“Kenapa masih pakai cadar? Bisa bernapas?” tanya Malik melihat Tania belum melepaskan cadarnya.
“Menunggu suami saya yang membukakannya. Kapan siap membuka cadar saya?” Tania malah memancing. Di tengah remang-remang dia memperhatikan Malik yang ikut menatap dirinya.
Seketika Malik bangun, menghampiri dirinya. “Sini aku buka.”
“Dengan syarat, tidak boleh ada kata cerai.”
“Ck! Omong kosong.” Malik berdesis, kembali ke sofa. “Aku memang ganteng, tapi jangan baper!”
“Wajar dong sama suami sendiri.”
“Kamu itu perempuan cadar paling cengil yang pernah aku temui.”
Tania terkekeh. “Terima kasih atas pujiannya. Jika ingin tidur nyenyak, berbaringlah di samping saya! Jangan takut! Saya tidak akan menuntut nafkah bathin karena kedua kaki saya tidak berfungsi.”
“Andai pun bisa jalan, aku sama sekali gak tertarik sama kamu,” jawab Malik dengan tegas.
“Semoga saja Mas tidak menjilat air lu dah sendiri. Karena cinta dan benci itu setipis tisu.” Malik memelototi. “Saya tidak sedang menyumpahi Mas, hanya mengingatkan saja.”
“Selamat malam. Cepat tidur!” seru Malik berdecak sebal.
Biasanya dia tidur dengan tenang di malam hari karena tidak ada yang mengganggunya. Namun, malam ini dan malam seterusnya akan ada orang asing yang kebetulan dinikahinya yang akan menghiasi keheningan kamar itu.
*
“Bagaimana tidurnya pengantin baru?” Pagi-pagi sekali, Sabila sudah menggoda Malik dan Tania di meja makan. Bibirnya cengar-cengir berharap malam pertama mereka berjalan dengan lancar.
“Biasa saja.”
“Loh, kamu tidak memanfaatkan kesempatan?” selidik Sabila menatap putranya. “Kasihan ada perempuan cantik, tapi diangguri. Hmm, apa jangan-jangan kamu tidak normal?”
“Mami ini bicara apa sih? Masih pagi loh,” keluh Malik mencomot sandwich dan menggigit ujungnya sedikit.
“Mami hanya ingin memastikan. Jika ada keluhan mengenai alat vi talmu, kamu bisa konsultasi sama Hanief. Itu aset loh.”
“Udah ah, Mi. Aku mau berangkat.” Malik gerah. Dia lekas berpamitan daripada harus menjadi bulan-bulanan ibunya.
Hari ini, dia akan pergi ke rumah sakit terkenal di Jakarta untuk konsultasi mengenai kelumpuhan yang diderita Tania. Dia harus segera melakukan tindakan agar pernikahan ini tidak berlarut dan akhirnya ketika Yolla kembali malah menambah luka.
Namun, kenapa Yolla tak kunjung mengirimkan kabar untuknya? Aneh sekali, tidak seperti biasanya. Saat Malik menghubungi pun hanya tidak ada tanda-tanda panggilan tersambung.
Sia lan. Yolla membuat Malik pusing saja.
“Bawa saja ke Singapore. Kakak yang akan merekomendasikan rumah sakit terbaik di sana,” ujar Fatimah, istri dari Hanief.
“Ok. Aku tunggu kabar dari Kakak. Tapi, boleh aku minta suster yang kompeten untuk merawat Tania di rumah.”
“Nanti Kakak hubungi sus Gina. Sekarang sus Gina lagi tidak ada di tempat.”
Malik mengangguk kepala. Dia menyerahkan semuanya pada kakak iparnya, kemudian dia pergi ke kantor untuk mengurus beberapa pekerjaannya yang tertunda akibat musibah yang dialaminya.
“An jiir, lu nikah gak bilang-bilang gua.”
Malik kaget saat disamperi temannya sekaligus direktur keuangan PT DN Sejahtera. Langsung menin ju perutnya.
“Siapa yang nikah?”
“Gak usah bohong lu sama gua. Istri lu cadaran kan?”
Malik membisu. Tiba-tiba dia teringat dengan sosok wanita paling berpengaruh. Siapa lagi kalau bukan ibu negara, Sabila Putri.
“Hmm, enggak lama. Sampai dia sembuh doang.”
“What? Nikah cuma main-main? Gak malu diled eki cu pu?” Rafi kaget, menatapnya t aj am.
*
Sudah jadi novel di kbm app
Judul: Misteri Pernikahan 100 Hari
Penulis : Syifa Sifana
Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!
- Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
- Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
- Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense
Belum ada Komentar untuk "Misteri Pernikahan 100 Hari"
Posting Komentar
Catatan Untuk Para Jejaker