SISA SAMPAH MEREKA MEMANGGILKU
Part 4
Malam itu aku pulang ke asrama dengan kaki gemetar. Setelah dua shift kerja, tubuhku nyaris roboh, tapi pikiran lebih berat daripada pundakku yang memanggul tas berat berisi buku, celemek kotor, dan satu kotak nasi sisa dari warung.
Begitu masuk kamar, aku melihat koperku di lorong, dilemp4r begitu saja.
“Nayla, kamu nggak bisa tidur di sini malam ini,” ucap Tania dari balik pintu. Meisya berdiri di sampingnya, melipat tangan di dada.
“Ada tamu dari luar kota. Teman sepupu aku mau nginap. Kamar ini bukan buat orang kelas rend4han kayak kamu. Tidur aja di bawah tangga. Atau di pos satpam,” sindir Meisya.
Aku memandangi koper itu, lalu menatap mereka. “Tapi aku tinggal di sini. Sama kalian.”
Tania tersenyum sinis. “Kami udah lapor ke pengurus asrama. Katanya kamu sering pulang malam, ganggu jam istirahat, dan bawa bau makanan ke kamar. Sudah ada surat peringatan kedua, kan?”
Benar. Aku sudah diberi surat peringatan. Bukan karena aku membuat masalah, tapi karena mereka yang mempersoalkan segala tindakanku, bahkan cara aku mengunyah.
Mereka tak suka suaraku. Tak suka pakaianku. Bahkan tak suka aroma sabun mandiku yang katanya mur4han.
Aku tak menyahut. Aku tarik koperku pelan-pelan, menahan air mata, dan menuruni tangga.
Ternyata, malam itu, aku tidur di ruang kosong belakang koperasi kampus. Dingin, gelap, tapi setidaknya sepi. Tidak ada hin4an. Tidak ada cibir4n. Telingaku sudah cukup lelah dengan semuanya. Hina4n, c4cian, seperti tak pernah jauh dari hidupku. Apa aku memang pantas dihin4? Apa aku memang pantas dic4ci maki? Ternyata hidup tanpa orang tua, adalah luk4 seumur hidup.
*****
Keesokan paginya, aku bangun dengan tubuh pegal. Tapi waktu tak pernah memberi jeda untuk luk4.
Aku masuk kelas dengan mata sembab, tapi buku tetap terbuka. Saat Bu Ratri memanggilku ke depan, aku berdiri dengan langkah gontai.
“Presentasimu kemarin lemah sekali, Nayla,” katanya taj4m. “Tolong jelaskan kepada kami, apakah kamu memang tidak berbakat, atau memang tidak niat kuliah?”
Beberapa mahasiswa mulai tertawa. Aku berdiri di depan kelas, menatap kosong ke layar presentasi.
“Saya mohon maaf, Bu. Saya belum bisa maksimal karena,”
“Karena kamu sibuk ngelap meja di warung, ya?” potong Tania dari bangkunya.
Tawa makin keras. Bu Ratri bahkan tidak menegur. Ia hanya tersenyum tipis. “Begitu, Nayla? Mungkin kamu lebih cocok jadi cleaning service kampus daripada mahasiswa.”
D4rahku mendidih, tapi aku hanya menunduk. "Saya akan perbaiki, Bu."
Bu Ratri mengangkat alis. “Perbaiki saja hidupmu, bukan hanya tugas.”
Suara tawa makin menggema di kelas.
Hari itu, aku belajar satu hal. Dunia tidak hanya memvkul saat kita lemah. Dunia menend4ng ketika kita sudah terkap4r. Mereka tidak tahu betapa s4kitnya jadi aku yang hidup sebatang kara tanpa orang tua.
*****
Tiga hari kemudian, aku menerima kabar buruk. G4ji dari warung kopi dipotong karena dianggap tidak memenuhi target penju4lan. Aku hanya menerima separuh dari yang seharusnya.
Aku berjalan pulang dengan u4ng pas-pasan dan perut yang sudah keroncongan sejak siang.
Di jalan, aku melihat seorang ibu menju4l gorengan sisa di trotoar. Akupun berhenti.
"Berapa, Bu?"
“Seribu dapat tiga. Ini sisa ju4lan. Mau diborong semua juga boleh. Lima ribu, Nak.”
Aku merogoh kantong, hanya ada empat ribu. “Saya ambil tiga ribu saja, Bu.”
Ibu itu mengangguk. “Nih, ambil empat. Biar nambah tenagamu.”
Aku tersenyum, mata mulai memanas. “Terima kasih banyak, Bu.”
Dia jauh lebih baik daripada keluarga yang membesarkanku.
Aku makan gorengan itu di pojok taman kampus, sendirian. Saat sedang menikmati makanan pertamaku hari itu, datanglah suara yang paling kuben_ci.
“Tuh, lihat. Anak s4mpah kampus lagi makan sisa!”
Tania datang bersama dua temannya. Kamera ponsel mereka sudah siap.
“Nayla, senyum dong! Buat konten TikTok! Judulnya, Mis_kin Tapi Gak Malu!” teriak Meisya.
Aku menoleh pelan. “Cukup.”
Tania menekan tombol rekam. “Eh, kamu m4rah? Kamu kan biasanya diem aja. Jangan-jangan kamu lapar banget sampe nggak bisa mikir?”
Aku berdiri, merem4s sisa gorengan di tangan.
“Suatu hari, kalian akan jatuh. Dan aku akan berdiri di atas reruntuhan kalian.”
“Dengan apa? Seribu perak?” Tania tertawa sambil menyodorkan u4ng logam ke wajahku. “Nih, buat kamu beli h4rga diri!”
Aku tak mengambil u4ng itu. Tapi aku mengingat wajahnya. Tertawa puas. Merasa berkuasa. Dan dalam diam, aku bersumpah. Aku akan buat kalian menyesali setiap ejek4n yang pernah kalian lemp4rkan. Dengan air mata. Dengan keh4ncuran. Dengan rasa m4lu yang tak akan bisa kalian hapus.
******
“Mereka semua ingin melihatku jatuh. Tapi mereka lupa satu hal, aku lahir dari kejatuhan. Dan aku tidak akan m4ti sebelum mereka semua tenggelam dalam aibnya sendiri.”
Judul : SISA SAMPAH MEREKA MEMANGGILKU (4)
Penulis : Zuliapenacinta
Aplikasi : KBM
Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!
- Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
- Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
- Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense
Belum ada Komentar untuk "SISA SAMPAH MEREKA MEMANGGILKU "
Posting Komentar
Catatan Untuk Para Jejaker