DICAMPAKKAN SUAMI, DIRATUKAN IBU MERTUA
Part 9
"Keterlaluan sekali mereka melakukan ini pada putri Mama." Bu Hasna terus mengomel seraya membenarkan jilbabku yang berantakan akibat ditarik oleh Rara tadi.
Kami sudah berada di dalam mobil, setelah Mama menelpon Pak Tono untuk menjemput kami. Sepanjang perjalanan aku lebih banyak diam, larut dalam pikiran yang campur aduk.
"Anis."
Aku tersentak ketika Bu Hasna tiba-tiba menepuk pundakku.
"Kamu baik-baik saja, kan? Apa perlu kita ke dokter untuk memeriksa, barangkali kali ada yang cedera akibat ulah wanita itu," lanjutnya, dengan wajah khawatir, mungkin karena sejak tadi aku diam saja.
"Aku baik-baik saja, Ma," jawabku kemudian, mencoba untuk tersenyum.
"Syukurlah kalau begitu." Wajah Bu Hasna tampak sedikit lega. "Mama bangga sekali padamu tadi, karena sekarang kamu sudah bisa bersikap tegas."
Aku tersenyum lagi. Memang seharusnya sejak awal aku seperti ini. Tapi ....
"Oh ya, ngomong-ngomong ... ada sesuatu yang mengganggu pikiran Mama," ucap Bu Hasna kemudian seraya menatap ke arahku lagi.
"Kenapa, Ma?" Aku membulatkan mata sesaat. Sepertinya aku tahu apa yang ingin Mama tanyakan.
"Tentang ucapanmu pada Bu Lidya dan Pak Huda tadi," jawab Bu Hasna. "Apakah kamu mengenal mereka?"
Aku mengatupkan bibir, tak langsung menjawab. Jika aku mengatakan yang sebenarnya sekarang, mungkin detik ini juga Bu Hasna akan memutuskan hubungan dengan keluarga itu, dan akan sulit bagiku untuk bisa bertemu mereka lagi.
Tidak, aku tidak bisa membiarkan hal itu. Justru sekarang aku menginginkan adanya pernikahan antara Mas Reza dan Rara agar terjadi ikatan dalam keluarga itu. Dengan begitu, aku bisa diam-diam menyusun rencana untuk menghancurkan mereka.
"Anis." Bu Hasna menepuk pundakku lagi, kali ini dengan wajah yang lebih khawatir.
"Tidak, Ma. Aku tidak mengenal mereka," jawabku, terpaksa berbohong. "Tadi aku begitu emosi, jadi sembarangan saja bicara."
"Tapi mereka benar-benar terlihat shock tadi," Bu Hasna masih terlihat berpikir. "Apa jangan-jangan ...."
Aku tahu tidak mudah untuk mengelabuhi wanita cerdas seperti Bu Hasna, tapi sepertinya dia memutuskan untuk mempercayaiku.
"Ya sudahlah, yang penting kamu baik-baik saja." Bu Hasna akhirnya tersenyum, lalu menggenggam tanganku lembut.
Maafkan aku, Ma. Untuk saat ini aku tidak bisa mengatakan apapun yang sebenarnya pada Mama. Dan setelah ini pun, aku terpaksa memanfaatkan kabaikan Mama dan posisi yang kudapatkan untuk membalas orang-orang keji itu. Sungguh, aku tak sanggup melihat para manusia laknat itu hidup bahagia!
.
.
.
Sudah beberapa hari Mas Reza tidak pulang ke rumah sejak acara pertemuan yang kacau itu. Tapi Bu Hasna sempat memberitahuku, kalau Mas Reza menginap di salah satu apartemen milik mereka. Tampaknya Mas Reza masih marah dan enggan bertemu denganku.
Aku menyeruput kopi yang sudah mulai dingin, mengalihkan pandangan sesaat dari layar laptop yang ada di hadapanku. Aku sedang berada di sebuah kafe untuk menikmati makan siang, sambil mengerjakan tugas kuliah yang menumpuk.
"Wah, akhirnya kamu jadi menikah juga dengan orang kaya, ya?"
Aku tertegun sejenak mendengar obrolan beberapa orang di kursi belakangku. Tampaknya mereka baru saja datang dan duduk di sana, karena sejak tadi aku tidak mendengar obrolan dari sana.
"Tentu saja. Ini, undangan untuk kalian. Jangan lupa datang."
Kali ini aku membulatkan mata sesaat. Itu suara Rara. Tampaknya dia tidak menyadari keberadaanku di sana, karna tertutup sandaran kursi yang cukup tinggi itu.
"Lalu bagaimana dengan pacarmu, si Alex? Bukankah kalian berdua sempat tinggal bersama di luar negeri?"
Tunggu. Bukankah menurut cerita yang kudengar, Rara ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan? Tapi yang baru saja kudengar, dia tinggal bersama dengan seorang pria di luar negeri? Mana yang benar?
"Aku sudah lama putus dengannya. Dia tak mau menikahiku, padahal aku sudah memberikan segalanya. Dia juga masih saja berusaha mengejarku, padahal aku akan segera menikah."
Aku menahan napas mendengar jawaban Rara. Terjawab sudah rasa penasaranku. Tampaknya Mas Reza sudah benar-benar tertipu oleh Rara. Kasihan sekali. Tapi itu pilihannya, jadi apa boleh buat.
"Terus, kalau calon suamimu tahu bagaimana?"
"Tidak akan lah," jawab Rara lagi. "Dia itu cinta mati padaku. Dia bahkan rela meninggalkan istrinya yang kampungan demi menikah denganku."
Aku membuang napas mendengar ucapan sombongnya itu. Baru kali ini aku melihat ada wanita yang begitu bangga bisa merampas suami orang lain.
"Haha, serius mantan istrinya kampungan? Tapi kudengar mereka sudah menikah tiga tahun, kan?"
"Bukan hanya kampungan! Dia juga sok cantik dan yatim piatu!"
Aku mengepalkan tangan, ingin rasanya aku sumpal mulutnya detik itu juga. Padahal Ayahku jelas masih hidup, dan Mamanya yang sudah merampasnya dari ibuku.
"Eh, nanti aku akan mengundangnya di pesta pernikahan kami. Kalian mau bantu aku untuk mempermalukannya?" Terdengar suara Rara bicara lagi.
"Tentu saja, apa rencanamu?"
Aku mengepalkan tangan lebih erat. Mau mengerjaiku di pesta pernikahannya? Memang dia yakin aku akan menumbalkan diriku dengan begitu mudahnya? Rasanya aku ingin muncul di depannya detik itu juga, lalu menyiramkan kopi ke wajahnya.
Namun aku memutuskan untuk menahan semua amarah itu, sampai saatnya nanti tiba. Aku menutup laptop milikku, lalu berdiri dan berjalan meninggalkan tempatku duduk tanpa mereka sadari.
Ketika sampai di depan pintu keluar kafe, aku menyempatkan diri untuk menoleh sebentar ke arah mereka. Tampak Rara dan dua orang temannya masih mengobrol sambil tertawa-tawa. Aku akhirnya tersenyum miris, lalu berjalan meninggalkan tempat itu.
Tertawalah sebisamu sekarang, Ra. Sebelum kubuat kamu dan keluargamu menangis!
Aku langsung pulang dengan taksi begitu keluar dari Kafe tadi, dan terlihat Mama sedang menungguku di ruang tengah. Wajahnya terlihat kesal.
"Ma." Aku mendekat ke arahnya, lalu mencium tangannya.
"Kamu sudah pulang, Sayang? Sudah makan?"
"Sudah, baru saja, Ma," jawabku.
"Sini, duduk di samping Mama." Bu Hasna menepuk sofa di sampingnya.
Aku menurut, lalu duduk di sampingnya dengan rasa penasaran apa yang membuatnya kesal.
"Lihat ini! Rupanya Reza sudah menyebar undangan pernikahan. Ternyata anak itu benar-benar nekad." Bu Hasna mengulurkan sebuah amplop undangan padaku.
"Mama kesal gara-gara ini?" tanyaku kemudian, sambil menerima amplop itu. Mataku membulat sesaat karena ternyata namaku lah yang tercantum di sana.
"Mama tidak kesal karena Reza menikah. Tapi Mama kesal karena dia sengaja mengundangmu. Ini pasti idenya wanita licik itu!" gerutu Mama.
Aku hanya tersenyum mendengar Bu Hasna terus mengomel.
"Pokoknya kamu gak usah datang, Anis. Mama yakin wanita itu merencanakan sesuatu untuk mempermalukanmu!"
"Loh, memangnya Mama gak akan datang?"
"Sudah pasti enggak!"
Aku menarik napas panjang, sambil menatap ke arah undangan itu. Entah nanti aku memutuskan untuk datang atau tidak, karena mereka pasti akan menganggapku pengecut jika tidak datang.
"Reza menikah? Kenapa tidak mengundangku?"
Aku dan Bu Hasna tersentak, dan seketika menoleh. Terlihat seorang pria yang tak pernah kulihat sebelumnya, berdiri di sana. Wajahnya mirip dengan Mas Reza, tapi terlihat lebih dewasa.
Siapa dia?
.
.
UPDATE LEBIH CEPAT DI KBM APP
Li--nk ada di pro--fil Author
Judul : DICAMPAKKAN SUAMI DIRATUKAN IBU MERTUA
Author : Ariesa Yudistira
Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!
- Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
- Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
- Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense
Belum ada Komentar untuk "DICAMPAKKAN SUAMI, DIRATUKAN IBU MERTUA "
Posting Komentar
Catatan Untuk Para Jejaker