pembalasan untuk keluarga suamiku

pembalasan untuk keluarga suamiku


 "Ayolah Adam, Ibu ingin sekali membeli tas baru itu!" Suara rengekan Ibu terdengar masuk dalam indra pendengaranku.


"Bu, aku takut minta uangnya pada, Dania." 


Jelas saja takut. Baru beberapa hari yang lalu Mas Adam meminta padaku untuk mentransfer sejumlah uang ke rekeningnya dengan alasan untuk membuka usaha baru. Aku tidak bisa menolaknya, kerena aku adalah tipe istri yang sangat patuh pada suami.


"Dam, cuma lima juta saja Adam. Masa iya Nia tidak mau mengasih!" desis Ibu dengan nada kesal. Aku tidak bisa melihat wajahnya saat ini. Ta adapi aku yakin, wanita itu pasti sedang bersungut-sungut pada Mas Adam.


"Dasar istri kamu itu memang pelit!" hardik Ibu mertuaku kesal.


Aku mendengus berat. Dadaku bergemuruh mengajar amarah. Apa? Ibu bilang aku pelit. Memangnya siapa yang sudah membayar hutang-hutang ibu pada rentenir. Anaknya? Dasar.


"Ibu jangan kencang-kencang ngomongnya! Nia kan lagi tidur Bu," sergah Mas Adam. Pasti dia sedang panik.


"Makanya mintain sama Istrimu itu, ya!" 


"Dasar matre!" seruku kesal dalam hati.


"Iya, nanti Adam coba bicara sama Nia," sahut Mas Adam.


Aku mendengus berat, berjalan pelan menuju pembaringan. Niatanku untuk mengambil air minum ke dapur harus terhenti oleh pembicara antara Mas Adam dan Ibu mertuaku.


Aku tersenyum sinis seraya menarik selimut hingga ke dagu. Lalu memejamkan mata.


*****


Aku memasang wajah sembab keluar dari dalam kamar. Ibu yang sedang asik menonton televisi mengalihkan pandangannya kepadaku.


"Ada apa, Nia?" seloroh Ibu berjalan mendekatiku. 


Aku terisak, "Ibu!" lirihku menjatuhkan pelukan pada wanita yang sebenarnya sudah aku anggap sebagai Ibuku sendiri.


"Ada apa, Dania? Kenapa menangis, ceritakanlah pada Ibu, Nak!" ucap Ibu begitu lembut. Satu tangannya mengusap lembut pada punggungku.


Aku menarik tubuhku dari pelukan ibu. "Bagaimana aku tidak menangis, Bu! Beberapa naskahku di tolak oleh platform. Lalu bagaimana bisa aku mendapatkan uang jika tulisanku sudah mulai tidak ada yang menyukainya!" isakku.


"Sabar Nia! Ibu yakin kamu pasti bisa seperti dulu lagi." Ibu mencoba menenangkanku.


"Jika seperti ini aku tidak yakin bisa mendapatkan uang dengan cara menulis lagi, lalu bagaimana bisa kita mencukupi kebutuhan keluarga kita, Bu!" seruku seraya mengusap air mata.


"Nia, kan kamu bisa mencoba lagi dengan cerita yang lainnya. Lagi pula pendapatan kamu yang sebulan 80 juta itu pasti masih kan?" Ibu menaikan kedua alisnya padaku. "Jadi masih bisa untuk biaya kehidupan kita sehari-hari, lagi pula Adam kan sekarang sedang buka usaha baru," tutur Ibu.


Aku bergeming. "Masih Bu, tapi juga nggak seberapa. Kan ibu tau sendiri kebutuhanku juga lumayan," balasku.


"Makanya Nia, jangan biasakan hidup boros. Jangan membeli sesuatu yang tidak penting. Ingat, kasihan Adam tuh, pontang panting cari uang buat hidup kita. Kamu sih, enak. Kerjaannya cuma di depan laptop dapat bayaran puluhan juta," gerutu Ibu dengan wajah kesal. Wanita itupun berlalu meninggalkan aku.


"Daripada Ibu, maunya minta terus tapi nggak tahu diri!" umpatku dalam hati.


Aku adalah seorang penulis di sebuah platform digital yang cukup terkenal. Semua ceritaku pasti akan laris di pasaran.. Beberapa ada yang sudah di filmkan. Tapi aku merahasiakan semua itu dari Mas Adam dan keluarganya yang menurutku sudah kelewat batas. 


Semua biaya di rumah ini aku lah yang menanggungnya. Bahkan biaya pernikahan adik Mas Adam beberapa bulan yang lalu, aku juga yang menanggung. Aku masih muda, tapi beban hidupku sudah seperti memiliki anak sepuluh, sangat berat sekali. Apalagi gaya hidup ibu mertuaku yang kelewat batas untuk seusianya. Hingga ia menghalalkan segala cara untuk menuruti gengsinya. Termasuk berhutang rentenir, dan aku juga yang melunasi hutang-hutang itu.


Ada hal yang membuatku sangat kecewa. Tenyata kebaikanku sepertinya hanya menjadi ajang pemanfaatan oleh keluarga suamiku. Aku sering mendengar mereka menjelek-jelekkan aku pada tetangga dan suka membanding-bandingkan aku dengan Risa, istri dari adik Mas Adam yang berprofesi sebagai seorang guru.


"Iya, Nia itu memang pemalas. Main ke tetangga saja tidak pernah. Dasar wanita pengangguran!" 


Begitulah kira-kira. Apalagi saat pertengkaran antara aku dan Mas Adam terjadi. Pasti Ibu akan mengatakan kepada semua orang jika aku adalah wanita keras kepala yang susah diatur. Meskipun nyatanya Mas Adam adalah seorang lelaki yang tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup kami.


"Nia!" Mas Adam memanggilku saat aku meletakkan secangkir kopi di atas meja tempat ia bersantai saat ini. 


"Iya, Mas!" sahutku menghentikan  langkah kakiku, menoleh pada Mas Adam.


"Ibu mau pinjam uang lima juta, tolong kamu kasih dulu ya!" tutur Mas Adam tanpa menoleh ke arahku. Sorot matanya tertuju pada koran yang berada di tangannya.


"Lima juta?" sergahku menaikan nada suara.


"Dari mana aku punya uang sebesar itu, Mas!" ucapku.


Mas Adam mengalihkan perhatian padaku. "Ya tentu dari pekerjaan kamu itu, Nia! Bukannya bulan kemarin kamu dapat 80 juta. Masa iya ibu pinjam 5 juta saja tidak boleh." Mas Adam menaikan nada suaranya.


Aku menarik tubuhku duduk pada bangku yang berada di samping Mas Adam. "Bukannya aku tidak boleh Mas. Tapi kan sudah aku berikan kepada Mas 40 juta untuk buka usaha baru Mas. Terus beberapa hari yang lalu aku juga sudah memberikan kepada ibu 10 juta, kan?" 


Belum sempat aku melanjutkan ucapanku, Mas Adam meletakkan koran yang berada di tangannya dengan kasar di atas meja.


"Nia, Mas tidak pernah mengajari kamu untuk pelit pada orang tua, apalagi ibu. Bukankah dulu kita sudah sepakat akan merawat ibu bersama untuk mencari ridhonya," debat Mas Adam. Sorot matanya membulat penuh kepadaku.


"Tapi Mas, keadaanku sekarang sudah tidak seperti dulu. Beberapa naskah

Lohku ditolak oleh platform. Kemungkinan bulan depan aku tidak memiliki gaji lagi," ucapku dengan wajah ragu mengigit bibir bawahku.


"Apa?" Wajah Mas Adam terkejut.


*****


Bersambung ....


Penulis Ayu_kristin

Judul: pembalasan untuk keluarga suamiku 



Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!

  • Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
  • Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
  • Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense

Belum ada Komentar untuk "pembalasan untuk keluarga suamiku "

Posting Komentar

Catatan Untuk Para Jejaker
  • Mohon Tinggalkan jejak sesuai dengan judul artikel.
  • Tidak diperbolehkan untuk mempromosikan barang atau berjualan.
  • Dilarang mencantumkan link aktif di komentar.
  • Komentar dengan link aktif akan otomatis dihapus
  • *Berkomentarlah dengan baik, Kepribadian Anda tercemin saat berkomentar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel