"Nggak sekalian Ibu minta jual rumah ini, Mas? Rumah ibuku nggak mau dijual juga? Oh yah, kakaku juga punya rumah, Mas. Bagus lagi. Mau sekalian aku minta sertifikat rumahnya agar uangnya bisa kamu berikan kepada Ibu?" tanyaku dengan senyuman yang entah aku sendiri tidak bisa lagi memikirkan cara senyum yang baik.
"Aku tidak tega, Nuk. Mbak Harlina butuh uang karena suaminya kalah main judi, jika kita tidak membantu, bisa jadi rumahnya akan diambil oleh bandarnya."
"Oh sangat bagus, Mas. Kalau rumahnya diambil, kamu berikan saja rumah ini. Biar dia bisa tinggal di sini, kita tinggal di kolong jembatan, mau? Gajimu, THR milikmu semua kamu berikan kepada mereka karena katamu kita masih memiliki uang dari gajiku dan THR milikku, lalu sekarang kamu mau memberikan apa yang bukan milikmu? Uang itu milikku, bukan milikmu, Mas. Aku tidak rela! Kamu mau melihat kegilaanku?" tanyaku.
Mas Kamil memijat pelipisnya.
"Nuk. Janganlah seperti ini. Kita semua keluarga."
"Hahahaha ... keluarga? Sekarang bilangnya keluarga, saat anakku tidak mendapatkan THR, mana kata keluarganya, Mas? Hanya saat mereka butuh bantuan menyebut aku dan anak-anak keluarga? Apa kamu sedang bergurau, Mas?" tanyaku yang langsung berjalan ke luar rumah.
"Mau kemana kamu, Nuk? Jangan bikin malu." Mas Kamil menahan tanganku.
"Lebih memalukan lagi jika motorku dijual hanya untuk menanggung kekalahan judi orang lain!" tukasku yang langsung menghidupkan mesin motorku.
Aku tidak peduli kepada Mas Kamil yang terus mencoba menahanku.
Enak saja uang lima jutaku habis begitu saja.
Ibu mertuaku memang tidak menyukaiku karena aku sering kali tidak sependapat dengannya dan melawan apa yang dia inginkan. Tapi aku tidak peduli sama sekali.
Aku langsung nemarkirkan motorku di halaman rumah Ibu Mertua.
Semua yang berada di rumah Ibu Mertua melihatku.
"Ada apa?" tanya Ibu Mertua menyambutku di teras rumah.
Aku tidak menjawab dan langsung masuk ke dalam rumah, lalu ke kamar Ibu mertuaku.
Sebagai menantu yang hampir sering menolong Ibu membersihkan rumah ini, tentu aku mengetahui di letak Ibu menyimpan barang berharganya, salah satuny emas.
Aku membuka kemari pakaian dan langsung mengambil satu buah kalung.
"Maling! Kamu maling!" teriak Ibu Mertua.
Aku tidak peduli dan langsung berjalan ke teras rumah tempat keluarga Ibu sedang berkumpul.
"Tante Sari. Uang lima juta yang baru saja Ibu berikan kepada Tante itu adalah uangku yang dikirim Mas Kamil tanpa sepengatahuanku. Jadi kalung Ibu mertuaku akan aku bawa sebagai jaminan. Kalung ini akan kembali jika uang itu juga sudah Tante kembalikan kepadaku. Jika tidak kalung ini pun tidak akan kembali. Selama ini aku mau mengalah, bukan berarti aku akan tertindas terus yah, sudah lama aku diam, jadi sekarang aku beraksi. Kalau nggak terima, aku tunggu di rumah!" tukasku dan kembali tancap gas.
Aku langsung menuju ke rumahku.
Mas Kamil sudah menunggu di depan rumah, jelas. Karena pasti Ibu mertuaku sudah menghubunginya.
"Nuk. Kenapa kamu begini? Mana kalung milik Ibu?" tany Mas Kamil.
"Ada, jika dua hari uangku tidak kembali, aku jual kalung ini, paham?" jawabku kesal, namun suaraku tidak lebih tinggi dari Mas Kamil.
Aku langsung masuk ke dalam rumah. Kudapati Husen dan Hasan sedang bermain. Senyum Hasan sudah kembali lagi.
"Kita beli ice krim?" tanyaku kepada kedua anakku.
Hasan berteriak gembira.
Akhirnya aku membawa kedua anakku untuk membeli icekrim, untung saja ada toko yang buka.
---------
Hasan terlihat sangat gembira, beberapa saat kami berada di toko, lalu pulang membawa belanjaan.
Sesampainya di rumah, sudah ada Ibu Mertua, Mbak Harlina, dan Tante Sari sudah berada di rumah. Mereka menatapku tajam.
"Kembalikan kalungku, atau Kamil akan menceraikanmu!" Ibu mertua berdiri di samping Mas Kamil yang diam menunduk.
Mbak Harlina pun ikut berdiri.
"Ck, bisa apa kamu tanpa adikku?"
"Kalian tunggu di sini. Aku akan kembali," jawabku dan langsung masuk ke dalam kamar.
Tidak lama, lalu aku keluar lagi dengan sebuah tas pakaian.
"Apa itu, Nuk?" tanya Mas Kamil.
"Aku tidak akan memberikan kalung ini kecuali uangku kembali. Kamu ingin menceraikanku, kan? Ya sudah ini pakaianmu. Silakan pergi dari sini, Mas! Aku dengan senang hati menunggu gugatan perceraian darimu ....
------
"Aku memiliki syarat ....
******
Hoooooooolllllllaaaa Maaaaaaaakkk
Judul: THR PILIH KASIH
Sudah tamat di kbm app
Akun Chie_Amoy08. BAB 2
Link di kolom komentar yah
Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!
- Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
- Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
- Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense
Belum ada Komentar untuk "THR PILIH KASIH"
Posting Komentar
Catatan Untuk Para Jejaker