“Mbok Yum, Pak Gino, Pak Mono, bisa minta tolong jadi saksi ya, soalnya ini Mas Rafif mau menal4kku.” Syahla berkata begitu, kepada ART yang bekerja di rumahnya.
Ketiga orang ART itu tampak terkejut, melihat ke arah Syahla, kemudian ke arah Rafif.
Sama seperti mereka, Rafif pun tidak menyangka, istrinya akan dengan santai berkata begitu.
Padahal, ia berharap sang istri akan memohon tidak dic3r4ikan, ini justru sangat siap, seolah berc3rai darinya sangat dia inginkan.
Melihat ekspresi sang suami, Syahla menaikkan kedua alisnya, bertanya polos. “Kenapa? Ah… saksi tal4k memang tidak wajib. Tapi, untuk menghindari lupa, atau s3ngk3ta kemudian hari, lebih baik ada saksi.”
“Heh. Lupa? Kau pikir, Mas Rafif akan kembali memohon rujuk setelah menal4kmu? Itu tidak akan terjadi, jadi jangan percaya diri!” Mara lagi-lagi berceletuk, di tengah kediaman Rafif yang masih tidak menyangka, jika istrinya begitu menginginkan perc3raian dengannya.
Syahla tetap dengan santai menengadahkan kedua tangan di depan dadanya, sambil menaikkan pundak ke atas. “Who knows!?”
Mara mau bicara lagi, tapi Rafif lebih dulu buka mulut. “Benarkah kau akan baik-baik saja setelah kita ber3erai? Kita bisa ---”
“Tidak!” Syahla meny3la dengan nada t3gas, karena tahu, suaminya mungkin akan menyarankan p0ligami.
“Kau bukan laki-laki yang mampu untuk melakukan p0ligami, Mas. Aku… adalah perempuan yang paling tahu itu. Lagipula, aku tidak svdi berbagi dengan perempuan seperti itu,” imbuhnya sambil melirik Mara, seolah merendahkan.
“Apa maksudmu perempuan seperti itu, hah?! Aku ---”
“Tidak ada!” Syahla sekali lagi meny3la perkataan Mara. “Perempuan baik-baik, yang mervsak rumah tangga orang. So, aku hanya ingin menghindari peny4kit saja.”
Nada suaranya mungkin meninggi di awal, tapi, ekspresi Syahla selanjutnya, membuat perempuan itu tampak melawan dengan tenang dan elegan.
“Maksudmu apa peny4kit, hah? Kau pikir, aku perempuan tidak benar yang bisa menyebarkan penyakit begitu?” Mara semakin em0si.
“Bagus kalau paham.”
“Kau ----”
“Mara bukan perempuan seperti itu!” Tiba-tiba, dengan nada em0si, Rafif menyela obrolan kedua perempuan itu.
Mara begitu bangga, karena dibela oleh Rafif di depan Syahla dan semua orang di sana.
“Jangan memf1tn4h Mara dengan tuduhan yang tidak-tidak, aku tidak suka!” imbuh Rafif sambil menatap Syahla.
Istrinya itu lagi-lagi meny3ringai. Bahkan, tangannya saling menepuk beberapa kali, seolah merayakan kehebatan suaminya, membela sang s3lingkvhan.
Ia menatap ke arah ketiga ART yang berdiri canggung di sana. “Kalian dengar, kan? Suatu saat, jangan ada yang ketawa, tolong pura-pura tidak tahu saja jika kenyataan justru sebaliknya.”
Mara mau mar4h-m4rah karena merasa t3rh1na. Tapi, Rafif lagi-lagi meny3la, “Kenapa kau seolah mau menyudutkan Mara? Kau pasti hanya pura-pura biasa saat berc3r4i, tapi kau masih memb3nc1nya karena mer3butku darimu, kan?”
Syahla terkekeh. “Lihat dong! Bahkan aku memanggil saksi saat kau men4lakku, kenapa pula aku tidak rela berpisah darimu? Dan mer3but? Astaga…. aku justru memberikanmu dengan sukarela, Mas. Toh aku juga sudah lelah hidup denganmu, lebih-lebih keluargamu.”
“Boh0ng! Kau pasti berb0hong!” Rafif terus saja tidak terima, kalau Syahla melepasnya dengan begitu mudahnya.
Syahla mengernyit. “Aneh. Kau itu kenapa? Bukannya harusnya kau senang ya? Kalau bisa lepas dariku dengan mudah?”
“Iya, Mas. Kau kenapa sih? Sudahlah, cepat t4lak saja dia sekarang. Ingat ya, itu janjimu padaku, saat melamarku tadi!” Mara ikut-ikut mend3sak, karena sedari tadi, Rafif hanya menatap Syahla saja.
Syahla dengan santai menunggu. Ketiga ART tampak k3sal dengan Mara, mau bicara, tapi tidak enak, takut tidak sopan.
Tidak berselang lama, Rafif yang tadinya hanya diam menatap Syahla pun bicara. “Baiklah, kalau kau memang mau berpisah. Syahla Inara, hari ini aku men4lakmu. Setelah ini, kau bukan istriku, har4m bagiku untuk meny3ntvhmu.”
Gigi Syahla mengg3rtak sekilas, seolah menahan sesuatu, yang sedari tadi ia tahan-tahan.
Namun, ia masih bisa memaksakan diri, menyunggingkan senyum. “Baiklah, aku terima t4lakmu.”
Mara tersenyum begitu lebar, melingkari lengan Rafif. “Terima kasih, Sayang. Kau laki-laki terbaik, selalu menepati janji, aku mencintaimu.”
Sayangnya, Rafif hanya diam, matanya pun masih menatap ke arah Syahla, yang bicara kepada ART nya.
Bagi Rafif rasanya ada yang janggal. Kenapa? Kenapa kau masih tampak begitu biasa saja? Apa sungguh semua baktimu kepadaku hanya sebatas melakukan kewajiban dulu?
Rafif terus bergvlat dengan banyak pertanyaan yang mengusik di benaknya.
Ada rasa kec3wa juga yang membuncah. Kenapa? Bukankah aku tidak mencintainya? Harusnya aku bahagia setelah menal4knya. Tapi kenapa rasanya justru s3sak begini?
Rafif terbangun dari lamunannya, saat suara Mara yang k3sal terdengar. “Apa-apa’an? Kenapa pula kau memberikan koper kepada Mas Rafif, hah? Harusnya kau yang keluar dari rumah ini sekarang juga!”
“Karena aku…. yang akan jadi ratu di rumah ini!” imbuh Mara sambil menaikkan dagu, meny0mb0ngkan diri.
Syahla justru terkekeh. “Ratu katamu? Astaga…!”
“Iyalah. Aku yang akan menempati rumah ini, karena aku dan Mas Rafif akan segera menikah!”
Bukan hanya Syahla, tapi para ART pun menatap sinis sambil menyeringai ke arah Mara.
Bahkan, Mbok Yum yang sudah g4tal sekali ingin bicara sejak tadi langsung berceletuk, “Ini rumah Non Syahla. Jangan mimpi jadi ratu di sini, kalian yang harus pergi!”
“A-apa?” Mata Mara membulat karena saking terkejutnya. “Di-dia boh0ng kan, Mas?”
Bersambung
Baca lanjutannya di aplik4si KBM App
Judul : BUANG PERMATA, DAPAT D3RITA
Penulis : WiRahayuSsi
Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!
- Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
- Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
- Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense
Belum ada Komentar untuk "BUANG PERMATA, DAPAT D3RITA"
Posting Komentar
Catatan Untuk Para Jejaker