AKAN KUBALAS SAKIT HATIMU, BU!
Part 3
“Ibu yakin?” tanya Naula menatap lekat ibunya.
Bu Rahayu mengangguk dan tersenyum tipis. “Pergilah, keburu sore, nanti tokonya tutup. Kamu jual saja di toko lain soalnya setau Ibu, toko Mas tempat Ibu beli itu sudah tutup.”
Nayla akhirnya mengangguk, dia pamit dan mencium tangan ibunya takzim.
Nayla menggenggam erat cincin pernikahan ibunya di telapak tangan. Setiap langkahnya terasa berat saat berjalan menuju pasar. Perasaan bersalah menggelayuti pikirannya, tetapi dia tidak punya pilihan lain. Adiknya membutuhkan operasi, dan ini satu-satunya harapan yang tersisa.
Sesampainya di pasar, Nayla memasuki sebuah toko emas yang ada di depan pintu masuk pasar. Toko itu tampak sederhana, dengan etalase kaca berisi berbagai macam perhiasan yang berkilauan. Seorang pria paruh baya dengan kacamata tebal menyambutnya dengan senyum tipis.
"Ada yang bisa saya bantu, Dek?" tanya pria itu ramah.
Nayla menelan ludah, lalu mengulurkan cincin di tangannya. "Saya mau jual ini, Pak. Berapa harganya?"
Pria itu mengambil cincin tersebut dan mengamatinya dengan seksama. Dia menguji beratnya, memperhatikan ukirannya, lalu mengeluarkan timbangan kecil dari bawah meja.
"Cincin ini emas tua. Beratnya lumayan, sekitar 10 gram," katanya sambil mengangguk-anggukkan kepala. "Kebetulan harga emas sedang tinggi. Saya bisa kasih kamu 9,5 juta."
Mata Nayla membelalak. Dia tidak menyangka harganya bisa setinggi itu. "B-benar, Pak? 9,5 juta?"
Si pemilik toko tersenyum kecil. "Iya, ini emas tua dan kadar emasnya cukup bagus. Kalau kamu setuju, saya langsung bayar sekarang."
Tanpa pikir panjang, Nayla mengangguk cepat. "Saya setuju, Pak!"
Pria itu mengambil uang dari laci dan menghitungnya di depan Nayla sebelum menyerahkannya. Gadis itu menerima uang itu dengan tangan gemetar, merasakan campuran lega dan sedih dalam hatinya.
"Terima kasih, Pak," ucapnya lirih sebelum pergi.
Dengan uang di tangan, Nayla segera berlari menuju rumah sakit tempat Risma dirawat. Saat tiba di sana, dia langsung menemui bagian administrasi dan menyerahkan uang sebagai uang muka untuk operasi.
"Baik, Mbak. Dengan ini, operasi adik Mbak bisa segera dilakukan. Silakan tunggu di ruang tunggu," kata petugas administrasi dengan ramah.
Nayla menghela napas panjang, merasa sedikit tenang. Setidaknya, langkah pertama sudah berhasil dia lalui.
Saat kembali ke ruang tunggu, dia melihat ibunya duduk dengan wajah penuh harap. "Gimana, Nak?"
"Sudah, Bu. Uangnya cukup buat DP. Operasinya akan segera dilakukan. Ini sisanya, Ibu pegang saja. Buat keperluan Risma.”
Bu Rahayu menutup wajah dengan kedua tangan, menangis lega. Setelahnya dia menerima sisa uang dari tangan Nayla. "Alhamdulillah, terima kasih, Nayla."
Namun, di balik rasa lega itu, Nayla menyimpan dendam yang semakin membara. Penghinaan dari keluarga ayahnya, penolakan dari pamannya, dan ketidakpedulian kakaknya membuatnya bertekad bahwa suatu hari nanti, dia akan membuktikan diri.
Ketika operasi dimulai, Nayla hanya bisa berdoa dalam diam. Waktu terasa berjalan sangat lambat. Setelah beberapa jam yang terasa seperti seumur hidup, akhirnya dokter keluar dari ruang operasi dengan ekspresi tenang.
"Operasi berjalan lancar. Pasien butuh waktu pemulihan, tapi dia dalam kondisi stabil."
Air mata mengalir di pipi Nayla. Akhirnya, satu masalah besar terselesaikan.
***
Nayla duduk termenung di taman rumah sakit, yang letaknya bersebelahan dengan kamar perawatan Risma. Angin malam berembus pelan, tetapi pikirannya masih penuh dengan keresahan. Dia terlalu gelisah untuk tidur, meskipun tubuhnya terasa sangat lelah.
Bu Rahayu menghampiri Nayla, duduk di sebelahnya dengan wajah penuh keprihatinan. "Kenapa kamu belum tidur, Nak? Kamu harus pulang dan istirahat. Besok kamu masih harus sekolah."
Nayla menggeleng pelan. "Aku gak bisa tidur di rumah sendiri, Bu. Pasti kepikiran Risma terus. Biarlah aku di sini saja, kita bisa gantian berjaga."
Bu Rahayu menghela napas, lalu menatap wajah putrinya yang tampak murung. "Apa yang kamu pikirkan, Nak? Kamu kelihatan gelisah."
"Aku cuma kepikiran soal biaya rumah sakit, Bu. Kita masih harus mencari uang untuk melunasi sisa biaya operasi dan perawatan Risma. Uang yang kita punya sekarang cuma cukup buat DP. Meski ada sisanya, tapi itu buat kebutuhan selama di rumah sakit dan itu juga gak seberapa," jawab Nayla lirih.
Bu Rahayu terdiam. Apa yang dikatakan putrinya memang benar. Beban pikiran itu juga menghantui dirinya, tetapi dia belum menemukan solusi.
Suasana hening cukup lama, sampai tiba-tiba mereka dikejutkan oleh kedatangan seseorang. Seorang pria berusia sekitar empat puluhan mendekati mereka dengan wajah penuh rasa bersalah.
"Permisi, saya ingin bicara," kata pria itu dengan suara lirih.
Nayla dan Bu Rahayu saling berpandangan sebelum akhirnya Bu Rahayu bertanya, "Bapak siapa ya?"
Pria itu menghela napas berat. "Saya ... saya orang yang menabrak anak Ibu. Saya datang untuk ….”
Baca cerita selengkapnya di KBM APP
Judul: Akan Kubalas Sakit Hatimu, Bu.
Penulis: Vyra_fame
Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!
- Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
- Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
- Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense
Belum ada Komentar untuk "Akan Kubalas Sakit Hatimu, Bu."
Posting Komentar
Catatan Untuk Para Jejaker