Semua kehebohan teman sekelasnya, desas-desus yang masuk ke telinga kanan selama berada di kampus seolah langsung keluar begitu saja dari telinga kirinya. Nadira tak menggubris sama sekali, dan tak tertarik sama sekali dengan sosok dosen yang kini jadi bahan bbir seluruh mahasiswa.
"Aaahh ... Ya Tuhan ...!" des4h Nadira memecah keheningan di tengah-tengah penjelasan Bu Hanum sambil memeIuk meja. Seketika semua orang di kelasnya menoleh dan menahan tawa.
"Siapa itu?"
"Siap, Pak!" sent4k Nadira sambil berdiri. Seketika tawa semua orang pecah seketika.
"Kamu gak nyimak, ya? Melamun terus sejak pertama saya masuk kelas."
Nadira menggaruk kepalanya. "Maaf, Bu, saya lagi banyak masalah."
"Ya sudah, kesampingkan dulu masalahnya, harus berusaha mengatur diri sendiri. Jangan sampai mengganggu rekan lain."
"Siap, Bu." Dira menghela nafas lega.
***
"Ra, kita jenguk Triana, yuk?" ucap Yasmin.
"Nggak, ah. Lo aja kalo mau."
"Kenapa? Aneh Lo, udah lama kita gak main ke rumahnya."
"Gue ... Gue juga lagi kurang enak badan, Yas. Maaf ya, gue duluan kalo gitu. Daah!"
"Loh, Ra!"
Dira tak menghiraukan dan tetap berlari, dia bahkan nyebrang jalan dengan tergesa, tak peduli ada mobil yang hampir saja melaju.
Di dalam mobil Anand menghela nafas. "Huh! Hampir saja. Kenapa dia nyebrang jalan seperti an4k kecil begitu?"
***
Melihat an4knya terus mengurung diri semenjak pulang kuliah, mau tak mau Melati dan Abram merasa cemas.
"Papa harus bicara sama Nadira. Kasihan dia."
Abram terdiam sesaat, namun kemudian melangkah menuju kamar Nadira. Pintunya tak dikunci, membuatnya dengan mudah masuk. Terlihat Nadira sedang meringkuk membelakangi dengan selimut menutupi badan.
"Nak?"
Nadira menoleh, kemudian cemberut saat melihat Abram. Walaupun putrinya tak menyahut, Abram tetap mendekat dan duduk di tepi ranjanq.
"Dira, maafin papa sudah men4mpar kamu, papa menyesal. Tapi, Nak, papa tidak mau mendengar kamu berkata k4sar terhadap suami kamu. Dengar, dia sudah jadi suami kamu. Papa tidak tahu apa yang terjadi antara kalian sampai-sampai kamu segitu sulitnya menerima pernikahan ini. Dan Anand ... dia juga tidak memintamu untuk hidup bersama. Sebenarnya ada apa?"
"Gak ada apa-apa. Mungkin dia juga menyadari aku gak bisa jadi istri yang baik buat dia."
Abram menghela nafas. "Padahal bagi ayah Anand itu sangat baik, kamu pasti bahagia jadi istrinya."
"Baik saja gak cukup, Pa. Aku juga punya keinginan, standart laki-laki yang aku sukai seperti apa. Aku malu kalo sampai orang-orang atau bahkan teman-temanku tahu suamiku kayak gimana."
"Menurut Papa Anand cukup tampan, tinggi, dan bisa menjaga penampilan, kok. Coba sekali saja kamu harus mau ketemu sama dia."
"Gak usah, aku udah lihat dia lewat foto."
Abram menghela nafas. "Nak, kalau menuruti keinginan dan n4fsu, semuanya sulit dan tidak akan pernah mendapatkan rasa pu4s. Ingat, hal pertama yang harus dimiliki seorang suami itu adalah kasih sayang, masalah penampilan itu belakangan. Suami yang terlalu sempurna juga tidak baik, bagaimana nanti kalau banyak yang tertarik jadi istri kedua suami kamu?"
Lagi-lagi Nadira mengerucutkan bbir. "Gak lucu! Papa bener-bener gak tahu keinginan aku."
"Papa tahu keinginan kamu, tapi papa lebih tahu apa yang kamu butuhkan, dan semua itu ada pada Anand. Percaya sama papa, Nak."
Abram bangkit dan keluar dari kamar putrinya. Tak berselang lama ponsel Nadira berdering, Yasmin. Sejak Triana sakit Yasmin jadi satu-satunya teman berbagi untuk Nadira.
"Menurut Lo, kalo laki-laki yang udah nikah bisa tanpa ketemu selama berbulan-bulan itu wajar gak sih, Yas?" tanya Nadira.
"Ngapain Lo nanya kayak ibu-ibu gitu?"
"Ah, tinggal jawab aja, sih! Gue lagi ngelakuin survey, nih."
Yasmin tertawa. "Gaya Lo! Menurut gue, mungkin aja ada cewek lain di hidupnya. Kan banyak tuh kejadian yang mana si istri kerja ke arab, kan lama tuh, nah cowok paling gak bisa menahan doronqan h4srat, dan buat memenuhi kebutuhannya itu si suami pasti nikah lagi."
"Wah, serius, Lo?" tanya Nadira dengan nada tinggi, Yasmin sampai menjauhkan hp dari telinganya.
"Lo kenapa, sih? Gak jelas banget. Jangan bilang ini kisah Lo sendiri?"
"Apaan sih, nggak lah! Masa iya." Nadira tertawa sumbang menyembunyikan kegugupannya.
"Pertanyaan Lo aneh, sama gerak-gerik Lo juga aneh udah beberapa hari ini. Ayo jujur Lo!"
"Aduh apa sih? Jangan bikin gosip!"
"Eh ngomong-ngomong gosip, Lo udah lihat grup belum?"
"Belum. Ada gosip apaan?"
"Ayo deh Lo lihat sendiri."
Nadira langsung me-loudspreaker panggilan dan mengecek grup. Gadis itu langsung membenarkan posisi duduknya saat melihat beberapa foto laki-laki berkemeja putih dengan berbagai posisi, jelas diambil secara diam-diam. Ada yang sedang berdiri di depan kelas, sedang menulis, dan ada beberapa yang sedang berjalan sehingga fotonya menampilkan wajah dari samping. Nadira meneIan Iudah dengan susah payah, tatapannya terpana.
Ganteng, euy!
Bersambung ...
Baca selengkapnya di KB M
#cerbungkbm #novelonlen
judul : Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku
penulis : UmmiNH
Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!
- Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
- Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
- Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense
Belum ada Komentar untuk "Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku "
Posting Komentar
Catatan Untuk Para Jejaker