MENGUSIR IPAR BENALU

MENGUSIR IPAR BENALU


 MENGUSIR IPAR BENALU (10B)


"Assalamualaikum ... Maaf, Bu. Saya mengganggu istirahat Bu Nisa," kata Pak Mukhlis dari seberang telepon.


"Nggak papa, Pak. Saya malah mau bilang makasih udah dibangunkan. Gimana, udah sampai mana, Pak? Perjalanan lancar, kan?" tanyaku khawatir karena tak biasanya Pak Mukhlis menelpon kalau bukan hal penting.


"Alhamdulillah, perjalanan lancar. Cuma ini Bu. Pak Fatih bilang ongkos mobil saya kemahalan, katanya. Dia minta satu setengah juta dikembalikan ke dia."


"Loh, dia tahu dari mana ongkos Pak Mukhlis?"


"Pak Fatih telepon ibunya, terus tanya ke ibunya bayar ongkos mobil saya berapa? Ibunya jawab tiga juta. Pak Fatih nagih ke saya, satu setengah jutanya dikembalikan ke dia," jawab Pak Mukhlis terdengar putus asa.


Ya Salaaaaam. Aku malu mendengarnya.


"Terus, Pak Mukhlis jawab apa?"


"Saya belum bilang apa-apa. Saya tanya ke Bu Nisa dulu gimana baiknya. Sekarang, Pak Fatih dan keluarganya sedang makan sahur dan memborong banyak jajanan. Dia minta saya yang bayar."


Aku sudah menebak keluarga itu akan bertingkah kalau tahu ongkos mobil sudah dibayar. 


"Apa sebaiknya saya turuti saja, Bu?"


"Jangan, Pak!" jawabku.


Memang ongkos yang kubayarkan sedikit lebih mahal. Tapi mengingat upaya yang harus ditempuh Pak Mukhlis untuk mengantar Mas Fatih dan keluarganya juga tidak mudah. Sudah dadakan, tengah malam pula.


"Bilang saja, ATM Pak Mukhlis dipegang istri di rumah. Jadi Pak Mukhlis tidak bawa uang lebih. Kalau mau dikembalikan setengahnya, pengantaran cukup sampai disitu saja. Tidak sampai ke rumah tujuan. Jadi Pak Fatih dan keluarganya bisa naik angkutan lain. Pak Mukhlis bisa kembali lagi ke Karawang. Kasih saja opsi itu. Lihat bagaimana reaksi mereka. Masih ngotot minta uang ongkos yang sudah dibayar atau tidak."


"Baik, Bu. Kebetulan memang ATM saya dipegang istri. Saya hanya bawa uang untuk beli bensin dan oleh-oleh di sini," jawab Pak Mukhlis.


"Nah, bagus kalau begitu. Jangan mau diintervensi sama Pak Fatih. Biar saja mereka sendiri yang bayar makan dan jajanan yang mereka borong. Pak Mukhlis jangan lupa makan sahur."


"Iya, Bu. Terima kasih." 


"Iya, Pak, sama-sama."


Sambungan telepon terputus.


Mas Abi membawakan makan dan minum ke kamar. Dia dan anak-anak sudah bersiap makan sahur di dapur. 


"Makan di kamar dulu nggak papa kan, Dek? Jangan terlalu banyak jalan. Kalau butuh apa-apa, panggil aku atau anak-anak," pesan Mas Abi.


Aku mengangguk, berterima kasih.


Setelah selesai makan, ponselku tiba-tiba berdering. Dari Mas Fatih. Malas sebenarnya menjawab teleponnya, tapi kasihan Pak Mukhlis di sana. 


"Halo," ucapku.


"Nisa! Kamu nggak kira-kira ya ngasih ongkos mobil mahal-mahal amat! Nggak ngerti atau bodoh kamu tuh!" maki Mas Fatih penuh kebencian.


Aku menggosok telingaku yang berdenging karena teriakan Mas Fatih.


"Hati-hati kalau ngomong! Itu mulut dijaga ya, Mas!" hardikku, tak terima dikatakan bodoh.


Mas Fatih terdiam.


"Mas Fatih jadi orang kok nggak ada rasa syukurnya, ya? Sudah dipesenin mobil yang nyaman, dibayarin, dianterin, masih ngeluh, ngelunjak pula nagih ongkosnya. Nggak malu, Mas? Bukannya Mas itu bekas orang kaya yang sukanya berbagi? Kenapa sekarang mental Mas miskin banget?"


"Jangan sembarangan bicara Nisa! Gue cuma nagih hak gue. Masa nagih hak lu sebut mental miskin!" Mas Fatih tak terima ucapanku. Apanya yang dia sebut sebagai haknya?


"Gini, Mas. Seandainya Mas fatih jadi Pak Mukhlis. Tengah malam tiba-tiba ditelepon suruh anterin keluarga rese ke luar kota, terus dibayar murah, mau nggak?" tanyaku ingin tahu tanggapan kakak iparku itu.


"Ya, nggak lah! Biar dibayar sepuluh juta juga gue nggak bakal mau!" jawabnya angkuh. 


Aku terkekeh. Masa dibayar sepuluh juta dia gak mau?


"Nah, itu! Pak Mukhlis cuma dibayar tiga juta sudah termasuk bensin bolak-balik Karawang-Semarang, bayar tol pula. Mas Fatih, Mbak Deva dan Zahra bisa tidur nyenyak di mobil. Nggak berdesakan, nggak kepanasan. Disopirin, tiba-tiba udah sampai rumah. Kenapa Mas masih bertingkah?"


"Eh, maksud kamu siapa yang keluarga rese, hah?!" Mas Fatih baru sadar kalau keluarga yang kumaksud adalah keluarganya.


"Ya keluarga Mas Fatih lah! Siapa lagi."


"Keterlaluan lu, ya! Gue bilangin ibu baru tau rasa! Terus, siapa yang mau bayar makanan ini?" tanya Mas Fatih putus asa.


"Ya, Mas Fatih lah. Orang Mas Fatih yang makan kok. Masa Pak Mukhlis yang suruh bayarin? Harusnya Pak Mukhlis yang dibayarin makan. Diajak sahur. Masa kebalikannya?"


"Gue mana punya duit!" pekik Mas Fatih tambah putus asa.


"Ya, harusnya Mas mikir. Kenapa nggak punya uang tapi makan banyak sampai borong jajanan?"


"Pinjam uang lu dulu lah. Lima ratus ribu aja. Transfer sekarang ke rekening gue. Sopir sewaan lu nggak mau bayarin, malah ngancam mau ninggalin gue di sini. Enak aja! Mana masih jauh dari rumah ibu."


Aku mendesah.


"Telepon ibu Mas Fatih sekarang. Minta transferan, dijamin langsung dikirim uang." Aku memberi saran.


"Yang benar lu, Nisa?" tanya Mas Fatih tak percaya. 


Ya, saking pelitnya ibu mertua, sampai anaknya sendiri tidak percaya kalau ibunya bisa dengan mudah mentransfer uang.


"Coba aja kalau nggak percaya. Udah ya aku tutup teleponnya."


Tanpa menunggu persetujuannya, sambungan telepon terputus, bersamaan dengan adzan Subuh. 


Adam menggeliat dan membuka matanya. Senyum merekah dibibirnya yang mungil.


"Terima kasih, Sayang. Sudah memberikan Bunda kekuatan."


*


Makin ke sini dijamin makin seru!


Yang mau baca sampai tamat kisah Annisa, Abi, Fatih, dan Deva, langsung gabung ke grup telegram Tamu Pasca Lahiran. 


Cukup bayar 35rb kamu bisa baca sampai puas 47 bab kisah mereka yang penuh cinta, kekeluargaan, intrik, misteri, teka teki dan aroma horor. Novel ini paket lengkap. Jangan sampai nggak tamat bacanya.


Yang mau gabung grup japri ke wa.me/6285320931104 

(Perkenalkan nama, langsung bilang mau gabung grup telegram Mengusir Ipar Benalu) Yang WA cuma P, Test, titik doang. Gak dibuka.


Yang punya KBM App, bisa langsung meluncur cari Tamu Pasca Lahiran, penulis Nisrina Nafisah. Atau tinggal klik link ini je..

Baca selengkapnya DISINI 



✍nisrina nafisah

Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!

  • Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
  • Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
  • Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense

Belum ada Komentar untuk "MENGUSIR IPAR BENALU "

Posting Komentar

Catatan Untuk Para Jejaker
  • Mohon Tinggalkan jejak sesuai dengan judul artikel.
  • Tidak diperbolehkan untuk mempromosikan barang atau berjualan.
  • Dilarang mencantumkan link aktif di komentar.
  • Komentar dengan link aktif akan otomatis dihapus
  • *Berkomentarlah dengan baik, Kepribadian Anda tercemin saat berkomentar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel