"Bu! Ibu!"


Prak! Prak! Prak! 


"Ibu!"


Seorang bocah laki-laki berseragam sekolah dasar tampak menggedor pintu sebuah kontrakan, sambil beberapa kali memanggil ibunya. Sama sekali tak ada sahutan. Kamar kontrakan tempat dia tinggal dalam keadaan terkunci dan sepi, seperti tak ada orang di dalamnya. 


"Ibu kamu pergi ke warung kali, Den!" ucap wanita setengah baya berjilbab sambil sibuk menyapu teras. 


"Kalau cuma ke warung ngapain dikunci?" timpal si bocah dengan raut kebingungan. 


Dia coba intip keberadaan sang ibu melalui kaca jendela, dan tak menemukan siapa-siapa, padahal perutnya sudah sangat lapar usai berjalan kaki sekitar tiga puluh menit dari sekolah. Tenggorokannya juga kering, sebab tadi pagi ibunya yang bernama Suti lupa membekali dia air minum. 


"Coba cari di warung! Atau kalau enggak di tukang permak! Ibu kamu kan hobi main ke sana!" kata tetangganya lagi, seraya masuk ke dalam kontrakan. Tinggallah anak itu sendirian duduk di atas keset kotor dengan posisi berselonjor.


Namanya Denis, bocah laki-laki sembilan tahun, yang meskipun masih kecil sudah begitu banyak menelan pahitnya hidup. Dia terlahir dari keluarga kurang berkecukupan. 


Ayahnya bernama Anto, dan ibunya bernama Suti. Denis merupakan anak satu-satunya, tapi bukan berarti dia kenyang akan kasih sayang. Justru sebaliknya. Sedari kecil, bocah kelas tiga SD itu kerap menjadi pelampiasan emosi orang tuanya, terlebih sang ayah. 


Keadaan ekonomi yang buruk membuat Anto dan Suti sering cekcok. Denis adalah saksi hidup keduanya. Tak jarang dia kena marah dan kena pu-kul, hanya karena kesalahan tak seberapa. 


Sebulan terakhir Anto bekerja sebagai buruh bangunan di sebuah proyek, dan hanya pulang sekitar dua minggu sekali. Itu dirasa lebih baik. Rumah menjadi lebih tentram dari biasanya. 


Denis dan sang ibu juga jauh lebih akur, karena hanya ada mereka berdua di dalam rumah. Jika biasanya Suti sangat pemarah, setelah Anto jarang pulang dia berubah sedikit lembut dan penyayang. 


"Ibu ke mana, ya?" gumam Denis sambil mengelus perut, dan sesekali membenturkan kepala ke tembok tempat dia menyender. 


Biasanya setiap pulang sekolah, Suti selalu berada di rumah. Kalaupun akan pergi, dia pasti memberi tahu terlebih dulu. Atau setidaknya menitipkan kunci kontrakan pada tetangga. 


Krekk! Suara seseorang membuka kunci. 


Denis spontan menoleh, dan segera bangkit, karena suara berasal dari dalam rumah. Belum sempat didorong, gagang pintu sudah ada yang menarik dari dalam. Ternyata itu Suti. 


"Ibu? Aku pikir Ibu tak ada di rumah."


"Sedari tadi Ibu di dalam." 


Suti berbicara dengan ekspresi datar. Perempuan berusia dua puluh sembilan tahun itu menatap lekat wajah polos an4knya dengan mata berkaca. 


Denis langsung curiga. Pandangan bocah tersebut tertuju ke gorden kamar tidur, dan menduga Anto ada di dalam sana. Meski baru berusia sembilan tahun, dia cukup sensitif dan peka pada keadaan ibunya. 


Siang itu Suti menunjukkan raut sedih, jadi Denis curiga dia baru saja kena marah atau bahkan kena pu-kul sang ayah. 


"Ibu tak kenapa-napa?" tanya si bocah sambil menatap cemas wajah Suti yang kelihatan pucat dan tirus. 


"Kenapa bertanya seperti itu? Ibu tak kenapa-napa. Ayo masuk!" sahut Suti dengan ekspresi misterius. Bahu Denis ditariknya ke dalam, lalu pintu ditutup juga dikunci. 


Krekk! 


***


Setelah berada di dalam, seperti biasa Denis masuk ke sebuah ruangan kecil tempat dia biasa tidur, untuk menyimpan tas sekolah juga berganti pakaian. 


Ruangan berukuran sempit dan sedikit pengap itu tak memiliki pintu. Anto menggunakan lemari sebagai pembatas. Yang terpenting an4knya bisa tidur di tempat terpisah. 


Sementara Denis menyimpan tas, Suti berjalan ke ruang dapur. Dia tahu an4k laki-lakinya lapar, jadi dengan segera mengambilkan air dan juga nasi. 


***


Saat tengah berganti pakaian, Denis mendengar suara tangisan. Itu jelas suara ibunya, jadi dia buru-buru ke luar untuk memeriksa, karena suara tangisan begitu lirih. Denis bahkan belum mengenakan pakaian dengan benar. 


"Ada apa, Bu?" ujarnya sambil berlari ke ruangan dapur. Dia sangat yakin suara berasal dari sana. 


Denis tertegun, berdiri mematung di depan pintu saat menemukan sang ibu sedang menuang air ke dalam gelas. Keadaannya tampak baik-baik saja. Dia tidak menangis sama sekali. 


Suti menoleh, dan lagi-lagi membuat Denis terkejut. Tatapan ibunya sangat berbeda. Dingin, kosong, dan sedikit menyeramkan untuk an4k usia sembilan tahun. 


"Kamu lapar?"


"I, iya."


"Ini. Makan dan minum yang banyak! Jangan sampai ada sisa!" Satu piring nasi dengan lauk ayam goreng dan segelas air putih Suti serahkan kepada putranya. 


Denis menyambut senang. Senyum bocah berbadan kurus itu mengembang begitu tahu teman nasinya hari ini adalah ayam goreng. Entah sudah berapa pekan dia merajuk ingin makan dengan lauk tersebut, tapi tak dituruti. Alasannya ya karena Suti tak punya uang. 


Di hari-hari biasa Denis hanya diberi teman nasi berupa kerupuk atau kadang ampas tahu yang ibunya masak dengan bumbu sederhana. Bahkan terkadang hanya nasi dicampur garam. 


"Terima kasih, Bu. Ayah gajian? Ibu dapat uang dari mana?"


"Tak perlu banyak tanya. Makan saja! Ibu mau tidur." Suti berjalan ke kamar sempit tempat dia biasa tidur.


Sambil memegangi piring dan gelas, Denis menatap ibunya dari belakang. Rambut panjang wanita muda tersebut dibiarkan terurai berantakan, padahal biasanya diikat rapi. 


Denis sempat terdiam dan lagi-lagi merasa sang ibu berbeda. Terlebih aroma tubuhnya sangat menyengat. Bau amis menyeruak ketika Suti melewat. Mirip seperti bau dar4h. 


***


Selengkapnya bisa dibaca di aplikasi KBM dengan judul Ibuku Hantu, karya Perempuan Pendongeng.


Baca selengkapnya di aplikasi KBM App. Klik;

https://read.kbm.id/book/detail/84d4256c-a22d-422d-917e-6c6576a4bd9b

Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!

  • Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
  • Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
  • Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense

Belum ada Komentar untuk " "

Posting Komentar

Catatan Untuk Para Jejaker
  • Mohon Tinggalkan jejak sesuai dengan judul artikel.
  • Tidak diperbolehkan untuk mempromosikan barang atau berjualan.
  • Dilarang mencantumkan link aktif di komentar.
  • Komentar dengan link aktif akan otomatis dihapus
  • *Berkomentarlah dengan baik, Kepribadian Anda tercemin saat berkomentar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel