AKAN KUBALAS SAKIT HATIMU, BU!
Part 6
“Kalian mau pindah? Pindah ke mana?”
Suara itu membuat Nayla menoleh. Matanya langsung menyipit ketika melihat siapa yang berdiri di depan pintu kontrakan.
Damar dan Anisa.
Bu Rahayu pun tampak terkejut. Tangannya yang memegang ujung kardus langsung melepaskan benda itu. “Damar?” gumamnya pelan.
Nayla mengepalkan tangan. Namun, sebelum ibunya sempat membuka suara, Nayla sudah melangkah maju, berdiri di depan mereka berdua.
“Ngapain tanya-tanya? Kalian mau apa ke sini?!” tanyanya ketus, suaranya dingin seperti es.
Anisa membalas dengan nada tak kalah sengit. “Ya mau jenguk Risma, lah! Bagaimanapun juga dia itu adik Masmu.”
Nayla tersenyum sinis. “Kenapa baru sekarang? Kemarin-kemarin ke mana aja? Gayanya sok bilang dia adik Mas Damar, tapi pas aku datang minta bantuan biaya rumah sakit, kalian tutup mata dan usir aku. Sekarang udah lihat sendiri kan Risma baik-baik aja. Udah, sana pulang! Aku sama Ibu lagi sibuk. Gak terima tamu.”
Wajah Anisa memerah. Namun, dia tetap berdiri dengan dagu terangkat. “Kamu apaan sih, Nay? Selain mau jenguk Risma, kita juga ada perlu sama Ibu.”
Alis Nayla menaut. “Perlu apa?” tanyanya sembari menatap curiga.
Anisa melirik Damar, lalu menjawab dengan suara menyindir. “Kamu cuma anak kecil, gak perlu tahu urusan orang dewasa.”
Tanpa menunggu tanggapan, Anisa langsung menarik tangan Damar mendekati Bu Rahayu yang sudah berpindah posisi duduk di bangku permanen yang terbuat dari semen depan rumah. Nayla tak bergerak dari tempatnya, tetapi matanya menatap tajam ke arah mereka, telinganya menajam.
Bu Rahayu mencoba tetap tenang meski jelas terlihat menahan emosi mengingat perlakuan anak sulung dan istrinya itu kemarin. “Ada apa kalian ke sini?” tanyanya lirih.
Damar menghela napas sejenak, lalu bicara. “Bu … kami ke sini selain mau lihat kondisi Risma, juga mau pinjam uang sumbangan dari tetangga yang buat Risma. Risma pasti dapat itu, kan?”
Mata Nayla langsung membelalak. Bahkan tangannya yang memegang dus langsung melepaskan dus itu.
Damar melanjutkan, “Soalnya kami lagi butuh, Bu .…”
Belum sempat Bu Rahayu bicara, Anisa langsung menyambung dengan nada seolah itu hal yang biasa. “Iya, Bu. Kami butuh uang tambahan buat bayar DP mobil yang mau kami beli. Risma pasti dapet banyak sumbangan dari tetangga, kan? Jadi, daripada uangnya nganggur, mending kami pinjam dulu. Ya kan, Mas?” Anisa menyikut lengan Damar.
Damar hanya mengangguk tanpa berani menatap ibunya.
Wajah Bu Rahayu mengeras. Sedangkan Nayla sudah melangkah cepat ke arah mereka, dengan kilatan amarah di matanya.
“Apa-apaan kalian?!” Nayla hampir berteriak. “Kalian pikir uang itu nganggur? Itu sumbangan buat adik kalian yang masih butuh pengobatan jalan. Bukan buat diberikan ke orang gak tau diri seperti kalian apalagi buat DP mobil. Enak aja minta-minta.”
Anisa mendengkus, “Ih, kamu tuh kenapa sih Nayla? Kita cuma minjem, bukannya nyolong!”
Nayla melotot. “Minjem? Terus nanti kapan balikin? Waktu aku minta bantuan biaya rumah sakit, kalian juga tanya soal itu ke aku, kan? Sekarang kalian datang-datang bawa alasan jenguk Risma, tapi niat aslinya minta uang sumbangan buat beli mobil?!”
Bu Rahayu berdiri perlahan, menenangkan Nayla dengan sentuhan lembut di lengan anaknya. “Nay, sudah .…”
Nayla menggeleng cepat. “Enggak, Bu. Kali ini aku gak bisa diam! Enak aja mereka minta-minta setelah apa yang mereka lakukan ke kita. Dasar gak punya malu, cuih!”
Damar menunduk. “Bu, kami beneran butuh.” Damar terdiam sejenak lalu melanjutkan kembali kalimatnya. “Karena kalau enggak ….”
“Kalau enggak kenapa?” desak Bu Rahayu.
“Anisa minta cerai, Bu. Aku janji akan balikin nanti.”
Nayla seketika menatap kesal ke arah Anisa yang menyunggingkan senyum sinis. Sedangkan Bu Rahayu menggeleng sembari mengelus dadanya. Dia merutuki kebodohan sang anak dalam hati. Entah tertutup atau bagaimana mata si Damar itu. Bisa-bisanya selalu menuruti keinginan istrinya meski dia tidak mampu.
“Gila kamu, Mas. Istri pengeretan kayak gitu kok kamu pertahanin. Kalau dia minta cerai yaudah biarin aja! Emangnya dia berani gitu? Emangnya ada yang mau sama perempuan matre kayak dia gitu? Gak ada, Mas!”
“Nayla! Jangan hina istriku!” bentak Damar menatap Nayla dengan berkilat amarah sedangkan Nayla membalas tatapan kakaknya tajam. Dia sama sekali tidak takut.
“Apa? Yang aku omongin ini benar. Istrimu itu matre! Kamu berubah semenjak nikah sama dia, Mas. Dulu kamu gak begini. Otakmu sekarang yang ada cuma duit, duit, duit aja.”
“Ya karena setelah menikah, Anisa jadi kewajibanku. Kebahagiaannya adalah prioritasku. Kamu gak akan ngerti karena kamu belum pernah menikah, Nay!” sentak Damar. Baru saja Nayla akan menjawab, suara Bu Rahayu membuat Nayla urung.
“Nayla sudah, jangan diteruskan.” Bu Rahayu menggeleng saat Nayla menatapnya.
“Bu, gimana? Ibu mau, kan?” desak Damar. Dia menatap penuh harap ke ibunya.
Bu Rahayu mengambil napas sejenak laku menhembuskannya. Dia akhirnya berkata, “Maaf, Dam, Ibu gak bisa kasih kamu uang. Ung itu buat keperluan berobat jalannya Risma. Meskipun dia sudah keluar dari rumah sakit, tapi masih harus sering kontrol. Kalau Ibu beri ke kamu, nanti pengobatan Risma gimana? Sedangkan kamu sama istrimu dimintai tolong saja tidak bisa.”
Baca cerita selengkapnya di KBM APP
Judul: Akan Kubalas Sakit Hatimu, Bu.
Penulis: Vyra_fame
Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!
- Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
- Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
- Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense
Belum ada Komentar untuk "Akan Kubalas Sakit Hatimu, Bu. "
Posting Komentar
Catatan Untuk Para Jejaker