Cuplikan 15.
Kaelan berniat menjemput istrinya lagi. Ia pun segera menghubungi Menur.
"Dek, kamu sudah pulang?" tanyanya setelah Menur menjawab salamnya.
"Belum, Mas," jawab Menur dari seberang.
"Aku jemput ya, Dek?"
"Aku belum bisa pulang sekarang, Mas. Masih ada pasien yang harus aku periksa."
Kaelan terdiam sejenak. Dari jawaban Menur, ia mulai menebak-nebak profesi istrinya.
Jadi Menur bukan pembantu seperti yang dibilang Anggi? Dia ternyata seorang perawat, batinnya.
"Mas, kamu denger aku, kan?" suara Menur membuyarkan lamunannya.
Kaelan sedikit tersentak. "Ya, Dek. Aku dengar."
"Boleh gak aku minta tolong?" suara Menur terdengar lebih serius. "Tolong jemput Bapak di rumah Anggi. Aku sudah mengatur pertemuan Bapak dengan seorang dokter untuk memeriksa keadaannya. Tapi Anggi gak bisa antar Bapak ke rumah sakit, dan aku juga gak bisa karena masih jam kerja. Aku butuh bantuan Mas. Bisa kan?"
Kaelan mengernyit. "Di rumah Anggi?"
"Iya, sekarang Bapak tinggal di sana. Aku gak bisa jemput karena masih ada pasien yang harus aku tangani. Bisa ya, Mas?" pinta Menur dengan nada penuh harap.
Kaelan menghela napas panjang, lalu mengangguk meski Menur tak bisa melihatnya. "Oke, jangan khawatir. Aku jemput Bapak sekarang."
Tanpa banyak pikir, ia segera melajukan mobilnya ke kompleks perumahan mereka. Setibanya di sana, ia melihat Anggi yang sedang bersiap-siap untuk berangkat kerja dengan seragam pramugarinya yang mencolok.
Anggi menatap Kaelan dengan sinis dan menyeringai. "Kamu ngapain datang kemari?"
Kaelan menatapnya datar. “Aku ke sini mau jemput Bapak. Menur minta tolong aku untuk bawa beliau ke rumah sakit.”
Anggi bukannya menjawab, malah menatap sinis ke arah mobil jeep milik Kaelan. “Kamu masih aja pakai mobil orang buat pamer di depan aku? Belum nyerah juga ngejar-ngejar aku, Lan?”
Kaelan tersenyum miring. “Siapa juga yang masih ngejar kamu? Aku ke sini bukan buat kamu, tapi karena Menur minta tolong. Dan soal mobil, kalau kamu pikir aku pamer, ya silakan. Itu hak kamu buat mikir begitu. Tapi jangan GR, Anggi. Gak ada niat pamer, apalagi di depan kamu. Kalau pun aku mau pamer, mending di depan istriku sendiri. Jauh lebih berharga.”
Wajah Anggi berubah kesal. Tak mau kalah, ia menunjuk ke arah mobil mewah yang terparkir di halaman. “Alaaah... alasan aja kamu bilang gak ngejar-ngejar aku lagi. Padahal kenyataannya, kamu milih nikahi Mbak Menur, karena mau dekati aku lewat Mbak Menur."
Kaelan tercengang. Bahkan kehabisan kata-kata mendengar kepercayaan diri Anggi yang begitu tinggi.
Anggi kemudian melihat ke arah mobil barunya. "Lihat itu. Itu mobil aku. Bukan sewaan. Deni baru beliin aku mobil itu! Jadi tolong, berhenti pamer di depan aku Lan. Karena gak akan mempan lagi. Cintaku sekarang cuma untuk Deni seorang.”
Kaelan hanya menghela napas panjang. Ia menatap Anggi sejenak—wanita yang dulu dikenalnya lembut dan sederhana, kini berubah menjadi sosok yang asing dan penuh kesombongan.
“Udah ya. Aku mau kerja,” ucap Anggi dengan nada tinggi. “Kalau mau jemput Bapak, masuk aja ke dalam.”
Dengan langkah congkak, Anggi masuk ke mobil barunya dan melajukan kendaraan itu sambil melambaikan tangan seolah mengejek. Kaelan hanya menggeleng pelan, menyaksikan kepergian wanita yang dulu pernah ia cintai.
Judul: Siapa Suruh Membuangku.
Penulis: Dewi Mutia.
Baca selengkapnya di aplikasi KBM App.
Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!
- Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
- Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
- Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense
Belum ada Komentar untuk "Siapa Suruh Membuangku."
Posting Komentar
Catatan Untuk Para Jejaker