PoV Darman
Aku baru saja mengusir istri dan anak-anak, karena memang sudah tidak butuh mereka lagi. Mereka memang b*doh. Mau-mau saja aku kibulin.
Setelah mendapat u-ang dari hasil menjual rumah Ningsih, aku segera melamar Ratih, janda kaya raya yang terkenal di kampung sebelah.
Ratih adalah teman SMA-ku dulu. Aku tak menyangka, dulu dia yang kelihatan culun, sekarang berubah jadi cantik jelita. Apa karena dia sekarang banyak u4ng, ya? Mungkin saja.
Sewaktu sekolah dulu, Ratih sempat mengejar-ngejar, tapi tak kuhiraukan. Maklum, dulu aku termasuk cowok idola di sekolah. Cukup pemes laah.
Berbanding terbalik dengan Ningsih. Dulu dia adalah kembang desa di kampung. Sampai-sampai aku rela mengejar dia agar mau bersanding denganku. Tapi setelah menjadi istriku, bukannya makin cantik, malah makin tak karuan bentuknya. Pakaian lusuh yang itu-itu saja, wajah yang tidak pernah dibedakin, bibir yang tidak pernah dilipstikin, apalagi pakai parfum, tidak pernah! Suami mana yang tahan dengan istri model begituan. Berbeda dengan Ratih yang selalu wangi.
Akan tetapi bisa dipastikan, Ningsih itu cinta mati denganku. Buktinya, dia selalu mau membayar semua utang-utangku. Padahal, uang yang kupinjam itu tak pernah sepeserpun kuberikan padanya. Aku menghambur-hamburkan uang itu untuk Ratih tentunya. Nonton bioskop lah, makan di restoran mewah lah, belanja di mall lah. Semua itu aku lakukan untuk menggaet hatinya Ratih, agar dia mau menjadi istriku. Nanti kalau sudah bisa mendapatkan Ratih, hidupku pasti terjamin.
Awalnya, aku menikah dengan Ningsih karena tahu kalau dia itu anaknya orang kaya. Rumahnya ada di mana-mana. Perkebunannya juga banyak. Begitu kabar yang aku dengar dari orang-orang.
Akan tetapi entahlah, semua kekayaan orangtuanya itu hilang ke mana aku juga tidak tahu. Ketika kutanya Ningsih, dia pun menjawab tidak tahu. Bahkan, Ningsih pun sudah tidak dianggap anak oleh orangtuanya karena menikah denganku. Ah, percuma menikah dengan anak orang kaya, kalau ujung-ujungnya miskin juga. Sampai kedua orangtua Ningsih meninggal, hanya rumah reyot yang hampir roboh itu yang aku dapatkan.
Aku di-PHK dari pabrik karena memang aku orangnya malas-malasan. Sering terlambat masuk kerja, bahkan tak jarang pula bolos kerja. Lebih enak utang saja, terus yang bayar si Ningsih, kan enak tuh. Tak perlu kerja, utangnya lunas.
Mungkin karena ingin mendapatkan uang secara instan, aku jadi gampang tertipu oleh teman sendiri. Dia bilang itu inv3stasi, yang mana aku sendiri juga kurang paham prosedurnya bagaimana, tapi yang jelas uangku dibawa kabur dan dia tidak pernah kembali sampai sekarang. Padahal itu adalah uang hasil utang. Menyedihkan memang nasibku.
Hal itu tentu saja membuatku semakin malas untuk mencari nafkah. Kalau ada Ningsih yang bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, kenapa harus bekerja? Ya, kan? Pinter kan, gue?
*****
Setelah sekian lama mengenal Ratih, akhirnya kuberanikan diri untuk menembaknya. Tak kusangka, ternyata Ratih menerima cintaku. Kami pun semakin dekat, bahkan aku lupa kalau sudah mempunyai tiga anak.
Aku yakin sekali, Ratih masih tergila-gila padaku. Ah, memang semakin lama kegantenganku ini semakin meningkat. Bukannya sombong, tapi ini kenyataan. Ada gunanya juga, ya, punya wajah ganteng. Kesempatan ini tidak boleh disia-siakan, mumpung masih ganteng.
Ratih minta cerai dari suami yang dulu karena suaminya mandul, begitu alasannya.
Kebetulan juga Ratih punya usaha sendiri, usaha mebel ayahnya yang memang sudah diberikan padanya. Dia juga punya beberapa mobil mewah yang tidak sembarang orang memilikinya. Perhiasannya setiap hari juga ganti-ganti. Itu yang membuat aku tertarik dengannya.
Dan sekarang aku bebas, karena sudah cerai dengan Ningsih secara agama. Uangku juga masih banyak, hasil dari penjualan rumah mantan istriku itu. Lumayan lah, bisa untuk beberapa bulan ke depan.
*****
Tadi siang aku sengaja menemui Arman. Hanya sekedar memberikan informasi kalau ibunya itu tidak usah datang di persidangan, agar proses perceraianku dengan Ningsih cepat selesai.
Bahkan aku lupa menanyakan alamat rumahnya yang sekarang. Aku yakinia dan ibunya hidup terlunta-lunta di jalanan, atau bahkan di kolong jembatan. Tak mungkin juga dia bisa membeli rumah dalam waktu sekejap, uang dari mana? Ah, aku tak peduli.
Yang paling penting, proses perceraianku dengan Ningsih cepat selesai, dan segera menikahi Ratih. Karena Ratih hanya ingin menikah denganku kalau proses perceraian sudah selesai.
Bayangan hidup bahagia bersama Ratih sudah berada di depan mata. Belum menjadi suaminya saja, aku sudah dibelikan ponsel keluaran terbaru. Bahkan juga dipercaya membawa salah satu mobil mewahnya. Beruntung sekali bukan?
Karena belum menikah dengan Ratih, untuk sementara aku tinggal di apartemennya dulu. Setelah menikah nanti, pasti akan menempati rumah mewahnya yang bak istana itu. Sungguh pandai sekali dia dalam hal memanjakanku. Kalau kayak gini kan, aku jadi enak. Eh ….
Aku tak menyangka kalau hidupku sebentar lagi bakal berubah. Selamat tinggal kemiskinan, dan selamat datang kebahagiaan.
Senyum licik pun tersungging di bibirku.
__________________________
Di KBM app sudah TAMAT. Silakan mampir 😊
Judul : Ayahku Hobi Ut4ng
Penulis: Piet Fadly
Username: pietfadly
Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya!
- Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
- Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia teknologi
- Dapatkan Ebook Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari AdSense
Belum ada Komentar untuk "Ayahku Hobi Ut4ng part 5 "
Posting Komentar
Catatan Untuk Para Jejaker