Menikam Sang Pelakor

Menikam Sang Pelakor


 #4

"Jangan mengada-ada Lina. Aku selalu percaya bahwa selama ini kau adalah satu-satunya orang yang peduli dan sangat menyayangiku. Dan hanya Tuhan yang tahu betapa bersyukurnya aku memilikimu. Tetapi malam ini adalah kekecewaan terbesarku, aku tidak tahu dari mana asalnya kau tega menuduhku yang melakukan hal mengerikan itu pada Nilam. Bukankah selama ini kau mengetahui segala deritaku? Jika aku memang berniat seperti itu, maka kenapa aku harus menunggu waktu bertahun-tahun, kenapa tidak dari dulu saja aku lakukan?"


Suaraku parau, kekecewaanku akan sikap Lina yang terkesan menuduhku telah membuat darahku mendidih. Sehingga aku telah lupa ketakutan akan peristiwa yang kusaksikan tadi.


Sementara Lina tergugu. Bibirnya terkatup rapat, matanya terlihat digenangi air, aku berharap ia telah menyesalkan tentang perkataannya.


"Kau bilang aku bersama seseorang di bukit ilalang? Jangan mengada-ada, Lina. Demi Tuhan seharian aku sendiri di sana. Aku mohon Lina, jangan sampai karena perkataanmu yang tidak benar itu orang-orang benar-benar mengira dirikulah yang mengirimkan penyakit itu pada Nilam. Apa kau sekarang juga berniat mengkhianatiku?" Aku memgatupkan kedua tangan, sementara terlihat bulir-bulir bening telah tumpah dari sudut mata Lina.


"Aku tidak bermaksud seperti itu, Mia. Aku sangat mencemaskanmu, karena semua orang  tidak akan ragu menuduhmu, karena di kalau dilihat dari segi manapun, kau yang paling bisa untuk melakukan semua itu. Dan mungkin saja keluarga Nilam tidak akan tinggal diam. Kau sangat tahu kan, kalau mereka orang yang di segani di sini, mereka bisa saja menggerakkan masa untuk merajammu."


 


Aku merinding mendengar kalimat demi kalimatnya itu, dan aku tidak akan menyangkal bagian-bagian terakhirnya.


Mereka memang seperti itu .... terpandang, disegani dan juga kej4m.


Aku terdiam cukup lama, tubuhku meremang, entah aku masih bisa melihat cahaya matahari esok pagi?


Lina bergerak ingin mendekatiku, tapi aku menggeleng, dan dia mengerti kalau  kekecewaan akan sikapnya membuatku ingin sendiri dulu.


"Tentu saja semua orang akan berpikir seperti itu, sedang sahabatku sendiri juga tidak ragu menuduhku yang melakukannya."


"Mia aku hanya ...."


"Sudahlah Lina. Aku tidak ingin mendengarmu lagi malam ini. Aku lelah, aku ingin istirahat."


Lalu tidak berapa lama aku hanya sendiri di ruangan temaram ini, setelah bayangan Lina yang terisak menghilangkan di balik pintu yang telah tertutup rapat.


***


Tok tok tok!


Aku terbangun, sepertinya belum lama aku terlelap. Suara gedoran pintu memaksaku untuk membuka mata.


Kulirik jam dinding yang tergantung di atas meja rias, baru jam 4 dini hari.


Aku spontan mendudukkan diri, mendadak cemas berkelindan dalam dada, mengingat entah siapa yang mengetuk pintu dengan kasar pada waktu yang belum memasuki subuh ini.


Gedoran di pintu semakin keras terdengar, seakan pintu tersebut akan roboh. Aku mendekap selimut ke dada, menahan gigil yang tiba-tiba menyerang.


Apakah benar perkiraan Lina kemarin, keluarga Nilam tidak akan tinggal diam dan tidak akan mengampuniku.


Aku menahan napas, merapal doa dalam hati.


Oh Tuhan, jangan berikan padaku masalah sebesar itu, engkau yang paling tahu kalau aku tidak melakukan apa-apa....


Suara ketukan pintu itu memelan dan terjeda sepenuhnya, aku menghempaskan napas lega untuk sesaat, tapi jantungku seakan rontok ketika gantian  jendela kamar yang di gedor!


Sekujur tubuhku meremang ...


"Mia! Buka pintunya!"


Oh, itu suara Bang Ibram, syukurlah dia datang, aku pikir orang-orang yang akan menghukumku seenaknya atas kesalahan yang tidak kulakukan.


Segera saja aku berlari menuju pintu dan memutar kunci dengan cepat.


"Bang!" Kedengarannya aku memekik senang ketika melihat pria yang kurindukan itu berdiri di depan pintu.


Segera saja aku menghambur ke pelukannya, melingkarkan tangan ke punggung lebarnya, menyandarkan kepalanya di dada bidangnya, menikmati sensasi debaran yang menggila dari balik sweater tebalnya.


"Bang, Mia rindu sekali. Akhirnya Abang datang juga." Aku tidak kuasa menyembunyikan luapan rasa senang, sungguh aku begitu merindukan dekapannya yang selalu membuatku lupa akan segalanya.


"Untuk itukah kau melakukan hal sekej⁴m itu pada istriku??!!"


Aku hampir saja terjungk⁴l ke belakang akibat Bang Ibram mendorong kuat tubuhku, tapi ia juga dengan sigap mencengkram rahangku dengan jemari besarnya.


"Ba-bang ...." Dalam sekejap kebahagiaanku telah kembali hancur, tatapan mata tajam yang seperti diselubungi api kemarahan yang berkobar kembali menyadarkanku kalau Mas Ibram tidak akan pernah lagi mendamba diriku.


Ia datang ke sini hanya untuk mempertanyakan bagaimana aku tega melakukan hal meng3rikan pada kem⁴luan istri kesayangannya itu.


"Apa yang kau lakukan pada istriku? Dukun mana yang kau temui untuk membuatnya seperti itu?!" Suaranya menggelegar, ia mencengkram rahangku semakin kuat, sambil menciptakan dorongan di sana, hingga aku tergerak mundur ke belakang, lalu terdengar hempasan keras berasal dari  pintu yang tertutup.


Sekarang Mas Ibram, setelah sekian lama telah kembali ke rumah ini, kami berdua telah kembali berada di satu tempat yang sama, tanpa jarak tanpa ada siapapun, di ruang tamu sekaligus merangkap ruang keluarga yang sederhana, di mana dulu pernah tercipta kenangan-kenangan indah serta letupan-letupan cinta kami yang membara.


Tetapi saat ini, tidak ada lagi tatapan yang dulu selalu menyiratkan kasih sayang tiada batasnya untukku. Yang ada hanya sorot keger⁴man, kemuakan, keengganan, kemurk⁴an ....


Matanya berkilat di temaram pencahayaan ruangan ini ....


"Katakan perempuan tak tahu diri, di mana kau menemukan dukun yang membuat istriku seperti itu?" Ia belum juga melepaskan cengkraman kerasnya, walau jemarinya sudah basah oleh air mata kesakitanku.


"Sudah berapa kali kukatakan, sedikitpun tidak ada lagi rasaku padamu. Cintaku hanya untuk Nilam seutuhnya, kenapa kau juga tidak mengerti itu?"


"Aku tidak melakukannya Bang! Aku tidak melakukan itu ...." Aku bicara dengan suara yang kurang jelas, karena ia masih memperhankan jemarinya di bawah pipiku.


"Mia, tidak ada gunanya kau mengelak atau berpura-pura saat ini, waktumu tidak banyak. Cepat katakan dukun mana yang kau utus, Nilamku hampir sekarat, jika terjadi apa-apa padanya, itu sama saja kau telah menggali kuburanmu sendiri. Bukan aku yang akan melenyapkanmu, tapi kakak-kakak Nilam akan membakarmu hidup-hidup!"


Aku menggeleng sambil terus berusaha melepaskan cengkeramannya. Lalu saat sebuah kesempatan datang, karena tidak tahan akan kekuatan jemarinya aku dengan sekuat tenaga menendang selangkangannya hingga ia terjungkal, punggung membentur sofa lusuh di belakang.


Aku juga sedikit  limbung, tapi dengan cepat aku bisa menguasai keseimbangan.


" Nilammu itu tidak akan mati, Bang. Dia hanya akan menderita seperti itu hingga ia menua, aku sungguh berharap begitu! Tapi satu hal yang harus kamu tahu, aku tidak pernah menemui dukun manapun. Yang sebenarnya adalah itu adalah buah dari perbuatannya, Tuhan sedang menghukum wanita binal itu, Bang. Dan aku juga sangat berharap secepatnya hukuman yang sama juga akan diberikan padamu!!!" 


Jlegar!!!!


" Kau dengar itu Bang,  petir yang menyambar tiba-tiba , itu adalah bentuk restu Tuhan  padaku. Mulai sekarang segala derita yang kau ciptakan padaku akan berbalik seribu kali lebih pedih pada wanita yang membuatku meminum racun setiap hari itu! Itu sudah pasti!"


Jlegar!!!!


Dan suara petir pun kembali menyambar, kilatnya tepat menyorot mata Bang Ibram, yang menatap tidak penuh murka padaku.... 


Penulis: VincaFlower(Greenmoon) 


Judul: Menikam Sang Pelakor

Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!

  • Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
  • Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
  • Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense

Belum ada Komentar untuk "Menikam Sang Pelakor"

Posting Komentar

Catatan Untuk Para Jejaker
  • Mohon Tinggalkan jejak sesuai dengan judul artikel.
  • Tidak diperbolehkan untuk mempromosikan barang atau berjualan.
  • Dilarang mencantumkan link aktif di komentar.
  • Komentar dengan link aktif akan otomatis dihapus
  • *Berkomentarlah dengan baik, Kepribadian Anda tercemin saat berkomentar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel