Ambil bagian dramatis dalam cerita ini: 𝑮𝒂𝒓𝒂-𝑮𝒂𝒓𝒂 𝑻𝒆𝒎𝒂𝒏, 𝑨𝒌𝒖 𝑺𝒐𝒍𝒅 𝑶𝒖𝒕
“Saya nikahkan dan saya kawinkan Sabila Putri dengan—”
“Maaf, Pak penghulu, nama putri saya Nabila Putri bukan Sabila Putri,” potong Bunda Nurma sukses mengundang semua sorotan mata.
Mampus. Kali ini tamat sudah riwayatku.
Bunda Nurma menoleh padaku yang langsung kutekukkan wajah, perlahan tangannya menyibak cadarku hingga terlihat sudah wajah asliku yang cantik ini.
“Sabila?” Aku mendongak menyengir kuda. “Nabila di mana?”
“Kabur sama Bara.”
“Apa yang sebenarnya terjadi?” Ummi Hanifah mendekat kebingungan.
Aku menyibak selendang tile di kepalaku kemudian berdiri memandang mereka.
“Jadi gini, aku diminta Nabila buat gantiin dia nikah. Katanya kalau nama sama orangnya salah, nikahnya gak sah.”
“Astagfirullahal ‘adzim.” Ummi Hanifah memegang dada, tubuhnya ambruk, untung Zayyan lekas membopong ke kamar.
Zayyan mengusapkan minyak kayu putih pada hidung Ummi Hanifah hingga perlahan membuka matanya.
“Nurma, apa yang terjadi ini?” lirihnya mengusap dada memandang wajah Bunda Nurma yang panik sendiri.
“Saya juga tidak tau Mbak. Saya bingung kenapa Nabila jadi seperti ini.”
“Bu Hajjah, orang-orang pada tanya, apa pernikahan tetap dilanjutkan?” tanya Bu RT menghampiri.
“Batal,” jawabku.
“Astagfirullah.”
“Pernikahan tetap dilanjutkan, Bu RT.”
“Eh, siapa yang jadi pengantinnya?” Aku menatap Zayyan cukup serius.
“Kamulah, siapa lagi.”
“Eh, gak bisa dong. Gue gak mau.” Spontan aku menggeleng kepala.
“Sabila, mau ya menikah dengan Nak Zayyan!” pinta Ummi Hanifah.
“Ummi, Iyan ini jodohnya Nabila, bukan aku. Aku sama sekali gak pantas, juga gak mau. Tanya aja sama Bunda Nurma, pakaianku sama sekali gak tertutup, susah kalau hidup berumah tangga sama ustadz muda kayak dia."
“bagaimana menurutmu?” Langsung kupelototi agar menolak.
“Zayyan gak masalah, Ummi. Zayyan mampu kok mendidik Sabila.”
“Eh, apa-apaan ini? Gue gak mau pakai pakaian kayak gini, panas. Pokoknya gue gak mau nikah sama lo."
“Sabila, gak apa-apa. Menikahlah dengan Zayyan! Zayyan laki-laki yang baik dan akan menyayangimu lebih dari orangtuamu sendiri.” Bunda Nurma mengiba.
“Baiklah. Aku setuju.”
“Saya terima nikah dan kawinnya Sabila Putri binti Rinaldi Efendi dengan mas kawin tersebut, tunai.”
“Sah.”
Semua orang bersorak mengucap sah, menadahkan tangan ikut mengaminkan doa yang dibacakan penghulu, lantas aku masih merasakan ini sebuah mimpi. Ah yang benar saja?
“Bangun, sambut suamimu!” bisik Bunda Nurma membuatku kaget. Perlahan aku menegakkan tubuhku, namun nahas, kakiku malah kesemutan dan jatuh dalam pelukan Zayyan.
“Duh, pengantin baru udah gak sabaran,” goda para tamu undangan. Aku tersenyum kecut membenarkan posisi tubuhku.
Tangan Zayyan kini menyentuh ubun-ubunku membacakan doa yang entah apa itu, aku sama sekali tidak tahu.
“Cium tangan suami!” titah Bunda Nurma. Aku menoleh menganggukkan kepala. Meraih tangan Zayyan lalu menciumnya. Wangi! Aku tersenyum—terlena dengan bau tangannya yang wangi, sepertinya dia menyemprot parfum di tangan.
“Nafsu amat.” Aku kaget dan langsung kulepaskan tangan Zayyan hingga membuat semua orang terkekeh.
“Dasar kamu ini, sabar atuh sampai nanti malam.”
Aku tertegun lalu menggaruk tengkukku yang tidak gatal.
“Sekarang cium kening!” titah Bunda Nurma, langsung menginjit dan kukecup kening Zayyan sampai terdengar suara tawa dari semuanya.
“Astagfirullah, Sabila.” Bunda Nurma mengusap wajahnya, lantas aku menoleh dengan wajah polos.
“Ada yang salah?”
“Tentu, harusnya Zayyan yang mencium keningmu.”
Deg! Mukaku langsung merah—malu banget ternyata bisa sampai salah seperti ini. Ya Tuhan, coba putar waktu sedikit lagi, aku benar-benar awam prosesi nikah.
Zayyan tersenyum mengangkat daguku kemudian mencium keningku sekilas. “Gini yang benar jangan main nyosor saja.”
Semua orang tampak menikmati momen pernikahan mendadak ini, sementara ia sendiri tak bisa berhenti bertanya dalam hati.
Bagaimana mungkin ia harus hidup bersama Zayyan, seseorang yang kini resmi menjadi suaminya? Akankah hidup mereka benar-benar berjalan sesuai harapan, atau justru penuh kekacauan karena perbedaan dunia mereka?
Klik dan lanjutkan membaca kisah ini, karena apa yang terjadi setelah ini akan menguji kesabaran, keyakinan, dan cinta yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya!
Baca lanjutan kisah seru ini di KBM App
Judul : Gara-gara teman aku sold out
Penulis : syifa_sifana
Lanjut Baca Dsini: https://kbm.id/book/detail/50f7340d-8041-4aca-82be-0d2cf4812cc9
Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!
- Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
- Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
- Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense
Belum ada Komentar untuk " "
Posting Komentar
Catatan Untuk Para Jejaker