AKAN KUBALAS SAKIT HATIMU, BU!
Part 5
Nayla mengepalkan tangannya. “Jadi selama ini Mas Damar tinggal di rumah yang dibelikan oleh Ibu? Lalu di sertifikatnya tertulis nama siapa?”
“Nama Ibu,” jawab Bu Rahayu. “Sertifikatnya juga masih Ibu pegang. Sepertinya Damar lupa karena terlalu senang mendapatkan rumah itu.”
Nayla tersenyum sinis. “Jadi rumah itu sebenarnya masih sepenuhnya milik Ibu?”
Bu Rahayu mengangguk pelan. “Iya, Nay. Sebenarnya Ibu berpikir untuk menjualnya agar kita punya modal usaha. Tapi Ibu ragu, apakah itu kejam?”
Nayla mendengkus. “Bu, itu bukan kejam. Itu mempertahankan hak, kan Ibu yang beli. Mas Damar sendiri juga tidak pernah peduli pada kita. Jadi kenapa kita harus peduli padanya?”
Bu Rahayu menggigit bibirnya. “Tapi menjual rumah butuh waktu lama, Nay. Prosesnya tidak mudah.”
Nayla terdiam sejenak, lalu matanya berbinar. “Bu, aku punya ide. Urusan rumah itu kita pikirkan nanti, kalau sekarang rasanya terlalu buang-buang waktu karena aku yakin Mbak Anisa maupun Mas Damar pasti gak terima dan aku malas ribut. Gadai-gadai yang aku tau juga gak langsung cair, kan, Bu? Sementara kita butuh cepat. Kita fokus ke urusan kita dulu, ya?”
“Tapi, gak ada lagi yang bisa dijual, Nay,” gumam Bu Rahayu lirih. Suaranya nyaris seperti bisikan yang dipaksa keluar. Dia tahu Nayla benar, tetapi juga tak bisa memungkiri perasaan putus asanya.
Nayla terdiam sejenak. Lalu matanya melirik ke motor tua yang selama ini setia menemaninya sekolah, mengantar Risma ke rumah sakit kemarin, dan bahkan dipakai Bu Rahayu belanja ke pasar.
“Kalau aku jual aja motor itu, gimana, Bu?” tanya Nayla pelan.
“Mau kamu jual? Nanti gimana sama sekolahmu? Apalagi kamu bawa jualanmu juga, Nay.”
“Nanti aku bisa naik angkot. Atau naik sepeda juga bisa. Tuh sepeda masih bisa dipakai. Gak papa gak usah pikirkan itu, yang penting ada modal karena kita butuh. Lagian lokasi ruko yang Ibu maksud itu kalau gak salah lebih dekat sama sekolahku juga, kan? Jadi, pikirku kita tutup saja kontrakan rumah ini kita pindah ke ruko itu.
Nanti bikin 2 sekat pakai triplek di bagian belakang, yang 1 buat kamar Ibu, satu buat kamar aku, sedangkan bagian depan buat tempat londrinya. Gimana menurut Ibu? Jadi, kita bisa hemat biaya, lagian kontrakan rumah ini juga bayarnya bulanan, kan? Dan 2 minggu lagi masa kontrak sudah habis. Kurasa cukup lah waktu 2 minggu buat jual motor dan berbenah rukonya.”
“Tapi Ibu gak tau rukonya bisa disewa bulanan atau enggak. Kalau gak bisa gimana?”
“Kalau gak bisa ya terpaksa cari tempat lain yang bisa disewa bulanan, gak terlalu strategis gak apa-apa. Gak usha mikir soal rejeki. Aku yakin asal mau usaha, rejeki pasti datang dengan sendirinya.”
Pada akhirnya Bu Rahayu setuju dan setelah ditawarkan ke beberapa teman Nayla dan tetangga juga bengkel terdekat, akhirnya motor itu laku dengan harga empat juta rupiah.
Jauh lebih tinggi dari ekspektasi mereka karena ternyata meskipun body luarnya sudah sedikit jelek dan catnya memudar, mesin dalamnya masih terawat dan enak dipakai.
Nayla dan ibunya tak menyangka. Uang 4 juta kini sudah di tangan mereka, ditambah sisa pemberian pelaku tabrak lari yang masih ada sekitar 1 juta, uang sumbangan dari para tetangga, para guru juga teman-teman sekolah Risma yang datang menjenguk, ada sekitar 2 juta, dan sisa penjualan emas masih ada 3 juta lagi. Total 10 juta sekarang Bu Rahayu pegang uang.
Dengan uang itu, mereka menuju ruko yang diincar Bu Rahayu. Sedangkan Risma mereka titipkan pada tetangga. Dan ternyata si pemilik ruko membolehkan untuk disewa bulanan.
Meski awalnya si pemilik agak berat, tetapi setelah melihat kegigihan Nayla dan Bu Rahayu, dia pun luluh. Hanya saja harganya lebih mahal ketimbang disewa pertahun. Harga yang diberi 1 juta rupiah perbulan.
Sisa uang masih 9 juta, mereka gunakan untuk beli mesin cuci dua tabung yang besar seharga 1,8 juta. Selain itu, mereka juga beli setrika uap, alas setrika, timbangan, dan dua meja untuk diletakkan di bagian depan. Beberapa lembar triplek juga mereka beli untuk pasang sekat di ruangan itu.
Hal itu juga sudah mereka bicarakan dan minta izin pada si pemilik ruko. Beruntungnya si pemilik memperbolehkan. Kalimat syukur selalu mereka ucapkan karena merasa langkah mereka kali ini dilancarkan oleh Allah SWT.
Hari itu, Nayla dan Bu Rahayu membersihkan ruko sampai malam. Mereka juga pasang spanduk kecil: Laundry Risnara, cuci kering setrika, harga bersahabat–Kepanjangan dari Risma, Nayla, Dan Rahayu.
“Alhamdulillah ya, Bu. Akhirnya semua keinginan Ibu terkabul juga,” ucap Nayla saat sedang membantu Bu Rahayu membereskan baju-baju dan barang-barang mereka karena rencananya besok sudah mulai pindah ke ruko pakai mobil pick-up.
“Iya, Nay, ini semua berkat ide kamu. Kalau saja kita pakai idenya Ibu, pasti sampai sekarang masih ribet sama urusannya Mas dan Mbak ipar kamu.”
“Sudah, mulai sekarang gak usah pikirkan mereka lagi. Kita fokus saja sama masa depan kita bertiga.” Bu Rahayu mengangguk sambil tersenyum. Setelahnya mereka kembali melanjutkan membereskan barang-barang mereka yang sebagian masih belum dipacking.
Keesokan harinya, mobil pick-up yang Nayla pesan sudah datang, barang-barang juga sudah siap dan hanya tinggal dinaikkan saja ke atas mobil. Namun, saat Nayla maupun Bu Rahayu akan membantu supir menaikkan barang-barang itu, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kedatangan orang yang sama sekali tidak mereka inginkan.
“Kalian mau pindah? Pindah ke mana?”
Baca cerita selengkapnya di KBM APP
Judul: Akan Kubalas Sakit Hatimu, Bu.
Penulis: Vyra_fame
Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!
- Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
- Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
- Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense
Belum ada Komentar untuk "Akan Kubalas Sakit Hatimu, Bu. "
Posting Komentar
Catatan Untuk Para Jejaker