ISTRIKU YANG TENGAH HAMIL PERGI TEPAT SAAT AKU SIAP MENGUCAP IJAB KABUL DENGAN MANTAN YANG AKAN AKU JADIKAN ISTRI KEDUA. HIDUPKU HANCUR BERANTAKAN ....
"Mas, aku baru pulang dari dokter. Aku hamil. B a y i kita sehat, tak kurang suatu apa pun. Oh ya, aku mau mengucapkan selamat atas pernikahanmu. Aku tahu sekarang aku tidak lagi berarti untukmu. Aku tidak akan menghalangi kebahagiaanmu. Jadi, aku akan pergi. Aku dan b a y i ini tidak akan mengganggu hidupmu lagi. Terima kasih untuk semuanya."
Part 9
Aku berdiri di depan cermin kamar hotel, mengenakan setelan jas hitam yang kupilih khusus untuk hari ini. Hari yang seharusnya menjadi awal baru dalam hidupku.
Di belakangku, Anya duduk di tepi ranjang dengan gaun putih sederhana yang membalut tu b uhnya. Wajahnya berseri-seri, matanya berbinar penuh harapan.
"Dion, aku masih tidak percaya ini benar-benar terjadi," katanya dengan senyum bahagia.
Aku membalas senyumnya di pantulan cermin. "Percayalah, Sayang. Aku sudah berjanji padamu."
Hari ini, aku akan menikahi Anya. Secara diam-diam. Aku telah menyusun rencana ini dengan sempurna. Aku menggunakan alasan perjalanan bisnis sebagai alibi. Aku memesan ballroom kecil di hotel ini untuk mengadakan pesta pernikahan sederhana yang hanya dihadiri oleh beberapa saksi dan penghulu. Semua sudah tertata rapi.
Tak ada yang bisa menggagalkannya. Atau setidaknya, itu yang kupikirkan. Beberapa saat kemudian, pesta dimulai.
Ballroom kecil itu dihiasi dengan elegan, cahaya lampu gantung yang temaram menciptakan suasana yang romantis. Hanya ada beberapa tamu yang hadir—saksi dari pihak penghulu dan beberapa kenalan Anya yang mengetahui hubungan kami.
Aku duduk di hadapan penghulu, sementara Anya di sebelahku. Jant ungku berdebar kencang, bukan karena gu gup, melainkan karena kegembiraan bahwa aku berhasil sejauh ini tanpa hambatan.
Penghulu duduk tegap, bersiap memulai prosesi akad. Tangannya sudah terulur, siap menuntunku untuk mengucapkan ijab kabul. Aku menarik napas panjang. Sebentar lagi, semuanya akan resmi.
Namun, tepat ketika aku hendak membuka mulut untuk mengucap ijab kabul, ponselku bergetar di saku jasku. Aku awalnya mengabaikannya. Aku ingin fokus pada akad ini. Tapi getarannya terus berulang, pertanda bahwa pesan itu penting.
Aku melirik layar ponsel. Satu pesan masuk dari Keysa. Aku merasa gelisah. Kenapa Keysa menghubungiku sekarang?
Dengan tangan sedikit gemetar, aku membuka pesan itu.
[Mas, aku baru pulang dari dokter. Aku hamil. B a y i kita sehat, tak kurang suatu apa pun. Oh ya, aku mau mengucapkan selamat atas pernikahanmu. Aku tahu sekarang aku tidak lagi berarti untukmu. Aku tidak akan menghalangi kebahagiaanmu. Jadi, aku akan pergi. Aku dan b a y i ini tidak akan mengganggu hidupmu lagi. Terima kasih untuk semuanya.]
Dunia seakan berhenti berputar. Aku menelan ludah, membacanya lagi, memastikan bahwa aku tidak salah lihat. Tapi tidak. Kata-kata itu terpampang jelas di layar dan foto USG bertuliskan nama Keysa pun terlihat, membuat t ub uhku gemetar.
Keysa … h a mil?
D ad aku tiba-tiba terasa sesak. Napasku tercekat. Semua suara di ruangan mendadak terdengar jauh, seolah aku terhisap dalam l u b ang kosong yang sunyi.
Aku akan menjadi ayah. Dan Keysa akan pergi?
Aku bisa membayangkan dia duduk sendirian di rumah, menatap hasil pemeriksaan ke ha milan di tangannya. Aku bisa membayangkan air matanya jatuh, perasaan hancurnya saat mengetahui aku, suaminya, justru berada di sini, menikahi wanita lain.
Aku ingin menyangkalnya. Aku ingin mengatakan bahwa ini tidak nyata. Tapi kenyataan menghantamku lebih keras dari apa pun. Tanganku bergetar hebat. Napasku memburu.
Aku tidak bisa melakukan ini. Aku tidak bisa menikahi Anya. Tiba-tiba, aku berdiri dari kursi, membuat semua orang di ruangan terkejut.
"Dion?" Suara lembut Anya membuyarkan lamunanku.
Aku mendongak, menatap wajahnya yang penuh harap. Dia tidak tahu apa yang baru saja kubaca. Dia tidak tahu bahwa dalam sekejap, semua rencanaku hancur berantakan.
Penghulu kembali menatapku. "Bisa kita mulai sekarang, Pak Dion?"
Aku membuka mulut, tapi tak ada suara yang keluar. Jantungku masih berdetak kencang, telapak tanganku berkeringat.
Aku tidak bisa melakukan ini. Tidak sekarang. Tidak setelah aku tahu bahwa Keysa sedang men g an dung a n a kku. Tiba-tiba, aku meraih ponsel dan membaca ulang pesannya.
[Aku dan b a y i ini tidak akan mengganggu hidupmu lagi]
D a r ahku berdesir. Tidak! Keysa tidak boleh pergi!
Aku mundur selangkah, wajahku pucat. "Saya ... saya tidak bisa."
Anya menatapku dengan panik. "Dion? Maksud kamu apa?"
Aku tidak menjawab. Aku hanya berbalik dan berlari keluar dari ballroom. Aku tidak peduli dengan tatapan bingung para tamu. Aku tidak peduli dengan penghulu yang terdiam, atau ekspresi putus asa di wajah Anya.
Satu-satunya yang ada di pikiranku sekarang adalah Keysa. Aku harus kembali padanya. Aku harus memastikan bahwa semua ini bukan mimpi buruk.
Aku akan menjadi a y ah. Dan untuk pertama kalinya sejak aku memulai kebohongan ini, aku merasa ketakutan.
Bersambung ....
JUDUL : SEPARUH NAPASKU KAU BAWA
PENULIS : RAINY_RAINBOW
BISA DIBACA SELENGKAPNYA DI APLIKASI KBM
Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!
- Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
- Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
- Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense
Belum ada Komentar untuk "SEPARUH NAPASKU KAU BAWA"
Posting Komentar
Catatan Untuk Para Jejaker