BENDERA PERANG DENGAN IBU MERTUA

BENDERA PERANG DENGAN IBU MERTUA


 Ibu Mertua mulai mengotak-atik ponselku itu.


"Aarrrgghhhh! Siapa yang menghubunginyaaa!" teriak Ibu frustasi.


Assiaapp.


"Kan sudah kubilang bukan aku," ucapku tersenyum.


Sambil membawa ponselku, Ibu Mertua pun pergi masuk ke dalam rumah.


Gimana dia akan mendapatkan bukti bahwa ini ulahku, ponsel yang sekarang ada ditangannya adalah ponsel kecil, nok*a zaman old, yang sengaja Mas Yasin belikan untukku, agar aku tak banyak bermimpi katanya. Di ponsel itu, hanya ada nomor Mas Yasin, nomornya, nomor Kakak Iparku, dan nomor satpam komplek. Aman bukan?


Aku mengikuti langkah Ibu masuk ke dalam rumah, dan melihatnya langsung menuju dapur, lalu, segera minum dua gelas air.


"Vanas ... vanas ... vanas ... cuaca ini," ucapku sambil bernyanyi.


"Diam kamu!" bentaknya.


"Oke oke," jawabku santai.


"Aku akan mematahkanmu jika terbukti, kamulah yang memberitahukan alamat rumah ini pada Nilam!" ucapnya dengan napas memburu, dadanya kembang kempis.


"Siap, Bos!" ucapku tertawa.


"Oh yah, ini loh rasanya ketika barang kita dirampas paksa oleh orang lain," ucapku kembali, lalu, benar-benar pergi dari hadapan Ibu.


-------


"Ini semua adalah milikku! Kamu jangan banyak membantah!" ucap Ibu kepada Mama kala itu, Ibu memang sering merampas milik Mama. Sekarang, Ibu yang akan merasakan apa yang Mama rasakan dulu.


Aku pun bergegas untuk mandi, lalu, sarapan. Menikmati siaran langsung pagi-pagi yang penuh drama, ternyata butuh tenaga juga.


Saat sarapan, aku melihat Ibu yang bolak-balik, lalu, menelpon Mas Yasin menggunakan ponselku, tentu saja, toh ponselnya sudah dibawa oleh Tante Nilam.


Sebentar lagi, Ibu pasti akan kembali meradang jika melihat apa yang akan datang untukku.


"Gagal belanja niye," celetukku setelah menghabisi sarapanku.


"Diam!" seru Ibu dan langsung mengambil air segelas.


Byurrrr


"Sekalian madi lagi aja, Bu, hahahahah ....," ucapku dengan tawa karena tanganku lebih cepat memutar tangan Ibu untuk menyirami air itu kewajahnya.


Tentu saja rasa jengkel Ibu menjadi berkali-kali lipat.


Aku sangat tau, keadaan perusahaan tempat Mas Yasin hari ini langsung down. Tentu saja akan sulit jika Ibu ingin berfoya-foya.


Aku tertawa menikmati hasil kerja kerasku selama ini.


Yang salah, tetap akan mendapatkan ganjarannya.


Saatnya menunggu paketku di kamar.


Tak berapa lama, terdengar suara kurir memanggil.


"Pakett!"


Asiaap.


Sambil berjoget aku keluar melewati Ibu Mertuaku yang mengintip lewat jendela. Ini nih, akibat banyak hutang dan tak niat melunasi, coba kalau ada niat, tentu saja masih akan menjalin hubungan baik, saling memberikan kabar, dan tentu tak akan ketakutan seperti ini.


Bersamaan dengan datangnya paketku, Mas Yasin pun datang.


"Paket siapa itu?" tanya Ibu padaku.


"Paketku, dong," jawabku.


"Apaa? Jadi kamu membeli paket?" teriak Ibu yang membuat Mas Yasin segera mendekat.


"Bukan paket yang kubeli, Bu. Tapi, baju, dan dipaketin," jawabku.


"Yasin, dia menghambur-hamburkan uang!" seru Ibu.


Mas Yasin pun akan bersuara, sehingga langsung kupotong.


"Loh, tadi pagi kan Ibu diberikan uang, ya, tentu saja aku juga, kan biar adil, Mas," jawabku.


Ibu Mertua mengepalkan tangannya.


"Uang dari mana yang kamu pakai?" tanya Mas Yasin.


"Uang belanjaan, karena aku pakai sistem cod, jadi, sekarang, kamu ganti yah," ucapku dengan santai.


"Enak aja, mending uangnya untuk Ibu," timpal Ibu Mertuaku.


"Boleh, tapi, kita hanya akan makan nasi campur garem mulai hari ini," ucapku lagi.


Mas Yasin memijat pelipisnya.


"Bagaimana bisa Ibu kecopetan seperti ini?" tanya Mas Yasin.


Ceile, kecopetan, katanya.


Ibu Mertuaku langsung melototkan matanya le arahku, sebagai kode agar aku diam, tentu saja dia takut jika Mas Yasin  mengetahui perihal hutangnya.


"Ya, mana Ibu tau, namanya juga sial, ini semua karena istrimu, yang bawa si*l!" ucap Ibu.


"Sudahlah, Bu. Untuk sekarang, aku tak bisa menggantinya, nanti gajian," ucap Mas Yasin yang juga berlalu dari hadapan Ibu.


"Yasin, Yasin! nggak bisa gitu dong, Ibu perlu ponsel," ucap Ibu yang mengejar Mas Yasin.


"Nanti aku yang belikan malam ini," ucap Mas Yasin.


Ibu Mertuaku lagi-lagi hanya bisa menghentakkan kaki, lalu memandangiku dengan sinis, tapi, kali ini beda, matanya membulat sempurna melihat paket perhiasan yang sengaja kubuka.


Perhiasan ini, tentunya bukan pakai uang Mas Yasin, itu hanyalah bualanku saja, mana bisa sepaket berlian ini hanya segara satu juta rupiah, sedangkam uang belanjaan yang sejuta itu, sudah kuberikan pada Mbok Na, untuk berobat cucunya.


-------


"Assalamualaikum ....


*******


Hoooooooolllllllaaaa Maaaaaaaakkk 

Judul: BENDERA PERANG DENGAN IBU MERTUA 

Sudah tamat di kbm app

Akun Chie_Amoy08. BAB 5

Link di kolom komentar yah

Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!

  • Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
  • Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
  • Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense

Belum ada Komentar untuk "BENDERA PERANG DENGAN IBU MERTUA "

Posting Komentar

Catatan Untuk Para Jejaker
  • Mohon Tinggalkan jejak sesuai dengan judul artikel.
  • Tidak diperbolehkan untuk mempromosikan barang atau berjualan.
  • Dilarang mencantumkan link aktif di komentar.
  • Komentar dengan link aktif akan otomatis dihapus
  • *Berkomentarlah dengan baik, Kepribadian Anda tercemin saat berkomentar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel