini." Pria itu melangkah ke arahku. "Aku minta maaf, ya, Sayang," pintanya sembari meraih tubuhku ke dalam pelukannya. 


"Jangan sentuh aku, Mas." Aku mendorong dada bidang Mas Heri begitu saja. "Semakin kamu memaksa kita untuk terus bersama yang ada luka di hatiku terus membesar."


Pria berambut hitam itu menatapku, kedua tangannya mengepal dan berkata, "Lebih baik aku mati bersama Nino jika kamu terus meminta berpisah dariku."


"Siapa yang ingin berpisah, Mas?" Suara itu seketika membuatku dan Mas Heri menoleh ke arah pintu. 


Terlihat seorang perempuan menggunakan gamis abaya hitam senada dengan jilbab yang ia kenakan. Ia menatapku dan Mas Heri bergantian. 


"Lyta?" Mas Heri menatap sang adik. "Kapan kamu datang?"


"Sejak aku mendengar permintaan berpisah," jawab adik iparku itu. 


Aku terdiam dan menunduk menatap kedua kakiku yang tanpa alas.


Mas Heri segera melangkah ke luar dari kamar dan menuju ke arah Lyta. 


"Di mana Ibu?" tanya pria itu. 


"Ibu tidak bisa ke sini, Mas," jawab Lyta. "Ceska masih sakit, setelah Mas Heri menelpon mengabarkan Nino meninggal dunia, aku buru-buru ke sini."


Mas Heri tak mengatakan apa-apa lagi, pria itu melangkah pergi begitu saja meninggalkan Lyta. 


Aku terduduk begitu saja di tepi tempat tidur, mendengar jawaban Lyta hatiku begitu terluka. Padahal Nino sudah pergi begitu jauh, tetapi ternyata ibu mertua sama sekali tak pernah peduli pada cucunya sendiri. 


"Mbak." Lyta berdiri di hadapanku sembari menyodorkan air mineral. 


Aku mengambil botol itu dan memegangnya. 


Lyta bergeser lalu duduk di sampingku. "Aku tahu kehilangan Nino pasti membuat luka di hati Mbak Ranti yang tak bisa aku rasakan sesakit apa itu, tapi aku juga tahu Mbak Ranti adalah seorang ibu yang begitu kuat." Gadis itu menyentuh bahuku. 


Aku mengangguk dan meraih tangan Lyta, menggenggam tangan adik ipar dengan erat karena hanya dia yang benar-benar menerimaku di keluarga ini. 


"Aku tak tahu harus bagaimana lagi sekarang, Lyta? Aku hancur," lirihku bersama dengan air mata yang mengalir. 


Aku peluk tubuh Lyta dan mendaratkan dagu ini di pundaknya. 


Lyta mengelus lembut punggungku dan berkata, "Mbak gak hancur, Mbak gak sendirian. Ada aku di sini dan Nino juga pasti selalu ada di dekat Mbak, dia pasti melihat kita saat ini, Mbak. Jadi jangan hancur agar Nino bisa bahagia di sana dan tak sedih melihat Mbak seperti ini."


"Nino hanya ingin melihat ayahnya untuk terakhir kalinya Lyta, tapi dia tidak bisa melihat sampai menutup mata," ucapku hampir tak jelas karena sembari menangis. 


Lyta meneteskan air matanya dan berkata, "Maafkan ibuku ya, Mbak. Karena kekhawatirannya pada Ceska, Mas Heri sampai harus meninggalkan Nino malam itu."


Aku menarik napas panjang dan mengembuskannya. "Ibu memang tidak pernah bisa menyayangi Nino seperti dia menyayangi Ceska, sampai saat ini pun dia lebih memilih bersama Ceska walaupun Nino sudah pergi begitu jauh."


"Mbak, aku harap. Mbak Ranti bisa memaafkan Mas Heri," ucap Lyta. "Mas Heri juga tertekan akan semua ini Mbak, rasa bersalah membuatnya terjebak dalam situasi ini."


Aku menatap Ceska dan berkata, "Masmu bukan terjebak dalam situasi, tapi ia tak pernah tegas akan semua hal yang ia hadapi. Maafkan Mbak Lyta, keputusan Mbak sudah bulat untuk berpisah dari Mas Heri. Aku harap kamu bisa mengerti perasaan Mbak."


Lyta terdiam, gadis itu menunduk. 


"Ini yang terbaik untukku dan kakakmu, selama ini aku bertahan hanya demi Nino yang begitu menyayangi ayahnya, tapi saat ini Nino sudah pergi, jadi tak ada alasan lagi untuk aku terus bersama Mas Heri."


"Tapi Mbak, bag—" Ucapan Lyta terhenti saat mendengar dering ponselku. 


Aku meraih hape putihku dari atas tempat tidur, di layar ponsel itu jelas aku melihat panggilan masuk dari ibu mertua. 


Kusentuh layar ponselku dan menempelkan di telinga tanpa berkata apapun. 


"Apa sekarang kamu tahu rasanya kehilangan?"


Selengkapnya baca di apk KBM App

Judul : SETELAH PUTRAKU PERGI

Akun KBM App : lailaajja69


Klik link di SINI untuk baca part selanjutnya 


Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!

  • Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
  • Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
  • Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense

Belum ada Komentar untuk "SETELAH PUTRAKU PERGI"

Posting Komentar

Catatan Untuk Para Jejaker
  • Mohon Tinggalkan jejak sesuai dengan judul artikel.
  • Tidak diperbolehkan untuk mempromosikan barang atau berjualan.
  • Dilarang mencantumkan link aktif di komentar.
  • Komentar dengan link aktif akan otomatis dihapus
  • *Berkomentarlah dengan baik, Kepribadian Anda tercemin saat berkomentar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel