Ibuku Hantu

Ibuku Hantu


 "Emm, enak." Dengan posisi duduk bersila di atas tikar, Denis tampak menikmati makan siangnya.


Bagi dia, makan nasi dengan lauk ayam goreng itu sesuatu yang langka. Dalam sebulan, paling hanya satu atau dua kali ibunya belanja ayam. Selama ini Suti harus pandai-pandai mengatur u4ng belanja, sebab jatah nafkah yang diberikan Anto tidak banyak, lebih tepatnya tak mencukupi. 


Sebagai buruh bangunan, sebenarnya u4ng yang didapat Anto lumayan besar untuk ukuran keluarga sederhana yang baru memiliki satu an4k. Hanya saja ada beberapa sifat yang membuat pria tiga puluh tujuh tahun itu tak bisa menjadi kepala keluarga yang baik. 


Anto sering berpindah-pindah tempat kerja, karena diberhentikan. Penyebabnya ya, karena dia malas. Sering datang telat, juga sering bolos di jam bekerja. Bahkan setelah menjadi buruh bangunan di perantauan pun, Anto tidak bisa membuang sifat buruknya. 


Dia hanya tinggal menunggu mandor bertindak tegas. Jika sudah begitu, lagi-lagi Suti dan Denis yang akan menjadi korban. 


Selain malas dan pemarah, Anto juga dikenal bo-ros. Dalam sehari, dia bisa menghabiskan lebih dari dua bungkus rokok dan beberapa gelas kopi. Dia juga hobi memelihara burung, yang pastinya membutuhkan pakan khusus. Bagi Suti kebiasaan tersebut tidak seimbang dengan penghasilannya. 


Perempuan itu sering protes, meminta sang suami mau berubah. Akan tetapi bukannya dituruti, Suti malah kena marah dan kena pu-kul. Tidak jarang pipi dan kelopak matanya biru akibat diton-jok. Suti yang sudah tak punya orang tua selalu kebingungan harus bercerita pada siapa, hingga akhirnya kerap melampiaskan emosi kepada sang an4k. 


Denis yang tak tahu apa-apa, juga tak melakukan kesalahan apa-apa kerap dipu-kul dan menjadi sasaran amukannya. 


Suti menganggap bocah malang tersebut menjadi penyebab dari nasib buruk yang dia tanggung. Itu karena dulu ketika masih berusia delapan belas tahun, Suti h4mil sebelum menikah, dan terpaksa harus menik4h muda. 


"Huhuhu!" Tangisan bernada lirih kembali terdengar. 


Denis tahu itu suara ibunya, karena memang hanya ada mereka berdua di dalam rumah. Segera ditaruhnya piring kosong ke atas tikar, berdampingan dengan gelas bekas dia minum. 


Bocah sembilan tahun itu bergegas bangkit dan berjalan ke arah kamar yang ditempati Suti. Ternyata pintu dalam keadaan terkunci. 


"Bu! Ibu! Ibu kenapa?" Denis beberapa kali memanggil ibunya, tapi tak ditanggapi. 


Karena penasaran, dia sampai mengintip ke lubang kunci dan menemukan sang ibu tengah menangis sambil duduk di tepi kasur dengan posisi kaki menjuntai. 


Brakk! Tiba-tiba Suti melempar bantal dan juga perabotan lain ke arah pintu. Denis terkejut. Dia mundur sambil cemberut. An4k laki-laki berbadan kurus itu tak berani lagi memanggil. Denis tahu, jika ibunya sudah melempar barang, tandanya tidak ingin diganggu. 


"Denis!"

"Denis! Main, yuk!" 


Dari luar kamar kontrakan, terdengar suara beberapa orang bocah memanggil. Dengan segera Denis membuka pintu dan meminta teman-temannya menunggu sebentar. Dia terlihat senang, karena bermain adalah satu-satunya aktivitas menyenangkan bagi bocah tersebut. 


"Aku mau buang air kecil dulu sebentar. Tungguin, ya!"  


Dengan segera dia berlari ke ruang belakang untuk buang air. Tak lupa piring dan gelas bekas dia bawa untuk disimpan ke tempat yang seharusnya. Denis terkejut, karena kondisi dapur sangatlah berantakan. Tadi ketika mengambil piring berisi nasi pemberian ibunya, bocah itu tak begitu memerhatikan. 


Setumpuk perabotan kotor belum ibunya cuci, lantai licin, dan yang membuat dia ngeri sekaligus kebingungan adalah, di beberapa tempat terlihat tetesan dar4h. 


Denis sempat tertegun, tapi kemudian melanjutkan aktivitasnya. Dia sudah tidak tahan ingin buang air kecil. Ternyata kondisi toilet juga sangat kotor dan bau amis. Padahal yang Denis tahu, selama ini ibunya rajin bersih-bersih.


Si bocah mencoba berpikir positif, barangkali hari ini ibunya sedang tidak enak badan. Jadi tak sempat mencuci piring atau membersihkan toilet. 


"Itu d4rah apa ya? Apa d4rah ayam?" gumamnya selesai buang air kecil dan menemukan cipratan berwarna merah di tembok kamar mandi. 


Denis berpikir jika cipratan tersebut berasal dari ayam potong yang tadi dia makan. Padahal yang ia lihat adalah dar4h sang ibu, yang dengan cara tragis dihabisi di tempat itu beberapa jam lalu oleh seseorang, ketika Denis masih berada di sekol4h. 


Guprak! Botol sampo yang semula tersimpan di panel dekat cermin tiba-tiba jatuh, padahal tidak ada yang menggerakkan. Denis terkejut, tapi tak berani berpikiran buruk. Segera dia taruh kembali botol sampo tersebut, sambil tak sengaja bercermin di cermin buram di hadapannya. 


Jantung bocah itu berdetak cepat saat tahu ada bayangan wajah sang ibu di dalam cermin. Bagaimana tidak? Dia hanya sendirian di kamar mandi dan pintu dalam keadaan terkunci. 


"Ibu?"


Begitu berbalik, ternyata tidak ada siapa-siapa.


*** 


Selengkapnya bisa dibaca di aplikasi KBM dengan judul Ibuku Hantu.

Klik di sini 👇


https://read.kbm.id/book/detail/84d4256c-a22d-422d-917e-6c6576a4bd9b

Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!

  • Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
  • Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
  • Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense

Belum ada Komentar untuk "Ibuku Hantu"

Posting Komentar

Catatan Untuk Para Jejaker
  • Mohon Tinggalkan jejak sesuai dengan judul artikel.
  • Tidak diperbolehkan untuk mempromosikan barang atau berjualan.
  • Dilarang mencantumkan link aktif di komentar.
  • Komentar dengan link aktif akan otomatis dihapus
  • *Berkomentarlah dengan baik, Kepribadian Anda tercemin saat berkomentar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel