“Apa kamu sudah gil a?” pekik Iris, mendengar ajakan teman tapi selalu menganggap dirinya musuh itu untuk menukar suaminya.
“Gak usah sok kaget gitulah, Ris. Aku tahu, kok, kamu masih suka sama Pak Rey, mau menerima lamaran Ozi, yang kebetulan lagi cari istri, sebenarnya ingin kamu jadikan pelampiasan, ‘kan?”
“Bisa-bisanya kamu sok tahu seperti ini.”
“Aku gak sok tahu, memang benar, ‘kan, kamu menyukai suamiku hingga sekarang, begitupun dengan dia, buktinya gak mau menyentuhku hingga sekarang.”
“Lalu, apa itu artinya kamu menyukai suamiku?”
Wanita dengan bando pink di kepalanya itu tersenyum, lalu sedikit mendekati. “Itu … andai mungkin aku bertemu lebih dulu dengan suamimu, pasti aku langsung jatuh cinta dan melupakan perasaanku pada Pak Rey.”
Iris langsung mengerutkan keningnya.
“Dan sudah pasti aku tak akan menikah dengan Pak Rey, dia tetap bisa menikah denganmu. Tapi sayangnya aku bertemu dengan Ozi setelah dilamar keluarga Pak Rey, baru tahu juga kalau mereka ternyata sepupuan. Ah, tapi tak mengapa, meski agak sedikit terlambat, sebelum cinta itu tumbuh, baik Pak Rey padaku, dan kamu pada suamimu, juga suamimu padamu, kita bisa menukarnya.”
Bener-benar greget Iris mendengarnya. “Aku rasa kamu perlu ke psikiater, Ros.” Setelahnya Iris langsung ingin berlalu, tapi musuhnya itu menahan lengannya.
“Aku serius, Ris.”
“Kamu sadar, gak, sih, dengan ucapan kamu.”
“Sadar, malah sudah memikirkannya sejak dari semalam. Jujur, Ris, aku baru menemukan pria yang setampan suamimu itu baru kali ini. Karena itu, aku tertarik untuk menukarnya denganmu,” kata Ros enteng.
“Kamu pikir suami kita itu barang hingga seenaknya bisa ditukar misal gak cocok. Hubungan yang mengikat kita itu sakral, Ros, tercatat di buku nikah,” jelas Iris menggebu-gebu.
“Ya, tanpa kamu jelaskan pun, aku tahu, kita berempat terikat dengan pernikahan, namun pernikahan juga bisa diakhiri, ‘kan? Bahkan juga bisa dibatalkan dengan beberapa syarat. Karena itu, sebelum berjalan lebih lama lagi, ayo kita tukar suami kita.”
Iris tersenyum miris, sedikit mendekat dan berkata, “Tidak, Ros. Suamiku untukku, dan suamimu untukmu.” Langsung Iris menarik lengannya dan berlalu begitu saja, melangkah keluar rumah menuju mobil mahal Ozi yang sudah terparkir di halaman.
Gara-gara kepikiran dengan ajakan Ros untuk menukar suaminya, saat masuk ke dalam mobil, Iris tak fokus hingga tanpa sengaja menginjak kaki Ozi yang mana pria itu sudah lebih dulu masuk ke mobil.
“Duh, maaf, maaf, gak sengaja. Tadi aku gak fokus.” Dengan tangannya, Iris mengelap sepatu kinclong suaminya itu. “Sakit, ya?”
“Udah, udah, gak usah elap pake tangan juga, ‘kan?” Sambil tersenyum, Ozi mengambil tangan Iris yang mengelap sepatunya, lantas mengambil tisu. “Di sini ada tisu,” lanjutnya sambil mengelap tangan Iris.
“Tanganku sudah biasa kotor.” Iris mengambil tisu di tangan Ozi lalu dibuat mengelap sepatu pria itu lagi.
“Maaf, ya, kamu juga boleh, kok, menginjak kakiku.”
Pria berlesung pipi indah itu hanya tersenyum mendengar ucapan wanita di sampingnya.
“Oh, ya, gimana? Kamu nyaman dengan pekerjaanmu?” tanyanya setelah beberapa detik terdiam.
Iris mengangguk. “Iya, nyaman.”
“Suka?”
Kali ini menoleh, menatap suaminya itu dari samping. “Lebih suka kamu sebenarnya, andai tertarik pada wanita. Lebih-lebih aku,” gumamnya dalam hati, sambil terus menatap dari samping, tepatnya ke bibir tipis Ozi yang kemerah-merahan.
“Iya, suka,” jawabnya, ketika mobil sudah berjalan.
“Syukurlah, kalau ada apa-apa atau masalah, langsung bilang saja padaku. Nanti aku bantu.”
“Iya, terima kasih. Oh, ya, nanti tidak usah menungguku, habis pulang dari kantor, aku mau ke rumah Bapak dulu.”
“Denganku?” Ozi menoleh.
Dan Iris menggeleng. “Tidak perlu, aku hanya ingin mengirim Bapak uang, sejak dipecat dari rumah Pak Yono, Bapak tidak lagi bekerja, karena aku anak satu-satunya, jadi siapa lagi. Dan ….” Iris kembali menatap. “Maaf, uang yang semalam kamu transfer aku pakai dulu, nanti setelah gajian—”
“Itu sudah hak-mu, untuk apa masih mau diganti. Kan sudah aku bilang, selama status istriku masih kamu sandang, aku yang akan menjamin hidup juga ayahmu. Bahkan andai bukan kamu sendiri yang mau bekerja, tak akan kubiarkan kamu masih bekerja.”
Iris termangu mendengar semua itu, andai selera suaminya normal seperti pria umumnya, mungkin lengkap sudah kebahagiaannya. Tidak hanya mapan dan tampan, tapi Ozi juga perhatian. Hal itu yang membuatnya ragu untuk melepaskan sekalipun selera suaminya itu aneh, Rasanya tak rela. Tapi ….
*
Baca selengkapnya di KB M
Judul: Maaf, Ayahmu Miskin
Author: Sakura Sen
Baca selengkapnya di aplikasi KB M App.
#cerbungkbm #novelonlen
Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!
- Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
- Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
- Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense
Belum ada Komentar untuk "Maaf, Ayahmu Miskin"
Posting Komentar
Catatan Untuk Para Jejaker