Lanjut baca raka

Lanjut baca raka


 ""Langit masih bisa biru""


Matahari baru saja muncul saat Raka sudah mendorong gerobak kecil dari kayu lapuk, berisi beberapa bungkus gorengan, permen, dan kerupuk. Di balik tubuh kecilnya yang kurus, ada tekad yang kuat.


Raka (dalam hati):

"Aku cuma punya satu pilihan, bertahan. Buat Mak Iyah... buat Dita."


Sesekali ia melirik ke belakang rumah, memastikan Dita yang masih kecil tak menangis, dan neneknya masih sempat sarapan meski hanya bubur air garam.


Pagi di Rumah Sederhana


Nenek: "Raka... kau udah sarapan, Nak?"


Raka: tersenyum tipis "Belum, Mak... nanti aja di jalan, Raka makan gorengan sisa jualan."


Nenek (menarik napas panjang): "Maaf, Nak... Harusnya bukan kau yang kerja kayak begini..."


Raka (menunduk, lirih): "Jangan minta maaf, Mak. Raka senang bisa jaga Mak sama Dita..."


Dita menghampiri, matanya berbinar.


Dita: "Abang, bawa pulang permen ya! Yang rasa stroberi!"


Raka (mencubit pipinya): "Iya dong, asal Dita rajin belajar."


Di Pinggir Jalan..


Raka berjualan di bawah terik matahari, suara motornya orang lalu lalang, dan sesekali diusir oleh satpam atau orang dewasa yang tak peduli.


Bu Lilis (datang menghampiri): "Raka... sini, ayo duduk dulu. Kau belum makan kan?"


Raka (geleng pelan): "Nggak apa-apa, Bu Lilis... saya kuat kok."


Bu Lilis: "Anak sekecil kamu udah kerja kayak orang tua. Ibumu ke mana, Raka?"


Raka (terdiam lama, lalu bicara lirih): "Ibu nikah lagi... sama orang kaya. Katanya kami bikin malu."


Bu Lilis (menatap sedih): "Astaghfirullah... Ayahmu?"


Raka: "Nggak tahu... sejak ibu pergi, dia juga nggak pulang."


Malam di Rumah..


Raka pulang dengan uang pas-pasan. Ia berikan sebungkus nasi bungkus untuk Mak Iyah dan Dita, sementara ia hanya makan kerupuk.


Dita (senyum lebar): "Abang bawa permen! Yeay!"


Raka (lelah tapi bahagia): "Permen buat si pintar."


Nenek (menangis pelan): "Raka... cucuku... Tuhan kuatkan hatimu..."


Raka memeluk nenek dan adiknya.


Raka:

"Aku nggak minta hidup enak, Mak... Aku cuma mau lihat Mak bisa senyum tiap pagi, dan Dita bisa sekolah tinggi... Itu cukup."


Penutup


Tahun berganti, Raka tumbuh jadi remaja tangguh. Tak hanya tetap berjualan, ia juga jadi loper koran dan ikut bantu-bantu warung. Dita berhasil masuk sekolah favorit. Nenek makin renta, tapi hatinya tenang karena tahu cucunya kuat.


Dan Raka percaya, sekelam apapun masa lalu…


"Langit masih bisa biru, asal kita mau bertahan."

Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!

  • Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
  • Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
  • Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense

Belum ada Komentar untuk "Lanjut baca raka"

Posting Komentar

Catatan Untuk Para Jejaker
  • Mohon Tinggalkan jejak sesuai dengan judul artikel.
  • Tidak diperbolehkan untuk mempromosikan barang atau berjualan.
  • Dilarang mencantumkan link aktif di komentar.
  • Komentar dengan link aktif akan otomatis dihapus
  • *Berkomentarlah dengan baik, Kepribadian Anda tercemin saat berkomentar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel