Part 9. "Ayahku berkencan dengan gadis-gadis muda, lalu membawa mereka masuk ke dalam ruang bawah tanah. Padahal ayah melarangku masuk ke dalam sana. Kenapa gadis-gadis itu diperbolehkan? Tapi tunggu! Suara apa itu? Clak! Clak! Clak!"
#Ternyata
Ah si4I! Papaku telah lebih dulu berada di luar rumah. Sehingga papa melihat Marsha yang baru keluar dari kamarku melalui jendela. Duh Bagaimana mana ini? Aku telah melanggar perintah papa berulang kali. Pasti papa akan marah besar.
Papa kembali memasuki rumah dan mendatangi kamarku.
"Sejak kapan dia berada disini?" Tanya papa tanpa basa-basi.
"Sejak semalam pa, dia menginap disini," jawabku menunduk tidak berani menatap wajah papa.
"Mauraaa...," terdengar nada kecewa dari suara papa.
"Maaf pa, aku membuat kesalahan lagi."
Papa meraih kepalaku dan mengecup keningku.
"Berhenti menunduk nak, papa tidak ingin kamu merasa takut pada papa."
Aku menatapnya tidak percaya, aku mengira papa akan marah besar padaku. Tapi nyatanya tidak.
"Cobalah untuk tidak melakukan kesalahan lagi Maura," tegas papa.
Aku mengangguk.
"Baik papa."
Setelah papa pergi, aku menuju dapur dan mendapati bi Mona disana.
"Bi?" sapaku.
"Ga ke kampus non?" tanyanya.
"Nanti jam 9 bi, beberapa hari ini bibi kemana aja?" Tanyaku, mengingat beberapa hari ini Bi Mona tidak datang ke rumahku untuk bekerja.
"Anak bibi sakit non, bibi juga udah bilang sama bapak."
"Ooh gitu.. ya udah bi, aku mau mandi terus siap-siap berangkat ke kampus"
"Mau dibuatin sarapan apa non?"
Aku menggeleng.
"Ga usah bi, aku sarapan di luar," ucapku seraya meninggalkan bi Mona.
Selesai mandi, aku menyiapkan apa saja yang akan di bawa ke kampus.
Yup sudah selesai. Aku berjalan menuju dapur hendak memberitahu bi Mona, kalau aku akan segera berangkat ke kampus.
Kemana bi Mona? Aku tidak mendapatinya di dapur. Ketika aku hendak mencarinya ke ruang tengah, tiba tiba pintu besar ruang bawah tanah itu terbuka.
Kulihat bi Mona yang baru keluar dari ruangan itu.
"Bi? Ngapain disana?"
"Lho non, belum berangkat?"
"Aku nanya, bibi ngapain di dalam sana?"
"Oooh itu... Bapak tadi pagi memerintahkan bibi untuk membersihkan dan merapikan ruang bawah tanah non."
"Bukannya papa melarang bibi untuk memasuki ruangan itu?" tanyaku penuh selidik.
"Lagian di dalam itu tidak ada apa apa non."
"Aku ga nanya itu. Bibi bohong ya? Bibi pasti tau sesuatu kan? Mana kuncinya," pintaku.
"Jangan non!" bi Mona menolak dan memasukkan kunci itu ke sakunya.
"Kalau tidak ada apa apa, kenapa aku tidak boleh masuk?"
"Bi Mona hanya menjalani perintah bapak non."
Aku membalikkan badan meninggalkan bi Mona. Ada rasa kesal dalam hatiku. Kenapa papa mengizinkan bi Mona memasuki ruang bawah tanah. Sedangkan aku selalu mendapat kecaman disaat aku mulai mendekati ruangan itu. Ini tidak adil, sebenarnya aku ini anaknya bukan sih?
***
Di kampus aku tidak melihat Marsha sama sekali. Padahal aku ingin menceritakan kejadian tadi pagi padanya. Apa dia sakit? Mengingat wajahnya yang terlihat pucat tadi pagi.
Sepulang dari kampus aku mendatangi rumah Marsha dengan menaiki grab. Aku harus tau keadaannya.
Seorang wanita paruh baya membukakan pintu.
"Permisi!" ucapku.
"Iya? Cari siapa?"
"Marsha-nya ada? Saya temannya."
"Oh silahkan masuk. Non Marsha ada di kamarnya."
Benar saja, kulihat Marsha terbaring lemah di r4njangnya.
"Ya ampun, pantesan wajah lo pucet banget tadi pagi. Ternyata lo sakit."
"Gue ga bisa tidur semalam, gue mendengar jer1tan perempuan dari luar kamar Lo," jelasnya.
"Lo nggak lagi mimpi kan?"
"Gue dalam keadaan sadar Maura. Bahkan malam tadi Bokap lo berkali kali datang ke kamar lo. Yang gue lakukan hanya bersembunyi di bawah kolong tempat tidur." Marsha menceritakan kejadian semalam.
"Kok gue bisa ga denger ya?"
"Berhenti meminum ob4t yang di berikan papa Lo itu Maura."
"Cuma dengan meminum ob4t itu gue tidak mengalami mimpi buruk dan terbangun di malam hari," ucapku.
"Malam ini coba untuk tidak meminum ob4t itu dan dengar apa yang terjadi diluar kamar Lo."
***
Malam ini papa kembali memberikan 2 butir obat tidur padaku. Dan seperti biasa papa baru pergi setelah memastikan aku telah meminumnya.
Aku memasukkan sekaligus kedua obat itu ke dalam mulutku dan meminum segelas air.
Melihat itu papa tersenyum.
"Gadis pintar."
Setelah itu aku membaringkan tubuhku. Setelah papa keluar dari kamarku. Aku segera mengeluarkan 2 butir obat itu dari mulutku.
Aku mengikuti saran Marsha. Malam ini aku tidak akan meminum obat itu, untuk memastikan ucapan Marsha benar.
Aku bangkit dari tempat tidur, berniat untuk mengintip keadaan di luar.
Dengan pelan pelan dan hati hati aku membuka pintu kamarku.
Tapi apa yang kulihat sedang berdiri di depan pintu kamar membuatku tersentak kaget.
"Ternyata kamu tidak meminum obat itu Maura!"
*****
Selengkapnya baca di aplikasi KBM APP ya.
Judul: KANIB4L
Penulis: Rizu_rahmi
Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!
- Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
- Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
- Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense
Belum ada Komentar untuk "KANIB4L"
Posting Komentar
Catatan Untuk Para Jejaker