Rahasia Menantu Bungsu

Rahasia Menantu Bungsu


 Dasar Aliyah dablek.

Masih gak sadar siapa Salmah, jadinya songong deh...🤣


❤️❤️❤️


“Ya Allah, Bu. Ibu kok malah nyetrika, sih?” ucap Salma kaget melihat Cici duduk di depan tumpukan baju yang lumayan banyak.


“Gak apa-apa, Neng. Ibu bosan.” Seperti biasa, Cici selalu tersenyum jika menanggapi perkataan siapapun. Entah itu orang yang memperlakukannya dengan baik, atau pun sebaliknya.


“Sudah, Bu. Lain kali saja, lagi pula Salma lihat itu bukan pakaian Ibu. Mending kita makan siang, terus Ibu minum obat lagi. Ya?” tandasnya sembari mencabut colokan setrika yang menggantung.


“Eh, eh! Apa-apaan, ini?” Suara Aliyah membuat Salma dan Cici langsung menoleh.


“Apa-apaan apanya?” jawab Salma dengan ekspresi wajah heran.


“Kamu gak lihat Ibu lagi apa?” tanya Aliyah sembari berkacak pinggang.


“Ya, lihat. Makanya aku suruh Ibu berhenti. Kenapa?” Salma ikut berkacak pinggang.


“Bukan main ya orang ini sombongnya. Ibu ini sedang menyetrika pakaianku yang besok mau kupakai di acara kerja!” ujar Aliyah dengan begitu enteng.


“Ckckckck ….” Salma menggelengkan kepala, kemudian dengan cepat dia meraih kedua tangan Aliyah.


“Tanganmu masih utuh, masih lengkap! Jemarinya juga pas! Gak kurang dan gak lebih. Ngapain kamu suruh Ibuku ngerjain sesuatu yang harusnya tak dia kerjakan?” terang Salma dengan lantang, sedang Aliyah sibuk menarik tangannya yang dicengkeram dengan kuat.


“Kamu sendiri harus tahu, Salma. Sebelum ada kamu, Ibu memang selalu menyetrika pakaian kami! Lagi pula Ibu itu harus olahraga, gak baik kalau seharian tidur terus! Mau Ibu kena penyakit liver?” Aliyah tak mau kalah.


“Justru Ibu harus istirahat karena beliau sedang sakit! Kamu ini sebenarnya waras atau enggak, sih?” ucap Salma seraya melepas kedua tangan wanita di hadapannya dengan kasar.


“Salma, kamu itu cuma numpang di sini! Lagaknya orang kaya tapi beli rumah saja gak mampu! Kalau kamu masih mau tinggal di sini, ya ikutin peraturan yang ada, dong! Kecuali kalau kamu hamil, baru aku sama Devi bakal angkat kaki. Tapi nyatanya, mana? Kamu belum kunjung mengandung, ‘kan? Jangan-jangan kamu mandul, lagi? Kalau mandul, lebih baik Akbar ganti istri saja. Suruh Akbar balikan sama Mahira, Bu!” katanya panjang lebar hingga berhasil menghidupkan perasaan marah di lubuk hati Salma.


“Astagfirullah. Neng, Aliyah, sudah, ya. Sudah, sudah. Malu kalau sampai kedengaran tetangga. Neng Salma, biar Ibu teruskan dulu nyetrikanya, habis ini Ibu makan dan minum obat. Bajunya tinggal sedikit lagi, kok.” Cici mencoba melerai, berharap kedua menantunya itu berhenti berperang mulut.


“Tuh, dengar apa kata Ibu. Pakai telingamu dengan baik!” katanya seraya menunjuk telinga Salma yang tertutup kerudung.


Salma hanya bisa mengatur napas, mencoba mengendalikan diri agar tak terkurung emosi.


“Kalau begitu Salma saja yang lanjutin, Bu. Ibu gak boleh telat minum obat soalnya,” ucap Salma.


“Tapi, Neng—”


“Udah biarin, Bu. Biar dia belajar juga!” sahut Aliyah, senang melihat Salma mau mengalah.


Salma pun meyakinkan Cici kembali hingga membuat wanita itu pasrah.


“Yang rapi, ya! Gak boleh kusut sedikit pun,” ucapnya. Salma hanya terdiam sambil duduk dan melanjutkan pekerjaan mertuanya.


Setelah diyakinkan beberapa kali, akhirnya Cici menurut untuk menyantap makan siang dan meminum obat, sementara Salma terpaksa merapikan pakaian Aliyah yang warna-warnanya selalu mencolok.


Saat pakaian terakhir, mendadak perkataan Aliyah tadi terdengar kembali. Nama Mahira yang dia sebut membuat Salma teringat curahan hati Akbar dalam buku tadi.


Tak bisa menahan kesal, Salma pun menekan setrika dengan begitu lama pada baju Aliyah hingga menyebabkan pakaian itu berlubang. Salma tak peduli, cepat dia melipatnya dan menyatukannya dengan lipatan yang lain.


“Nih!” kata Salma sembari menyodorkan keranjang berisi pakaian Aliyah setelah pekerjaannya rampung.


“Ih, makasih. Nah, gitu, dong. Berguna dikit jadi adik!” katanya dengan wajah bahagia.


Salma hanya terdiam sembari terus memasang wajah tak suka, lekas pula dia balik kanan dan berlalu dari hadapan wanita menyebalkan itu.


“Salmaaaaaa!” teriak Aliyah tiba-tiba.


Mengerti akan kehisterisannya, Salma hanya bisa tertawa kemudian menutup pintu kamar dan memilih mengurung diri di ruangan tersebut.


“Rasain! Suruh siapa ngerjain orang!” gumamnya sendirian.


Judul : Rahasia Menantu Bungsu

Penulis : Azu Ra

Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!

  • Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
  • Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
  • Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense

Belum ada Komentar untuk "Rahasia Menantu Bungsu"

Posting Komentar

Catatan Untuk Para Jejaker
  • Mohon Tinggalkan jejak sesuai dengan judul artikel.
  • Tidak diperbolehkan untuk mempromosikan barang atau berjualan.
  • Dilarang mencantumkan link aktif di komentar.
  • Komentar dengan link aktif akan otomatis dihapus
  • *Berkomentarlah dengan baik, Kepribadian Anda tercemin saat berkomentar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel