Hanya Gadis Kecil (TAMAT)

Hanya Gadis Kecil (TAMAT)


 "Siapa pria be j4t yang kej4m itu? Ya Allah, kasian Naya," gumam Bu Neri di sela-sela cerita Jaka. "Bukan tidak mungkin, dia ikut berkumpul di sini tadi. Saya yakin orangnya masih warga kita." Bu Neri benar-benar geram. Ia emosi.


"Udah, Bu! Gak usah menduga-duga. Lebih baik diam saja, sebelum Naya membuka mulutnya." Pak Ismet mengingatkan istrinya.


-----


HANYA GADIS KECIL


Bab 4


Jaka terpaksa diam. Dia hanya bisa mengusap kepala Naya. Hatinya hancur memikirkan nasib anak itu. Kenapa jalan takdirnya harus sama seperti Lilis? Tuhan ada rencana apa untuknya? Entahlah.


***


Naya sudah dipindahkan ke ruang rawat. Ia terpaksa dirawat inap, karena kondisinya cukup gawat. Organ kewa nita annya rusak dan juga infeksi. Lagipula le b4m dan luka-luka di sekujur tubuhnya juga butuh perawatan.


Naya tidak lagi menangis. Sesudah makan siang dan minum obat tadi, ia disuruh perawat jaga untuk istirahat, agar kondisinya cepat pulih.


Lilis tidak beranjak sejengkal pun dari Naya. Rasa sesal setelah selama ini mengabaikan Naya akan ia tebus sekarang. Terlambat memang, biarlah. Daripada tidak sama sekali. Memandang wajah Naya yang sedang terlelap, hati Lilis berdenyut nyeri. Ia tidak menyangka sedikit pun, anaknya itu akan mengalami kejadian semengerikan itu. Kejadian yang menimpanya hampir sebelas tahun yang lalu, seakan terulang kembali.


Dunia ini sangat ke j4m!


Lilis meringis. Buliran kristal-kristal bening kembali bercucuran di wajahnya. Pelan tapi pasti rasa dendam menyusup di dadanya. Siapapun dia, akan dipastikan mati di tangannya. Begitu janji Lilis.


🍁SB🍁


Baru saja Jaka sampai di gubuknya, warga-warga berdatangan. Mengajukan pertanyaan demi pertanyaan perihal Naya. Entah memang peduli, atau hanya sekadar kepo. Entahlah. Yang jelas, sejak dari perjalanan tadi, Pak Burhan sudah mengingatkan Jaka untuk tidak bercerita banyak pada warga tentang Naya. Semua itu demi nama baik Naya. Musibah ini sekejap saja akan berubah menjadi aib. Berbicaralah kepada yang patut saja. Lagipula, jika semakin diumbar, akan banyak bisik-bisik tidak jelas memenuhi kampung.


Benar kata Pak Burhan. Jaka pun berpikiran sama.


"Bagaimana hasil pemeriksaan Naya, Mas Jaka?" 


Hampir semua warga mengajukan pertanyaan itu. Jaka menelan ludah, sebelum menjawabnya.


"Mohon doanya untuk Naya, Bapak dan Ibu sekalian. Saat ini dia dirawat inap. Kondisinya lumayan parah. Dokter belum ngasih penjelasan apa-apa," jelas Jaka dengan menangkupkan kedua tangannya, mohon diri.


Waktu Jaka tidak banyak. Sebelum magrib, ia harus sudah kembali ke rumah sakit. Lilis dan Naya tidak mungkin ditinggalkan berdua saja. Tujuannya pulang bersama Pak Burhan tadi, hanyalah untuk menjemput baju-baju dan perlengkapan mandi Naya dan Lilis.


Warga bubar. Semua paham pada apa yang dikatakan Jaka. Yang tersisa di rumah Jaka hanyalah Pak RT Ismet, Pak Burhan, serta Bu Neri--istri Pak Ismet.


Kepada merekalah, Jaka menceritakan semua yang terjadi pada Naya secara lengkap. Tidak urung, matanya kembali basah karenanya.


Pak Ismet tertunduk. Sementara Bu Neri sampai membekap mulut tak percaya. Mata wanita berjilbab itu seketika mengembun.


"Siapa pria be j4t yang kejam itu? Ya Allah, kasian Naya," gumam Bu Neri di sela-sela cerita Jaka. "Bukan tidak mungkin, dia ikut berkumpul di sini tadi. Saya yakin orangnya masih warga kita." Bu Neri benar-benar geram. Ia emosi.


"Udah, Bu! Gak usah menduga-duga. Lebih baik diam saja, sebelum Naya membuka mulutnya." Pak Ismet mengingatkan istrinya. "Tapi ... ngomong-ngomong, Mas Jaka udah membuat laporan ke kantor polisi?"


Jaka menarik napas. "Pak Burhan udah mengingatkan saya tadi, Pak RT! Tapi ... saya pikir-pikir lebih baik gak usah melibatkan polisi. Naya masih sangat trauma. Belum bisa ditanya-tanya. Jangankan menjawab pertanyaan polisi yang pasti datang menemuinya, berbicara sama Lilis ataupun saya saja, ia gak mau. Lagian, kata dokter, memaksa Naya bicara, akan membuat Naya semakin depresi." Jaka menelan ludahnya yang terasa pahit. "Lagipula, orang kecil seperti kami, hanya akan diabaikan, Pak!" 


Sebelum magrib, Jaka berangkat. Beruntung ia masih memiliki sepeda motor butut, yang bisa mengantarnya ke rumah sakit. Meski motor tua itu sudah sering mogok, saat terjepit seperti ini masih bisa diandalkan.


Di perjalanan, ia mampir membeli sedikit buah dan camilan untuk Naya. Sebelum berangkat tadi, Bu Neri menyelipkan sedikit uang untuk Naya. Meski sudah ditolak Jaka dengan halus, istri Pak RT itu masih memaksa. Untuk biaya rumah sakit Naya, tidak terlalu dipikirkan Jaka. Mereka sekeluarga memperoleh kartu BPJS gratis dari pemerintah. Jaka merasa terbantu sekali.


Naya lagi terjaga saat Jaka sampai di rumah sakit. Lilis tidak lelah mengajak Naya bicara dan bercanda, meski hanya ditanggapi dengan senyum tipis. Entah apa yang sedang dipikirkan anak itu, Jaka tidak pernah tahu. Sekelumit rahasia masih terpendam dalam di hati Naya. Entah kapan kan terungkap.


Jaka menghela napas, menaruh bawaannya di atas meja, lalu membelai puncak kepala Naya. Naya hanya menoleh sedikit lalu pandangannya kembali tertuju pada Lilis.


"Naya mau apel? Atau jeruk?" tawar Jaka dengan semangat.


Naya hanya menggeleng lemah.


Ia masih tidak puas dengan penolakan Naya. Dikeluarkannya dari kantong sekotak roti bakar keju yang masih hangat. Camilan yang --mungkin-- belum pernah dicicip Naya seumur hidupnya. Ah, hati Jaka berdenyut nyeri. Ia merasa menjadi ayah terburuk di dunia. Tidak pernah memberikan kebahagiaan untuk seorang anak. Sedikit perhatian pun ia lengahkan . Waktu dan uangnya habis untuk berfoya-foya dengan minuman ataupun meja judi.


Naya? Entahlah. Naya mungkin hanya mengisi perutnya dengan nasi bertabur garam, atau malah mungkin tertidur menahan lapar. Jaka mengutuk dirinya.


Lalu, sekarang makanan enak dan perhatian itu justru diberikan saat derita si anak sudah sampai pada puncaknya.


"Roti bakar mau?" tawar Jaka lagi.


 Mata Naya berbinar, lalu dianggukkan kepalanya pelan. Jaka semangat menyuapkan potongan roti itu ke mulut Naya. Ia memakannya dengan lahap. Namun, itu pun tidak berlangsung lama. Di suapan ketiga ia sudah menolaknya. Naya berbaring membelakangi kedua orang tuanya.


Lilis dan Jaka menghela napas, menghapus resah yang tak kunjung lenyap.


***


Tanpa terasa seminggu sudah Naya dirawat di rumah sakit. Keadaannya sudah mulai membaik. Luka le bam dan me mar di sekujur tubuhnya sudah berangsur hilang. Infeksinya pun mulai membaik. Jika memungkinkan, bisa jadi besok atau lusa, ia sudah diperbolehkan pulang.


Tubuhnya memang hampir pulih. Namun, kondisi trauma Naya belum juga hilang, bahkan tidak memperlihatkan perkembangan. Ia masih enggan bicara. Hanya gelengan dan angguk, sebagai tanda alat pendengarannya masih berfungsi dengan baik. Tiap kali omongan Lilis atau Jaka mengarah pada perihal peng ani ayaan yang dialaminya, Naya hanya menangis berurai air mata.


Kemaren sore, rombongan dari kampung datang menjenguk. Lilis bahagia. Saat itulah ia merasa punya keluarga. Ternyata walau mereka hidup miskin dan juga melarat, mereka tidak disisihkan. Ia pikir selama ini hanya dipandang sebelah mata. Mungkin karena selama ini, Naya berperilaku baik dan juga sopan.


Hampir semua yang datang membawa buah tangan. Buah, roti, susu, aneka camilan, memenuhi lemari pasien. Ada juga di antara mereka yang menyelipkan amplop berisi uang.


Meski tidak semua orang yang tahu, apa yang terjadi pada Naya, semua mendoakan agar Naya cepat pulih, dan bisa sekolah kembali.


***


Lilis duduk melamun di samping bed. Naya baru saja terlelap, setelah melahap beberapa potong apel yang ia kupaskan. Memikirkan nasib yang menimpa Naya, ingatan Lilis melayang pada kejadian suram yang dulu menimpanya.


Bersambung 


----


Sudah tamat di KBM App


Judul : Hanya Gadis Kecil (TAMAT) 

Penulis :  Sylvia Basri


Baca selengkapnya di aplikasi KBM App. Klik link di kolom komentar

Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!

  • Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
  • Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
  • Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense

Belum ada Komentar untuk "Hanya Gadis Kecil (TAMAT) "

Posting Komentar

Catatan Untuk Para Jejaker
  • Mohon Tinggalkan jejak sesuai dengan judul artikel.
  • Tidak diperbolehkan untuk mempromosikan barang atau berjualan.
  • Dilarang mencantumkan link aktif di komentar.
  • Komentar dengan link aktif akan otomatis dihapus
  • *Berkomentarlah dengan baik, Kepribadian Anda tercemin saat berkomentar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel