Lanjut part 2

Lanjut part 2

 

"A-nak Nyonya ... Perempuan," kata dokter menatap layar monitor USG.


Bagaikan divonis hukuman m–ati, aku dan Mas Adam terperangah. An-ak kami perempuan, a–nak yang baru kami dapatkan setelah sepuluh tahun menikah adalah perempuan. 


Wajah Mas Adam berubah keruh, dia kecewa, tentu saja. Keluarga besar menginginkan a–nak laki-laki, sebagai penerus perusahaan, sedangkan Mas Adam terlahir tunggal.


Bahkan saat menebus obat, Mas Adam sama sekali tak menghiraukanku. Dia berlalu ke mobil Pajero sport miliknya.


Aku mengelus perutku yang besar, sudah tujuh bulan kandunganku. Kandungan yang sangat diharapkan oleh semua orang, termasuk diriku sendiri.


Aku membuka pintu mobil, menata nafasku, aku harus tenang. Memangnya kalau anakku perempuan, mereka mau apa? Aku ibunya, aku akan melahirkannya dan merawatnya sepenuh hati.


"Per–empuan," kata Mas Adam dingin.


"Ya," sahutku tenang. Berbeda dengan wajah Mas Adam yang kecewa. "Alat USG bisa saja salah."


"Dokter Hans adalah dokter terbaik, dia tak pernah meleset."


"Dia bukan Tuhan, Mas." 


"Seharusnya Tuhan memberikan anak l-aki-la-ki, bukan pere-mpuan."


Darahku menggelagak, apa pantas seorang Ayah mengatakan itu terhadap darah dagingnya sendiri? Kehamilan ini sangat kami tunggu, bahkan menghabiskan ratusan ju-ta untuk berobat kesana kemari, lalu setelah anugrah ini kami dapat, Mas Adam tidak bersyukur.


"Apa begitu sikap seorang Ayah? Bahkan anaknya belum lahir ke dunia." Aku geram. 


"Ini tak sesederhana yang kau pikirkan, kau tak mungkin punya an-ak lagi, karena kau tidak subur, jika anak kita pere-mpuan, perusahaan akan jatuh ke tangan sepupuku, apa kau mengerti?"


Aku meremas bajuku. Selalu tentang perusahaan. Bukan tentang perasaan.


"Mas menganggap perusahaan seakan adalah nyawa Mas."


"Ya, perusahaan adalah n-yawaku."


"Melebihi arti seorang an-ak?" Bibirku bergetar.


"Aku takkan menjawab, karena hanya akan menyakitimu. Aku butuh anak laki-laki."


Aku memandangnya terlu-ka. Tapi setitik pun air mata lemah takkan kukeluarkan.


"Baik, aku mengerti. Menikahlah, dengan wanita lain, sebelumnya, cera-ikan aku!" 


Aku bertekad, seandainya hasil USG salah dan anakku ternyata laki-laki, aku takkan memaafkan Mas Adam dan keluarganya.


-----


Semua mata mengarah ke padaku dengan tatapan datar yang biasa kulihat. Tak ada senyum ramah, tawa canda atau kasih sayang di rumah ini. Semua orang sibuk dengan dua hal, uang dan jabatan.


Siapa yang tak kenal keluarga Adiyasa, keluarga yang memiliki perusahaan besar di Indonesia. Bergerak dalam industri makanan dan minuman. Keluarga yang bahkan tak punya waktu untuk berkumpul bersama di akhir pekan. Teman mereka adalah uang, saudara mereka adalah uang, hidup mereka adalah uang, semuanya uang. Keluarga gila harta.


"Jadi, apa hasilnya?" tanya Adiyasa, tak lain adalah Ayah Mas Adam. Sang penentu di rumah bak istana ini. Siapa pun, akan menjadi penjilat agar mendapat perhatiannya, kecuali aku.


Mas Adam mengangkat wajahnya, lalu menyodorkan hasil USG pada Adiyasa dengan tangan gemetar. Mas Adam menunduk kembali, tak berkutik sama sekali. 


Pria yang rambutnya mulai ditaburi uban itu membuka amplop dengan tenang, membaca sejenak, lalu merob-eknya menjadi dua. 


Jika Mas Adam menunduk, aku malah mengangkat wajah, tak ada yang kumiliki di rumah ini selain harga diri. Aku tak takut, dengan manusia pongah yang sayangnya adalah mertuaku.


"Pere-mpuan." 


"Iya," sahut Mas Adam.


Adiyasa tertawa hambar. Mere-mas sisa robekan amplop barusan.


"Kau tau, aku butuh cucu l4ki-l4ki?"


"Aku tahu, Ayah."


"Dan kau tak bisa memberikannya," kata Adiyasa sambil menatapku taj–am. Kutantang matanya, sama sekali tak kubiarkan mataku berkedip. Bagiku, dia hanya seonggok daging yang sangat sombong dan jahat.


"Urusan ke–lamin, bukan kuasaku, Ayah." Aku menekan suaraku. Semua orang yang berada di  ruangan ini, mendecih, terlebih ibu mertua yang dari dulu tak menyukaiku.


"Oh, begitu. Artinya kau tak memenuhi syarat di keluarga ini. Aku tak butuh cucu perem–puan. Dan kau, tak memungkinkan untuk melahirkan lagi."


"Ayah benar," sahutku tegas. 


"Apa pendapatmu, Adam?" Adiyasa mengalihkan pandangannya pada Adam.


"Aku ... Aku menurut apa yang ayah katakan."


"Kalau begitu, ceraikan Tasya. Aku tak bisa menunggu lebih lama lagi."


Mas Adam menatapku, aku menatapnya. Kuingin, untuk terakhir kalinya berharap, ada sisa kemanusiaan di dalam diri Mas Adam. Laki-laki yang dulu tergila-gila padaku dan mengajakku menikah.


Mata Mas Adam berkaca-kaca. Namun, aku tak melepaskan tatapan dari matanya. 


"Natasya, kujatuhkan talak satu padamu, mulai detik ini, kau bukan istriku lagi."


Begitu lancar ucapan itu, mero–bek dinding hatiku, menghancurkan perasaanku tanpa sisa. Tak terasa, air mata tanpa suara meluncur di pipiku, biarlah ini akan menjadi tangis terakhir untuk Mas Adam.


Kulihat, Mas Adam meneteskan air mata juga. Tak perlu bagiku simpati, karena beberapa detik yang lalu, dia sudah mengumumkan, bahwa dia bukan suamiku lagi.


"Kau dengar, Natasya! Sekarang, pulanglah! Dengan hanya membawa apa yang kau bawa pertama masuk ke rumah ini."


Adiyasa tersenyum tenang. Aku menaikkan dagu, yang kubawa dulu hanya pakaian yang melekat di badanku. Lalu, kubuka semua perhiasan yang melekat, meletakkan di atas meja kerja Adiyasa.


Sebelum melangkah pergi, aku menatap Mas Adam. Hari ini akan kuingat seumur hidupku, dibu–ang bagaikan sam-pah. Inikah laki-laki yang katanya selalu mencintaiku? Yang menghabiskan sepuluh tahun untuk hidup bersama. Ternyata, dia sama saja.


"Ingat! Walaupun suatu saat kamu merangkak padaku untuk meminta maaf, aku takkan memaafkanmu, Adam."


“Aku akan mem-balas kalian semua, itu janjiku!!”


Baca tamat di KBM APP

judul : Dibuang Suami Saat Hamil

Penulis : Gleoriud


                     Link bab 2

                       Disini

(Klik 4 kali untuk melewati iklan)

Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!

  • Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
  • Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
  • Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense

Belum ada Komentar untuk "Lanjut part 2"

Posting Komentar

Catatan Untuk Para Jejaker
  • Mohon Tinggalkan jejak sesuai dengan judul artikel.
  • Tidak diperbolehkan untuk mempromosikan barang atau berjualan.
  • Dilarang mencantumkan link aktif di komentar.
  • Komentar dengan link aktif akan otomatis dihapus
  • *Berkomentarlah dengan baik, Kepribadian Anda tercemin saat berkomentar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel