Hak Asuh part2

Hak Asuh part2


 “Apa benar anak yang kurawat selama ini bukan anakku?”


Foto keluarga yang terpajang di living room, kini menjadi spot favoritku. 


Dari yang awalnya menangisi keadaan hingga kering air mata tidak tersisa, aku masih betah duduk di sofa, menatapi wajah anak laki-laki yang kusayangi dan masih mempertanyakan hal sama berulang kali.


Pagi tadi, aku sudah melakukan tes DNA mandiri. Membawa sikat gigi milik Miko dan Mas Nalan. Dan aku, memberikan sample D4-r4h untuk dicocokan juga dengan Miko.


Aku tahu tes tersebut tidak berkekuatan hukum, tapi setidaknya aku mau membuktikan semuanya. Aku mau tahu apa Mas Nalan benar-benar menipuku atau itu hanya bualan Miss Renata.


"Sayang … kamu udah siap-siap belum?"


Aku tercengang. Kaget. Bukan karena Mas Nalan yang tiba-tiba pulang, tapi panggilan ‘Sayang’ dan kalimatnya yang lemah lembut seperti biasanya. 


Seolah yang terjadi kemarin tidak pernah ada. Seolah bukan dia yang meneriakiku di rumah sakit, menyebutku b0-d0h, menyuruhku pergi tanpa sisa harga diri dan juga mengungkit tentang rencana perceraian.


Pria bertubuh tinggi tegap, berkulit sawo matang dengan dukungan paras tegas dan berwibawa itu muncul. 


“Loh … kok belum siap-siap, Sayang?” Dia mengulas senyum lebar, menghampiri dan memberiku kecupan di kening.


Aku masih membeku, bingung dengan sikapnya.


“Ayo, Sayang.” Mas Nalan menarikku dengan lembut. “Jangan sampai telat. Kamu masuk ke daftar penerima pengharagaan, loh.”


Dia masuk ke kamar kami. “Dandan yang cantik, Nyonya Nalandra.”


Apa ini? Sandiwara? Atau semacam teknik psikologis aneh yang Mas Nalan pelajari dari barak? Gimana mungkin, dalam waktu semalam, seorang pria bisa berubah dari monster menyeramkan jadi suami paling manis?


Aku mengikuti langkahnya juga. Bukan karena percaya, tapi karena aku ingin melihat sejauh apa dia bisa mempertahankan topengnya itu.


Setelah kami siap, pria itu langsung mengajakku pergi ke Lantamal. Tidak sampai setengah jam, kendaraan kami sudah tiba di sana.


Kurapikan selendang yang berada di bahu kebaya biruku, memastikan hijab serta riasanku cukup baik sebelum keluar mobil.


Aku bukan bagian dari Jalasenastri, tapi keberadaanku sebagai pengacara sipil yang kerap membantu penyelesaian perkara internal kesatuan membuatku sering kali hadir dalam acara formal militer. Seperti saat ini, di acara apel penghormatan sekaligus penganugerahan mitra kesatuan.


Mas Nalan membukakan pintu untukku. Pria dengan PDH Putih-Putih itu mengulurkan sikunya. Tanganku langsung melingkar di sana setelah turun dari kendaraan.


Acara itu berlangsung meriah. Beberapa istri pejabat menyapaku dengan hangat. Meski tidak dalam organisasi, tapi aku berhubungan baik dengan semua orang.


 Aku mengikuti acara dengan khidmat, meski isi kepalaku berantakan. Hingga tiba dimana acara penghargaan dimulai. 


 Benar saja, namaku ada dalam daftar penerima penghargaan atas beberapa kasus militer yang sukses kutangani.

 

“Wah, Bu Shana memang benar-benar hebat.”


“Saya langsung kagum loh waktu Bu Shana mengisi seminar pembekalan hukum untuk Jalasenastri. Tentang hak-hak perempuan dan anak dalam rumah tangga militer. Cara Bu Shana beranalogi bikin saya merinding.”


Aku hanya tersenyum. Mengangguk seadanya. Tidak bisa membedakan lagi mana pujian tulus, mana basa-basi dari para istri pejabat militer ini.


Sembari berbincang, aku mengedarkan pandangan. Mencari keberadaan suamiku. Aku menemukannya, sedang berjabat tangan dengan komandannya. Bahunya ditepuk-tepuk, penuh rasa bangga.


“Kapten Nalan nggak akan hilang, Bu Shana. Nggak usah dicari,” canda Ibu Lestari, istri komandan suamiku.


“Ah, tidak, Ibu. Saya hanya lupa tidak bawa HP, jadi takut nanti Pak Nalan mencari saya,” jawabku berdalih.


 “Tuh … Kapten Nalan-nya langsung nyamperin.”


 Benar saja, suamiku datang bersama dengan komandan serta rekannya.


 “Selamat atas penghargaan yang diraih, Bu Shana. Kesatuan benar-benar terbantu dengan dedikasi Anda.”


 Aku mengatupkan kedua tangan di dada dan sedikit membungkuk hormat. “Terima kasih, Pak Komandan. Usaha saya tidak ada artinya tanpa dukungan dari Bapak dan Ibu.”


 “Ah … Bu Shana terlalu merendah.” Komandan menatap Nalan, sambil menepuk bahunya dia berkata, “Kamu memang hebat sekali kalau nyari bibit. Nggak cuma cantik, tapi pinter dan professional. Kasus internal kita tahun ini benar-benar banyak yang terselesaikan. Namamu jadi ikut banyak didengar di Mabes.”


 Mas Nalan tertawa kecil. “Saya tidak bisa pungkiri jika istri saya adalah keberuntungan terbesar yang saya miliki, Ndan.”


 “Saya dengar, Kapten Nalan sedang dipertimbangkan untuk promosi, ya?” tanya Ibu Lestari, istri Komandan, setengah berbisik.


 “Kalau dia terus berprestasi dan konsisten gini, naik pangkat ya tinggal ketuk palu.” Komandan Primus masih mengulas senyum penuh kebanggaan. Dan kini, beralih padaku.


 “Saya juga berdoa semoga kedepannya lebih banyak lagi kasus hebat yang Bu Shana tangani,” imbuhnya padaku.


 “Eh, maaf, Komandan. Tapi … kasus narkoba kemarin adalah kasus terakhir saya.”


 Bukan cuma Komandan Primus yang kaget, suamiku malah lebih kaget dengan ucapanku barusan.


 “Bu Shana … mau kerjasama dengan instansi atau kesatuan lain?” tanya Bu Lestari.


 Aku menggeleng. “Tidak, Bu. Saya ingin fokus dengan anak saya. Ingin belajar jadi ibu rumah tangga saja.”


 Mas Nalan diam, dia menatapku tajam. Meski berusaha ditutupi, kemarahannya masih tergambar jelas di wajahnya.


Gimana dia tidak marah, ketika tahu jika jembatannya untuk bisa naik pangkat tiba-tiba putus di tengah jalan.


“Tapi itu sangat disayangkan Bu Shana. Kami sangat membutuhkan Bu Shana di sini.”


 “Memang sulit, Pak Komandan. Tapi … saya tidak punya banyak waktu dengan anak saya. Saya ingin menemani Miko, terus berada di sisinya sampai dia jadi orang yang lebih hebat dari papa mamanya ini.”


Aku diam sejenak dan memantapkan hati. 


“Saya … akan jadi ibu yang selalu ada untuk anak saya. Saya ingin kemana-mana bersama dengan anak saya. Tidak mau dipisahkan,” ucapku dengan senyum lembut di akhir kalimat.


-Bersambung-


Judul: Hak Asuh


Karya: Lin Aiko


Bisa dibaca selengkapnya DISINI 

Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!

  • Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
  • Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
  • Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense

Belum ada Komentar untuk "Hak Asuh part2"

Posting Komentar

Catatan Untuk Para Jejaker
  • Mohon Tinggalkan jejak sesuai dengan judul artikel.
  • Tidak diperbolehkan untuk mempromosikan barang atau berjualan.
  • Dilarang mencantumkan link aktif di komentar.
  • Komentar dengan link aktif akan otomatis dihapus
  • *Berkomentarlah dengan baik, Kepribadian Anda tercemin saat berkomentar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel